Perjuangan Dalam Ketidak Pastian

gggghhhhhhhhhh

Senin, 04 Oktober 2010

kemudahann...........hidup hidup,,,,btul btul btul

Amelia

Hubungan kami berawal dari dimuatnya surat pembacaku, ketika aku masih mahasiswa, di suatu surat kabar yang beroplah nasional tentang kesulitan mengirim surat ke luar negeri. Seminggu kemudian datang surat kepadaku mengomentari suratku dan menceritakan hal yang sama dengan yang kualami. Ia mengatakan hobinya juga surat-menyurat (korespondensi) dan mengajak bertukar hobi denganku.Semenjak itu kami rajin saling berkirim surat. Walaupun belum pernah saling ketemu, karena saling pandai menyusun kata-kata, kami serasa sudah akrab.

Amelia, sahabat penaku itu, waktu itu bekerja sebagai asisten apoteker di kota Cikampek. Ia memang lahir di situ, ayahnya mempunyai penggilingan beras. Seperti lazimnya pengusaha di kota kecil, ayahnya keturunan Cina. Ia sulung dari 6 bersaudara dan akhirnya aku juga akrab dengan keluarganya akibat sering main ke sana kalau liburan. Ia lebih tua 1 tahun dariku. Waktu itu aku sendiri punya pacar di fakultas dan Lia beberapa mempunyai "teman dekat", seperti diceritakannya kepadaku lewat surat-suratnya.

Tiga tahun setelah kami akrab, ia pindah ke Jakarta dan diserahi pekerjaan mengelola apotik di daerah Jakarta Barat. Waktu itu aku sendiri sudah selesai kuliah dan mulai mencari pekerjaan di ibukota. Hubunganku dengannya sudah cukup akrab. Beberapa kali aku menginap di rumah kostnya. Ia kos bersama adik laki-laki tertuanya, yang kuliah di salah satu fakultas kedokteran. Waktu itu ia sedang pacaran dengan seorang bule, John, karyawan suatu perusahaan Belgia. Aku, John, Lia dan Erik (adiknya), sering berjalan bersama. Waktu itu aku sendiri juga bekerja di daerah Jakarta Barat dan kos di dekat camer (calon mertua). Pacarku sendiri sedang kuliah di Gajah Mada, Yogya.

Sampai akhirnya si John meninggal dunia, karena kecelakaan pesawat ketika sedang pulang ke Belgia. Ayah Lia waktu itu sedang masuk RS dan aku setiap malam menunggui, bergantian berdua dengan Erik atau dengan Lia, sampai juga meninggal setelah 10 hari dirawat. Kesedihan karena ditinggal si John dan ayahnya, membuat Lia memintaku banyak mendampinginya. Kalau selesai bekerja, kalau Erik sibuk kuliah, Lia memintaku menjemput ke apotik. Kalau ia dinas malam, aku biasa menungguinya sebelum ia selesai bekerja. Sering aku dan Erik (kalau sudah pulang kuliah), menunggui berdua lalu pulang bertiga. Semua teman kerja dan induk semang kosnya sudah mengenalku semua. Dan di antara kami semuanya berjalan biasa saja. Amelia ini tinggi badannya lumayan, ada 5 cm di atas tinggi badanku. Jadi orang pasti tidak mengira kalau kami sedang pacaran. Lia tahu mengenai pacarku di Yogya.

Walaupun demikian, kedekatan kami lama-lama membuat adanya "rasa lain". Kami biasa menonton berdua kalau Lia pulang sore. Dia juga biasa jalan bergayut di lenganku, itupun kalau bertiga dengan Erik. Sore itu, hari Sabtu, ia pulang jam 2 dari apotik. Erik sedang pulang ke Cikampek dan ia kelihatannya sedang sedih ("Aku ingat John", katanya), maka tangannya tak mau lepas dari lenganku. Kesedihan itu dibawanya masuk gedung, selama film ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Spontan, kalau ia terdengar mengeluh sedikit, aku mengelus-elus kepalanya.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja, aku sudah menciumi pipinya. Ia mengeluh lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku. Kami berpagutan bibir cukup lama, ia seakan sedang menumpahkan semua beban pikirannya kepada pagutan bibir-bibir kami. Aku betul-betul terhanyut, tetapi masih dapat "menjaga kesopanan" dengan hanya memegangi pipinya saja. Di taksi pulang ia diam saja. Hanya pegangan di lenganku semakin bertambah erat.

Sampai di kosnya, ia memintaku masuk kamarnya. Tante kos sudah kenal baik denganku dan aku memang biasa masuk kamar mereka. Hanya saja kali ini ia langsung memelukku dan mengulangi kembali pagutan di bibirku. Aku sedikit bingung, sebelum kemudian memutuskan untuk mengikuti keinginannya.

Kupeluk erat-erat ia yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Aku duduk di sampingnya sambil memegangi kedua pipinya. Otomatis, saking serunya ciuman kami, Lia akhirnya terdorong ke belakang dan posisinya menjadi tertidur. Tiba-tiba saja tanganku sudah pindah ke dadanya dan dari luar (ia masih memakai bajunya) mengelus payudara sebelah kanannya. Lia melenguh (bukan hanya mengeluh!) dan tangan kirinya menaikkan posisi kaos yang dipakainya.

Lalu aku sudah menggenggam payudara kanannya tanpa halangan apa-apa. Wow..., tak begitu besar, tetapi putihnya mulus. Aku mengelus payudaranya sambil sekali-kali memijit bundaran di bawah ujung putingnya. Lia seakan kesetanan, ia langsung melepas kaos yang dipakainya. Dadanya telanjang dan.....

Aku tak dapat lagi menahan diri. Sejenak kuteliti wanita di hadapanku ini. Lehernya putih, anak-anak rambut yang menggerai di sekeliling lehernya membuat penisku mengejang. Bahunya yang pualam menyangga mulutnya yang sedikit menganga dan mengeluarkan desis lirih yang memburu. Matanya terpejam. Rok bawahnya masih terikat, tetapi pantatnya sudah membuat gerak memutar-mutar sedikit.

Lalu kutelusuri lehernya. Tanganku turun ke arah payudara kanannya. Ia menempelkan badan erat-erat ke badanku. Kuputar telapakku di payudara kanannya. Ia mengelinjang. Ketika tanganku pindah ke payudara ...
<><><>1


party bersama buruhku



ama saya Erwin (23 tahun), WNI keturunan yang tinggal di Bandung dan kuliah ekonomi manajemen di Universitas Maranatha. Kuliahku agak tersendat karena keranjingan membantu orang tuaku menjalankan usaha percetakan keluarga kami, jadi SKS-nya kuambil sedikit-sedikit biar tidak semerawut. Dalam materi aku sama sekali tidak ada masalah, begitupun halnya dalam pergaulan, statusku membuat orang-orang mudah dekat denganku, terutama wanita, sudah beberapa kali aku gonta-ganti pacar dan hampir semua pernah ML denganku. Orang tuaku sudah mempercayai perusahaan ini sepenuhnya padaku sehingga mereka bisa menikmati hari tuanya dengan santai dengan bepergian ke luar negeri atau mengunjungi sanak saudara lainnya. Aku mempunyai seorang cici yang sudah menikah dan ikut suaminya, jadi sekarang aku tinggal sendirian di rumah yang megah ini mengurus bisnis sekaligus kuliah.

Kejadian gila ini terjadi pada bulan Agustus 2004 yang lalu. Waktu itu aku baru putus dengan pacarku, dalam kesepian itu kalau sudah tidak ada kerjaan aku menghibur diriku dengan nonton bokep, clubbing (tapi tidak sering karena besoknya harus bangun pagi-pagi, malu dong bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam. Suatu hari aku membaca cerita-cerita ah-uh.tk , disitu aku menemukan hiburan yang menggairahkan, aku sangat terkesan dengan cerita-cerita karya penulis wanita seperti Lily Panther, Citra Andani, Dania, Deknas, dll dimana wanita-wanita itu terlibat dalam seks liar, ternyata wanita jaman sekarang tidak kalah berani dari pria. Lalu aku sampai pada cerita berjudul "Kejutan Untuk Teman-temanku" yang memberiku inspirasi mengadakan acara gila ini. Terbayang-bayang dalam pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy, dan imut dikerjai oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yang statusnya lebih rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yang menggairahkan.

Aku kemudian mulai memikirkan rencana untuk mewujudkan fantasi liarku, rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untuk diadu dengan buruh-buruh bawahanku. Yang pertama harus kulakukan adalah mencari ceweknya dulu, karena cukup sulit dan perlu lobi-lobi yang jitu, kalau untuk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh. Besoknya aku kuliah siang dan membicarakan hal ini dengan seorang teman wanita yang pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah. Aku jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana aku bertemu Santi (22) dan Sandra (22) yang juga sefakultas denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling mengutarakan maksudku pada mereka. Mulanya mereka merasa risih dengan ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Santi bangkit juga gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Sandra, meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan juga karena kudesak terus (duh... kaya salesman aja nih !). Setelah puas ngedugem, aku mengantar Santi pulang (Sandra naik mobil sendiri), sambil menyetir Santi sempat mengoralku sampai keluar dan dihisapnya habis.

Berikutnya aku mencari seorang lagi untuk lebih meriah, kutelepon beberapa teman yang pernah kencan denganku dan mereka-mereka yang bispak (bisa pakai). Dari tiga orang yang kuhubungi akhirnya ada juga yang setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yang pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus dengan pacarnya. Phew... akhirnya jerih payahku dengan menebalkan muka tidak sia-sia. Kini tinggal mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untuk menyeleksi kandidat yang pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak. Sebentar saja aku sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pada : Pak Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yang telah bekerja sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima hadiah ini mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit karena terbiasa kerja keras; Pak Usep, usianya sebaya dengan Pak Andang, sudah menduda, jadi kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya; Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi, inilah yang menjadi pertimbanganku memilih dia; Mang Obar, tiga puluhan, tampangnya mirip tikus dengan kumis tipis, kurus tinggi seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan kerjanya bagus, patut mendapat hadiah ini.

Seusai jam kerja aku memanggil mereka untuk bertemu secara pribadi di kantorku. Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti ada salah saja. Namun setelah aku menjelaskan maksudku selama beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang, seperti tidak percaya apa yang baru kutawarkan. "Hah, serius nih tuan ?" Pak Andang dan Mang Obar bertanya hampir bersamaan "Iya, siapa yang main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan nge-jos, apa-apanya saya yang atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yang tau lagi selain kita, atau tidak sama sekali" jawabku meyakinkan. Seperti yang kuduga, tak satupun dari mereka ragu atau menolak, tidak sesulit mengajak para ceweknya. Ya, sifat dasar pria lah, siapa sih yang bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yang bijak itu saja tidak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan !

Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi karena Santi meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yang harus diselesaikan, terpaksa ...

<><><2

suster nge.......ntot


�Skak� kata Maman seraya menaruh biji caturnya dengan wajah senang.

�Brengsek, kok bisa-bisanya, orang mau ngejebak malah kejebak !� Jono dengan keki menggebrak pelan meja itu.

Malam itu, jam sebelas lebih, cuaca sangat tidak bersahabat. Sejak jam sebelasan tadi hujan sudah turun dengan derasnya disertai guruh dan petir. Di tempat yang sepi depan pintu kamar mayat itulah Maman, si penjaga kamar mayat dan Jono, si satpam rumah sakit menghabiskan waktunya dengan bermain catur. Maman (67 tahun), dalam usia senjanya masih kuat bekerja hingga jam seharusnya orang tidur seperti ini walaupun sudah agak bongkok dan beruban. Sudah hampir sepuluh tahun dia menyambung hidup sebagai penjaga kamar mayat di rumah sakit ini, istrinya sudah meninggal tanpa meninggalkan anak. Kesepian dan suasana angker sudah menjadi temannya sehari-hari, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya sudah tidak membuatnya merinding lagi, istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu. Jono (41 tahun), baru setahun lebih bekerja di rumah sakit ini setelah pindah dari perusahaan sebelumnya yang bangkrut. Dia seorang pria berbadan tegap dan wajahnya yang sedikit bopengan terkesan sangar, pas untuk profesinya itu. Sungguh, malam itu menjadi malam panjang bagi mereka, suasana hujan dengan angin yang dingin mudah membuai orang hingga ngantuk.



�Weleh, dingin-dingin gini dapet giliran malem� kata Jono lalu meneguk kopinya �padahal enaknya tidur suasana gini mah�

�Hati-hati lu, tidur disini bisa-bisa dicolek-colek yang di dalem sana tuh� canda Pak Maman menunjuk ke kamar mayat.

�Wahaha, Pak Maman mulai lagi deh cerita dunia lainnya�

�Ee�kenapa enggak disini kan kamar mayat, yang aneh-aneh gitu udah sering lah�

�Iya sih apalagi malem-malem gini, di kantor tempat saya dulu juga pernah sih, ya tapi gua sendiri sih belum pernah ngalamin, teman katanya pernah, Eh, omong-omong jam berapa nih Pak ?� tanyanya.

�Wah sepuluh menit lagi jam dua belas nih� jawab Pak Maman melihat jamnya.

�Ya udah, lagi yuk Pak� katanya sambil menyusun kembali biji catur �penasaran saya, pengen belajar ilmunya Bapak�

Pak Maman pun menerima tantangannya dan tak lama kemudian mereka mulai memusatkan pikiran pada papan catur. Hening sekali suasana disana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin dan suara biji catur dipindahkan. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian dua orang itu.

�Siapa tuh ya, malem-malem kesini ?� tanya Jono yang dijawab Pak Maman dengan mengangkat bahu.



Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncullah sosok itu, ternyata seorang gadis cantik berpakaian perawat. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arah mereka.

�Malam Pak� sapanya pada mereka dengan tersenyum manis.

�Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem kesini� balas Jono.

�Ohh�hehe�anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu�

�Oh iya kok saya rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?� tanya Jono.

�Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****� jawabnya, �jadi sekalian mau ngenal keadaan disini juga�

�Oo�pantes saya baru liat, baru toh� kata Pak Maman.

�Sus ga tau apa, ini kan kamar mayat� kata Jono menunjuk tempat itu, �tuh itu tuh, ga takut ?�

�Ah Bapak, masa suster takut sih sama mayat� jawabnya tersenyum, �lagian saya kan udah disana juga�

Kedua orang itu bengong dan agak kaget mendengar kalimat terakhir, apalagi suster muda itu diam sesaat sambil menatap ke arah pintu ruangan itu.

�Maksudnya sudah biasa disana ngeliat mayat, gitu loh� lanjutnya membuat kedua orang itu bernafas lega.



�Dasar si Sus, saya kira apa, bikin deg-degan aja ah� kata Jono.

�Emang bapak kira apa ?� tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di sebelah Jono.

�Wow, hoki gua� kata pria itu dalam hati kegirangan.

�Dikirain suster ngesot yah Jo hahaha� timpal Pak Maman mencairkan suasana.

�Hehehe iya dikira suster ngesot, nggak taunya suster cantik� kedua pria itu tertawa untuk menghangatkan suasana.

�Kalau ternyata memang iya gimana Pak� kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang kembali membuat kedua pria itu merinding melihat gelagat aneh itu.

Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan ...

Next part
<><><>3

Belenggu Rindu Yang Tertahan


Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang
berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat
sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang
pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna
serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik
duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan
rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.
Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang
pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu. "Hallo Mas Adietya sayang..." sapanya dengan panggilan khas
yang mesra ke padaku.
"Hallo juga... Sayang," balasku pendek.
"Sudah lama yah nunggunya," lanjutku lagi.
Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap
kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap
terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang
kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi,
dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya
nanti sore.
Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk
gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.
"Adiet kangen banget nih sayang," bisikku di telinga nya
sambil mencumbu daun telinganya.
"aku juga kangen Mas sayang..." jawabnya pelan.
Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya
aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam
ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali,
sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas
masing-masing, saat kita bertatapan wajah.
"Kamu cantik sekali siang ini sayang..." kataku lembut.
Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku
lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak
menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan
dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua
pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang
terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia
memejamkan kedua bola matanya.
Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan
yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik
punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos
warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang
punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra
hitamnya yang berukuran 36b itu.
Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang
begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu
jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang
nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi
dengan desahannya yang sensual.
"Ohhh... Mas sayang..." desahnya lembut.
Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak
lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar
masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos
putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan
berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan
lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia
menggelinjang dan mendesah kembali.
"Ohh... Mas sayang... Enak sekali."
Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua
pipinya kembali sambil membisikkan kata.
"Sayang... Payudara kamu sungguh indah bentukya," bisikku
lirih di telinganya.
Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali
memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan
ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar
seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi
bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku
saat memasukinya.
Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang
gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di
kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali
bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di
ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali,
yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan
lembut.
Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan
berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya
dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan
dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat
terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam
sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di
tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju
celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting
celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna
hitamnya yang sexy.
Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan
seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya
yang padat berisi. Aku mengelus kedua ...







<>>>><>4

Birahi perawat
Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. "Rumah yang asri" gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
"Pak Rafi ya..".
"Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?", jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.
"Iya..., saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kawin lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..", Mataku memandangi sekujur tubuhnya.

Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu.
Aku tergagap dan berkata, "Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?".
"Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..".

Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh..., perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya.
"Semuanya sudah beres Pak..., silakan beristirahat..".
"Ee..., ya.., terima kasih", jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.

Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku.

Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga..., Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.

Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.
"Mbak Tati..", panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku.
"Mbak Tati..., mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..".
"Ah, ngga Pak..., malu aku..", katanya sambil melengos.
"Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?", Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku.
"Yuk kita nonton bareng yuk..", Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci.

Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati ...

Next part
<><>>>5

Di Rumah Tanteku


Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.
�Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,� pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba�
�Anton.. apa yang kamu lakukan!!� teriak sebuah suara yang aku kenal.
�Ooooohh� Tante�?!� aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
�Eeeehhhh� ppppffffff�!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas�.
�Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu�!!! Cepat lepas� nanti kulaporkan kau ke om mu�� teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. ...

>?>??6

Di Balik Kamar Kost


Pertama-tama perkenankan saya memperkenalkan diri dulu. Biasa teman-temanku memanggilku Nana (nama lengkap/aslinya ga usah disebut yah), lahir tahun 83. Tubuhku cukup jangkung untuk ukuran wanita, terakhir kuukur 172 cm, dengan berat 48kg dan tiga lingkar tubuh 86/60/90. Rambutku lurus sebahu, wajah lonjong ,dan kulit putih karena aku WNI keturunan. Saat ini masih kuliah di fakultas sastra di salah satu universitas swasta di Bandung dan ngekost tidak jauh dari kampusku. Aku termasuk gadis yang sering ke salon dan modis, maka aku sudah tidak asing dengan tatapan nakal cowok-cowok di kampus kalau aku memakai pakaian yang ketat atau agak seksi, apalagi ketika ngedugem dimana aku memakai pakaian yang lebih terbuka. Dalam percintaan, secara jujur kuakui aku bukan type yang setia. Aku sudah mempunyai pacar yang sedang kuliah di Amerika sehingga kami jarang bertemu, kami sudah berjalan lebih dari tiga tahun dan aku mencintainya, tapi darah muda dalam diriku melibatkanku dalam beberapa hubungan one night stand dengan teman kuliah maupun teman dugem, bagiku semua itu hanya hubungan badan tanpa merubah perasaanku pada pacarku.

Kisahku ini terjadi pada pertengahan tahun 2004 yang lalu yaitu libur akhir semester. Waktu itu teman kostku sudah banyak yang pulang, di kostku hanya tersisa seorang pria, dan dua wanita termasuk diriku. Yang dua itu tidak pulang karena ikut semester pendek, tapi aku belum pulang karena waktu itu di rumahku tidak ada siapa-siapa berhubung kedua orangtuaku sedang menghadiri pernikahan di kota lain dan kakakku satu-satunya sudah dua tahun yang lalu menikah dan ikut suaminya. Jadi pemikiranku lebih baik kutunda kepulanganku sampai papa dan mamaku pulang 2-3 hari lagi, daripada kesepian di rumah mendingan kuisi waktuku untuk having fun bersama teman-temanku di Bandung. Malam itu aku ngedugem di salah satu tempat dugem di jalan Cihampelas. Teman-temanku mencekoki minuman sementara aku tidak kuat minum, mereka bilang untuk merayakan kenaikan IPK-ku. Aku mabuk sehingga dalam perjalanan pulang dengan mobil Ocha aku numpang ke WC di rumah Risa waktu sampai di rumahnya karena tidak tahan mau muntah. Setelah muntah akupun masih pusing-pusing sehingga terpaksa aku minta Risa untuk menginap di rumahnya semalam saja daripada pulang ke kost dalam keadaan sempoyongan, kan ga enak dilihat.

Singkat cerita akupun menginap di rumah Risa malam itu dan baru terbangun besoknya, hari Minggu jam sebelasan. Kepalaku masih agak berat.
?Lu orang sih, nyuruh gua minum terus, aduh kaya mau mati aja kemarin rasanya tau !? omelku pada Risa.
?Hihihi, gapapa lah Na sekali-kali aja, kan kita baru selesai semester nih !? jawabnya tertawa kecil mengingat keadaanku kemarin.
Akhirnya setelah makan sedikit, Risa mengantarku pulang ke kostku di daerah Sukamekar. Kumasuki pintu gerbang kostku, suasanya sepi seperti beberapa hari terakhir. Di depan pos jaga aku berpapasan dengan Gungun, pegawai/ penjaga kostku yang berusia dua puluhlimaan sedang ngobrol-ngobrol dengan dua orang pemuda yang kira-kira sebaya dengannya, aku tidak tahu siapa mungkin temannya yang penduduk sekitar sini. Aku tersenyum kecil sebagai basa-basi dan mereka membalasnya.

Terasa sekali mereka memandangi tubuhku yang masih memakai pakaian seksi semalam berupa sebuah rok putih sejengkal di atas lutut dan tank top berdada rendah yang memperlihatkan sedikit belahan dadaku. Aku mempercepat langkahku ke tangga, di dekat tangga akupun berpapasan lagi dengan pegawai kostku yang lain, si Acep yang masih berusia SMA, sekitar enambelas tahun, orangnya agak culun, berambut cepak dan kerempeng, dia sering bertugas membelikan barang pesanan dan mengantar makanan untuk kami, para penghuni disini.
?Eh?Neng, baru pulang yah !? sapanya sambil cengengesan.
Aku hanya menjawab iya saja lalu menaiki tangga, instingku mengatakan kalau dia berusaha mengintip rokku yang mini ketika aku naik, sempat terlihat sekilas olehku ketika sampai di lantai dua dan membelok. Sampai di kamar, aku langsung membuka pakaianku dan masuk ke kamar mandi, langung kubuka shower dan kuguyur tubuhku dengan air dingin, segar sekali rasanya, udara di luar waktu itu lagi panas ditambah lagi panas alkohol masih sedikit terasa dari dalam tubuhku.

Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan apapun sambil mengelap rambutku dengan handuk. Kuambil celana dalam kuning dan kupakai. Aku tidak menemukan baju barongku yang biasa kupakai tidur di gantungan di pintu, baru ingat kalau baju itu sudah kutaruh di tempat cucian. Karena malas mencari baju lain di lemari, akupun lantas melempar diriku ke kasur. Biar saja tidur hanya dengan celana dalam, apalagi cuacanya lagi panas, kipas anginnya juga kumatikan. Kututupi tubuhku dengan selimut dan kupeluk guling kesayanganku untuk melanjutkan tidurku yang masih belum puas ditambah masih sedikit pening, maklumlah orang ga kuat minum di suruh minum banyak ya gini nih jadinya. Entah berapa lama aku tertidur lelap sekali sampai kurasakan ada rasa geli pada tubuhku, secara refleks tanganku menepis dan menggulingkan tubuh ke arah lain. Namun perasaan itu datang lagi dengan lebih hebat, kali ini juga kurasakan pada paha dan dadaku seperti ada yang mengenyot. Kali ini aku terbangun dan kaget sekali melihat ternyata benar-benar ada orang yang sedang mengenyot dadaku dan seseorang lainnya ...
>7
tagtag.com/17tahun

Salam bagi semua pembaca yang budiman dan salam kenal untuk semuanya, terutama pengurus yang telah setia membangun situs ini. Okey, saya kenalkan nama saya Bojach, atau sering dipanggil Jach. Saya asli Indonesia dari daerah Sumatera atau sering orang bilang orang melayu asli, kulit putih besih tinggi badan 178 cm. Itulah sedikit mengenai gambaran diri saya. Okey, saya langsung saja pada ceritanya.


Kejadian ini sudah mulai dari umur saya 16 tahun, sampai sekarang umur saya sudah 30 tahun dan saya belum menikah. Ceritanya bermula dimana saya memiliki satu keluarga kecil yang tinggal di daerah yang lumayan romantis. Ayah saya seorang pengusaha yang sukses di bidang nelayan dan dapat dikatakan sampai sekarang ayah saya mesih tetap menguasai di tempat tinggal saya sebagai orang terkaya di daerah Tanjung Balai,
di Sumatera Utara. Mami saya memang dapat dikatakan paling dekat dengan saya dibandingkan dengan kedua kakak perempuan saya.


Kakak-kakak saya setelah tamat SMA langsung melanjutkan ke perguruan tinggi di Australia, jadi setelah saya menduduki kelas 2 SMA, kedua kakak saya sudah tidak menemani saya lagi. Sejak itu terpaksa saya hanya curhat dengan mami saya sendiri sampai dengan hal-hal yang terkecil sekalipun, semuanya saya bicarakan dengan mami.


Mami usianya waktu itu baru beranjak umur 35 tahun lebih, dimana ayah telah berumur 50 tahun. Umur mereka cukup berbeda jauh karena mami umur 17 tahun sudah menikah dengan ayah akibat dijodohkan orangtua. Kejadian ini sangat membingungkan saya hingga saat ini, dimana sampai sekarang saya tidak memiliki pacar satu pun dan tidak pernah terpikir oleh saya untuk mencarikan calon istri.


Waktu itu cuaca sangat dingin, gelap dan gerimis turun mulai dari malam sampai pagi harinya, terpaksa saya bermalas-malas tetap di tempat tidur dan seakan-akan enggan untuk meninggalkan tempat tidur. Tidak terasa sudah pukul 9 pagi, dan biasanya sudah selesai makan pagi. Kebiasaan saya setiap hari Minggu adalah bangun agak kesiangan dan paling siang pukul 8 pagi. Sebenarnya setiap harinya saya harus sudah bangun jam 6 pagi dan langsung mandi dan pergi ke sekolah.


Berhubung hari ini hari Minggu dan terasa tempat tidur merayu untuk ditiduri terus, maka bermalas-malaslah saya hari ini. Terdengar mami saya memanggil dari luar.


"Jach.., bangun..! Udah makan belon..? Udah jam berapa ini..? Jach... Jach... Jach..!" kedengaran suara mami mulai mendekati kamar saya dan langsung masuk ke kamar saya yang biasanyatidak pernah terkunci.


"Jach..!" mami duduk di tepian tempat tidur dan langsung mengelus kepala saya, "
Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih baru makan..!"


"Ah... malas Mam, mau tiduran dulu. Entar aja satu jam lagi ya..!"


"Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong lantas tidur satu harian."


Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya mami bisa ikut tiduran. Sambil tiduran mami mencari-cari majalah yang mau dibacanya. Saya kelupaan kalau disitu ada Novel yang ceritanya agak 'hot', dapat dibilang hanya sekitar seks saja ceritanya. Ya.., terlanjur sudah keambil oleh mami. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada perasaan yang lain setelah mami masuk ke dalam kamar saya, seakan-akan gairah seks saya mulai menjalar menyelimuti tubuh. Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai selimut. AC di ruangan kamar saya mengigilkan badan, dan inilah penyakit saya, kalau situasi dalam keadaan dingin nafsu langsung naik dan meledak-ledak.


Posisi tidur saya waktu itu persis di samping mami dan bersenggolan dengan pahanya. Saya perhatikan mami makin serius membaca novel dan maklum tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya, "Bapa kemana Mam..?"


"Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran,
biasa ngantar Ikan. Paling-paling besok udah pulang."


"Awas Mam, nanti tidak ada pelampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah."


"Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya." jelasnya.


Sedikit posisi saya agak memeluk mami, maklum hal ini sering saya lakukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi hal ini tidak janggal lagi bagi saya dan mami. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempel di samping kemaluannya, dimana mami saya posisinya agak miring menghadap saya. Dengan cuek saya ikutan membaca novel yang dibacanya. Posisi mami membaca telentang, dan agak miring menghadap saya.



Dengan sedikit menggoyang-goyangkan paha, terjadilah pergesekan antara paha saya dengan paha mami, dan hal ini tidak pernah kami lakukan. Sesuatu yang janggal saya rasakan, dimana kalau saya bermanja-
manja selalu dalam keadaan memakai celana pendek, tapi dalam keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai apa-
apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebelumnya.


Mungkin ada setan yang melanda diri saya, batang kemaluan saya pun mulai membesar, dan mungkin mami merasakan itu, tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Sekilas saya melihat ke paha mami, dasternya tersikap, dan tetap mami tidak menghiraukannya. Dia masih menganggap saya anak kecil yang seperti dulu. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang mengalami masa pubertas pertama.


Sekarang keadaan semakin tidak karuan,
dan timbul dalam pikiran saya untuk melanjutkan lebih jauh lagi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya. Dan alangkah terkejutnya saya bahwa mami tidak mengenakan celana dalam. Terlihat gundul di bagian bukit kemaluannya. Ternyata mami sangat rajin mencukur bulu kemaluannya, maklum dia sangat pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser lagi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan terbebaslah penis saya.


Dengan sedikit berpura-pura lagi, saya mengambil bantal yang ada di seberang mami, dan secara otomatis batang kemaluan saya menempel persis di samping vaginanya. Setelah saya mengambil bantal saya tidak kembali lagi dengan posisi pertama, dan pura-
pura bertanya.


"Serius kali Ma bacanya..!"


"Iya.., ini ceritanya lagi seru dan menarik." katanya seakan tidak ada larangan darinya ketika saya sudah mulai jauh bertindak.


Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun batang kemaluan saya sudah langsung menempel persis di pinggir vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itulah yang berkecamuk dalam pikiran saya.


"Ah, bodoh amat..!" pikir saya waktu itu.


Dengan telaten saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu kalau saya agak susah atau memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin mami pegal, kemudian mami meletakkan novel di bantal, dan otomatis dia semakin miring posisinya. Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit lagi yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu. Sepertinya mami maunya tidak disengaja, atau mami juga menikmatinya. Sekarang tepatlah sudah batang kemaluan saya di belahan vaginanya dengan posisi saya masih memeluk bantal yang membatasi saya dengan buah dadanya. Saya sangsi kalau mami tidak mengetahui apa yang telah terjadi, tetapi tidak ada tanda-tanda mami melarang perbuatan saya.


Sedikit demi sedikit saya menggesek-gesek terus batang kemaluan saya, dan terkuaklah bibir vaginanya. Terasa agak berlendir dan licin vaginanya, dan saya yakin mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca novel. Tidak saya hiraukan mami lagi sedang apa. Kemudian dengan sabar saya menggesek-
gesekkannya lagi, dan terasa kepala penis saya mulai menerobos bibir vaginanya. Itu semua saya lakukan tanpa berbicara, dan seperti terjadi begitu saja, mungkin mami malu melakukan secara blak-blakan.


Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kemaluan saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm. Tapi dengan dibantu cairan yang mulai keluar dari vagina mami menolong batang kemaluan saya masuk ke dalam dengan sedikit agak menggeser bantal yang saya peluk.


Setelah agak tersentak pantat saya, "
Bless..!" masuk semua batang kemaluan saya dan mendiamkan sebentar untuk melihat reaksi mami. Eh ternyata mami masih tetap membaca novel yang ada di tangannya.


Dengan sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring semakin membuat kami erat terhubung. Tetapi saya belum berani memeluk mami, terpaksa bantal lah yang menjadi pegangan saya. Terasa batang kemaluan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Semakin lama penis saya semakin mudah saya maju-mundurkan. Badan mami tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap dengan posisi semula. Terasa sudah lama saya menggesek-gesek dan memaju-mundurkan batang kemaluan saya di dalam vagina yang dulunya adalah tempat saya lahir.


Sudah 10 menit saya melakukannya, semakin licin vaginanya. Tercium bau vagina yang menggairahkan, dan mulai terasa ngilu di kepala penis saya, seperti mau meledak. Setelah sekali goyangan terakhir dan memasukkan dalam-
dalam, badanku terasa seperti kesetrum listrik yang bertegangan tinggi.


"Cooot... crott... crooott..!"


Saya peluk bantal kuat-kuat dan tetap membenamkan batang kemaluan saya di dalam vaginanya, dan saya melihat wajah mami agak berkerut menahan nikmatnya. Terasa batang kemaluan saya seakan-
akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada yang menyiram dari dalam vaginanya. Anehnya batang kemaluan saya tidak langsung lemas, tetapi tetap tegang.


Dengan sedikit waktu untuk istirahat, saya mendiamkan batang kemaluan saya di dalam vagina mami selama 5 menit. Setelah rasa ngilunya hilang, baru penis saya mengecil dan saya cabut dari vaginanya. Saya melihat ke arah vaginanya, terlihat keluar sedikit air mani saya dan meleleh di bibir vaginanya.


Akhirnya mami bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar sambil berkata, "Jach udah tidur-
tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin makanmu..!"


"Bret..!" pintu kamar tertutup setelah itu.


Saya juga bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi. Selasai mandi saya memakai celana pendek dan langsung menuju meja makan. Saya mendapati mami sudah duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan seakan-
akan tidak terjadi apa-apa diantara kami.


Setelah kejadian pagi itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan saya dengan mami. Seperti biasanya, ayah saya telah kembali malam hari, tepatnya pukul 11 malam dan langsung tidur. Memang hal ini sudah merupakan kebiasaannya, tidak pernah punya waktu untuk keluarga, padahal situasi seperti inilah yang saya inginkan, dimana dapat berbincang-bincang dengan ayah atau semua keluarga. Memang dalam berbisnis ayah saya terbilang orang nomor satu di lingkungan saya.


Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke dalam kamar saya karena kamar saya posisinya paling depan, sedangkan kamar mami berada di tengah rumah, dan memiliki kamar membelakangi terbitnya matahari. Terasa silau dengan sinar matahari membuat saya terbangun. Saya pun keluar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak mengenakan apa-apa di baliknya. Terus saya lihat seisi rumah, ternyata masih sepi. Saya lihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetulan bulan ini adalah hari lmamir panjang untuk naik kelas, pada waktu itu saya mau naik ke kelas 3 SMU.


Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di kamar saya silau dengan sinar matahari. Gimana ya, mami belum kelihatan, berarti belum bangun. Terus saya berusaha melangkah ke dapur, ternyata juga belum saya jumpai, berarti benar mami masih tidur di dalam kamarnya. Saya mengarah ke kamar utama, ke kamar ayah dan mami yang lumayan besar. Saya langsung saja mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci. Pelan-pelan saya buka pintu. Benar, terlihat mami masih tertidur pulas,
dan saya langsung masuk. Saya menutup pintu kamar, takut nanti kelihatan pembantu, kan bisa berabe.


Kemudian saya mendekati tempat tidur mami, sekilas saya melihat sekeliling kamar tertata rapi, mami memang terkenal suka bersih-bersih. Dengan sedikit lembut saya menghempaskan pantat saya ke tepian tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur nyenyak. Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya.


"Mami... Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!"


"Ah.., entar aja Jach.., Mami lagi ngantuk nih..!"


Mendengar jawabannya,
saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan sedikit iseng saya mulai kenekatan saya.


Pelan-pelan tetapi pasti, saya sikapkan daster mami dengan tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD lagi, terlihat bersih vagina mami. Batang kemaluan saya berdiri tegak dan langsung menyembul dari dalam piyama. Lima menit saya memandangi kemaluan mami sambil mengelus-
elus penis yang sudah mulai tinggi tegangannya.


Kemudian saya mulai memeluk mami dengan posisi mami miring membelakangi saya. Sewaktu saya memeluk tubuhnya, dengan sedikit tenaga saya menarik tubuh mami, dan ternyata mami tidak melawan dan mengikuti kemauan saya. Sekarang mami menghadap saya sama seperti kemarin, hanya kemarin mami dalam keadaan terbangun, membaca novel dan saya tidak memeluk tubuhnya, tetapi sekarang saya memeluk tubuhnya. Posisi dasternya agak tersikap lebih ke atas. Saya mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah terbuka semuanya, nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi memeluk tubuhnya yang susu kenyalnya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka dasternya, apalagi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami.


Sekarang nafsu saya sudah tidak tertahankan lagi, langsung saya arahkan batang kemaluan saya ke bibir vaginanya, dan ternyata liangnya masih kering dan sedikit agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir kemaluannya. Terlihat oleh saya vaginanya mulai mengembang dan mengeluarkan cairan, langsung saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong, terpleset. Setelah dengan susah payah menggesek-
gesek, terlihat bibir vaginanya mulai mengeluarkan cairan sebagai pelumas. Mulai terasa seakan-
akan batang kemaluan saya mau ditelan habis oleh vaginanya,
dimana bibir vagina mami mulai kembang kempis.


"Ah.. ahk..!" geli sekali rasanya.


Ingin rasanya saya memasukkan cepat-
cepat, tapi takut terpeleset lagi nanti. Memang agak kesulitan saya memasukkan penis saya. Disaat saya mulai berusaha memasukkan lebih dalam lagi, mami juga rupanya menikmati. Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan penis saya masuk lebih dalam lagi. Dengan sekali dorong,
"Bless..!"
masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Saya diamkan agak lama dengan maksud mau melihat bagaimana reaksi mami. Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa tanggung bagi mami. Kemudian dengan sedikit gerakan, mami memaju-
mundurkan pantatnya. Melihat reaksinya, saya juga langsung memulai bergoyang dengan sedikit kelembutan. Secara tidak langsung saya memeluk mami, dan mami masih tetap menjaga sikap dengan tidak mau blak-
blakan melakukannya.


Tidak perduli saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang batang kemaluan saya mulai terasa mengalami tegangan tinggi. Dengan posisi saya di atas mami yang dengan sikap merenggangkan kakinya lebar-lebar semakin cepat saya memompa, dan sekali-
kali mami mengikuti irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya melakukannya dan mulai terasa geli di ujung penis saya, dan "
Cret... cret... cret..!" saya tumpahkan semuanya ke dalam kandungan mami dimana saya juga pernah dikandungnya.


Saya diamkan selama kurang lebih 5 menit. Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap memeluknya dengan posisi miring sekarang, dan batang keamluan saya masih tetap menancap di dalam vaginanya. Setelap 10 menit terasa penis saya masih tegang. Kembali dengan sikap yang sama kulakukan lagi sampai 3 kali hari itu. Setelah selesai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak ada lagi. Ketika saya cari-
cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya.


"Udah mandi belon Jach..? Mandi gih..!" katany seakan-akan tidak ada yang terjadi.


Memang mami sangat menikmatinya, begitulah kami melakukan hampir setiap hari dengan tetap mami menjaga sikap tidak mau melakukan secara terbuka.

<>>>8
elora Putri Sulung Tante
Belum lama ini aku kembali bertemu Nana (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya. Nana masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah, rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarikdipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus-elus. Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Nana.

Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Nana) serta Nana dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Hari-hari berikutnya, Nana masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Nana. Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Nana menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Nana. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Nana selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Nana sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Nana. Tampaknya Nana tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Nana mulai tidak banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Nana tiba-tiba muncul.

"Ada apa Na, malam-malam begini."
"Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?"
"Ya, Dari mana kamu?"
"Sengaja kemari."
Nana mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Nana terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

"Ada apa, Nana?"
"Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari."
"Pengin? Pengin apanya?" Nana tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.
"Nana, apa-apaan kamu ini.." Tanpa menungguku selesai bicara, Nana sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Nana merenggangkan pagutannya dan katanya, "Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas."

Kuangkat tubuh Nana dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.
"Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari."
"Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo," kata Nana sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.
Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Nana merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Nana kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Nana. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

"Kamu amat bergairah, Nana.." bisikku lirih di telinganya.
"Hmm.. iya.. Sayang.." balasnya lirih sembari mendesah.
"Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh.." serunya sembari menelan ludahnya.
"Ayo, Mas.. teruskan.."
"Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?"
"Semuanya," kata Nana sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Nana telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Nana lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Nana, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Nana mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. "Sedot kuat-kuat Mas, ...

<><>>>8

Anakku Tersayang
Marlina, 35 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Penampilan Marlina sangat menarik. Sebagai wanita yang tinggal di kota besar, Bandung, cara berpakaiannya selalu sexy. Tidak sexy murahan tapi berkelas dan menarik. Dengan tubuh tinggi semampai, dada 36, dan kulit yang putih, walau sudah menikah dan punya anak yang sudah cukup dewasa, tapi masih banyak lelaki yang selalu menggodanya.

Anaknya yang paling besar, Jimmy, 16 tahun, seorang anak yang yang baik dan penurut pada orang tuanya. Anak kedua, Yenny, 14 tahun, seorang anak yang sudah mulai beranjak dewasa. Sedangkan suami Marlina, Herman, adalah seorang suami yang cukup baik dan perhatian pada keluarga. Bekerja sebagai seorang PNS di suatu instansi pemerintah.

Kehidupan sexual Marlina sebetulnya tidak ada masalah sama sekali dengan suaminya. Walau banyak lelaki yang menggoda, tak sedikitpun ada niat dia untuk mengkhianati Herman.

Tapi ada sesuatu yang berubah dalam diri Marlina ketika suatu hari dia secara tidak sengaja melihat anak lelakinya, Jimmy, sedang berpakaian setelah mandi. Dari balik pintu yang tidak tertutup rapat, Marlina dengan jelas melihat Jimmy telanjang. Matanya tertuju pada kontol Jimmy yang dihiasi dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.

Sejak saat itu Marlina pikirannya selalu teringat pada tubuh telanjang anak lelakinya itu. Bahkan seringkali Marlina memperhatikan Jimmy bila sedang makan, sedang duduk, atau sedang apapun bila ada kesempatan.

"Ada apa si Mam, kok liatin Jimmy terus?" tanya Jimmy ketika Marlina memperhatikannya di ruang tamu.
"Tidak ada apa-apa, Jim.. Hanya saja Mama jadi senang karena melihat kamu makin besar dan dewasa," ujar Marlina sambil tersenyum.
"Kamu sudah punya pacar, Jim?" tanya Marlina.
"Pacar resmi sih belum ada, tapi kalau sekedar teman jalan sih ada beberapa. Memangnya kenapa, Mam?" tanya Jimmy.
"Ah, tidak. Mama hanya pengen tahu saja," ujar Marlina.
"Kamu pernah kissing?" tanya Marlina.
"Ah, Mama.. Pertanyaannya bikin malu Jimmy ah..." ujar Jimmy sambil tersenyum.
"Yee.. Tidak apa-apa kok, Jim.. Jujur saja pada Mama. Mama juga pernah muda kok. Mama mengerti akan maunya anak muda kok..." ujar Marlina sambil menjewer pelan telinga Jimmy. Jimmy tertawa.
"Ya, Jimmy pernah ciuman dengan mereka," ujar jimmy.
"ML?" tanya Marlina lagi.
"ML apa sih artinya, Mam?" tanya Jimmy tidak mengerti.
"Making LOve.. Bersetubuh..." ujar Marlina sambil mempraktekkan ibu jarinya diselipkan diantara telunjuk dan jari tengah.
"Wah kalau itu JImmy belum pernah, Mam.. Tidak berani. Takut hamil..." ujar Jimmy. Marlina tersenyum mendengarnya.
"Kenapa Mama tersenyum?" tanya Jimmy.
"Karena kamu masih sangat polos, sayang..." kata Marlina sambil mencubit pipi Jimmy, lalu bangkit untuk menyiapkan segala sesuatunya karena Herman akan segera pulang.

Malam harinya, Marlina, Jimmy, dan Yenny asyik menonton TV, sedangkan Herman sedang mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

"Ciuman rasanya gimana sih?" tanya Yenny ketika menyaksikan adegan ciuman di televisi.
"Ah, kamu.. Masih kecil! Tidak perlu tahu," ujar Jimmy sambil mengucek-ngucek rambut Yenny.
"Tidak boleh begitu, Jim.. Adikmu harus tahu tentang apapun yang dia tidak mengerti. Biar tidak salah langkah nantinya..." ujar Marlina sambil menatap Jimmy.
"Begini, Yen..." ujar Marlina.
"Ciuman itu tidak ada rasa apa-apa.. Tidak manis, pahit atau asin. Hanya saja, kalau kamu sudah besar nanti dan sudah merasakannya, yang terasa hanya perasaan nyaman dan makin sayang kepada pacar atau suami kamu..." ujar Marlina lagi.
"Ah, nggak ngerti..." ujar yenny.
"Mendingan Yenny tidur saja, ah.. Sudah ngantuk..." ujar Yenny.
"Ya sudah, tidurlah sayang," ujar Marlina. Yenny kemudian bangkit dan segera menuju kamar tidurnya.

Ketika menyaksikan adegan ranjang di televisi, Marlina bertanya kepada Jimmy, "Apakah kamu sudah itu dengan pacarmu?".
"Jimmy belum punya pacar, Mam.. Mereka hanya sekedar teman saja," jawab Jimmy.
"Tapi kok kamu bisa ciuman dengan mereka?" tanya Marlina lagi sambil tersenyum.
"Ya namanya juga saling suka..." jawab Jimmy sambil tersenyum juga.
"Sudah sejauh mana kamu melakukan sesuatu dengan mereka?" tanya Marlina.
"Tidak apa-apa kok, Jim.. Bicara terbuka saja dengan Mama," ujarnya Marlina lagi. Jimmy menatap mata ibunya sambil tersenyum.
"Ya begitulah..." kata Jimmy.
"Ya begitulah apa?" tanya Marlina lagi.
"Ya begiutlah.. Ciuman, saling pegang, saling raba..." ujar Jimmy malu malu. Marlina tersenyum.
"Hanya itu?" tanya Marlina lagi.

Jimmy melirik ke arah ayahnya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya.

"Mama jangan bilang ke Papa ya?" ujar Jimmy.

Marlina tersenyum sambil mengangguk. Jimmy lalu beringsut mendekati Marlina.

"Jimmy pernah oral dengan beberapa teman wanita..." ujarnya sambil berbisik.

Marlina tersenyum sambil mencubit pipi Jimmy.

"Nakal juga ya kamu!" ujar Marlina sambil tersenyum.
"Rasanya bagaimana?" tanya Marlina sambil berbisik.
"Sangat enak, Mam..." ujar Jimmy.
"Tapi Jimmy dengar, katanya kalau punya Jimmy dimasukkan ke punya wanita rasanya lebih enak.. Benar tidak, Mam?" tanya Jimmy.

Marlina kembali tersenyum tapi tidak menjawab..

"Kamu mau tahu rasanya, Jim?" tanya Marlina sambil tetap tersenyum. Jimmy mengangguk.
"Sini ikut Mama..." ajak Marlina sambil bangkit lalu pergi ke ruang belakang. Jimmy mengikuti dari belakang.

Sesampai di ruang belakang, Marlina menarik ...
><<<>9

Aku Digoda Agnes
Waktu itu hari jumat, aku pulang dari rumah teman SMA. Biasa, habis nonton film porno. Soalnya temanku kost sendiri, jadi amanlah buat nonton-nonton. Sampai di rumah, suasananya sepi. Aku kira keluargaku pergi semua. Baru saja aku mau mencari kunci pintu, kakak perempuanku Lia, 20 tahun, membukakan pintu.
"Ngga kuliah to Mbak?" tanyaku.
"Ngga, ada temenku tuh yang datang." jawab Kak Lia santai.

Waktu aku masuk ke ruang tamu, kulihat teman kakakku, Agnes, sedang nonton TV. Aku nggak tahu film apa itu. Aku masuk kamar buat ganti baju. Saat itu aku ngga bayangin yang ngeres-ngeres. Pada saat aku keluar dari kamarku, Agnes menyapaku.
"Eh, Ro, filmmu ini bagus lho!"
"Eh, film apa emang?" tanyaku kaget.
"Ini, masa sama punya sendiri ngga tahu."
Karena memang bingung, aku dekati Agnes, mau tahu film yang dia maksud.
"Eh.. ini ya?" jawabku kaget setengah mati. Soalnya film yang sedang dia tonton adalah film porno yang kupinjam dari temanku seminggu yang lalu. Astaga, pikirku, aku lupa mengembalikan.
"Kak.. kok bisa tahu, darimana ya?" jawabku agak malu.
"Tadi kakakmu ngambil dari kamarmu, emang kalian belum pernah nonton bareng ya?" jawab Agnes.
"Ya.. belum sih, aku cuma pinjem bentar dari temen?" kataku.

Tiba-tiba kakakku muncul. Agnes bertanya kepada kakakku, "Dari mana, Li?"
"Ini beli jus di warung."
Agnes terus bertanya kepada kakakku, "LI, adikmu ini mbok diajak nonton sekalian, biar bisa dipraktekin.. haha.."
Aku kaget mendengar pertanyaan Agnes. Langsung pikiranku mulai ngeres.
"Wah, ini sih kesempatan gue," pikirku.
"Ngapain Ro? Nyengir-nyengir sendiri, mulai ngeres tuh pikiranmu, ngga apa ding. Kan udah gede. Kamu sudah pernah ngeseks kan Ro?" tanya Agnes menggoda.
"Wah, jangan sampai hilang nih kesempatan," pikirku.
"Eh, belum sih, tapi emang pingin, he..he."
"Kalo gitu sini Ro, mumpung ada kita berdua." goda Agnes.
Kakakku hanya senyum-senyum melihat aku. Wah, Mbak Lia ternyata nafsu juga nih.
"Ya deh, tapi entar Mbak, jadi kebelet kencing nih."
"Wah, udah ngaceng tuh punyamu, Ro. Eh, Mbak Agnes ikut ya? Kita mulai di kamar mandi aja ya?"
"Eh Lia, entar ya, gue pinjem adikmu." kata Agnes yang sudah bernafsu.
"Ha.. ayo deh," jawabku.

Begitu aku mau kencing, Agnes langsung mengelus burungku dari belakang. Wah asyik nih pikirku. Agnes hanya diam sambil mengelus burungku yang sudah keluar air kencing.
"Sini aku bersihin."
Aku sih mau aja. Agnes langsung jongkok di depanku dan menjilat kepala burungku sekalian dikulum-kulum sampai masuk ke mulutnya. Kupegangi kepala Agnes dan kugerakkan kepalanya ke kanan-kiri. Kemudian dia berdiri dan langsung mencium bibirku dengan semangat. Lidahnya dimainkan di mulutku, aku pun mengikuti permainannya saja. Tanganku mulai kugerakkan ke buah dadanya yang montok. Aku putar-putar tanganku dan kudorong-dorong susunya.
Agnes mendesih pelan, "Ahh.."

Kubuka bajunya sampai lepas dan kelihatan susunya yang dibungkus BH putih. Kualihkan mulutku ke sekitar susunya. Kucium-cium dan kemudian kulepas BH-nya.
"Wah, putingnya besar nih pikirku."
Aku langsung mengulum putingnya dengan lembut dan tangan kiriku menggosok-gosok susunya yang satu lagi.
"Ah.. Teruss.. Ro," rintih Agnes sambil tangannya terus memainkan burungku. Setelah agak lama kumainkan susunya, aku berjongkok mau membuka celana jeansnya.
Tiba-tiba Mbak Lia muncul dan ngomong, "Eh, diterusin di kamarku yok, TV-nya udah kupindah ke sana. Masak aku cuma liat doank."
"I..ya deh, yuk Ro kita pindah.. Aaah.." jawab Agnes dengan gelinya karena tanganku mengenai lubang kemaluannya.

Setelah selesai kulepas celana Agnes dan tentu saja aku sudah telanjang, kugendong Agnes di depanku dengan lidahku memainkan putingnya.
Agnes mendesah, "Ahh..ah..ehh."
Kubaringkan di ranjang kakakku dan kulihat kakakku sudah melepas bajunya. Kudatangi Mbak Lia. Agnes hanya diam saja dengan tangannya menggosok-gosok lubang kemaluannya sendiri. Langsung kucium mulut Mbak Lia dan kumainkan susunya dengan gerakkan memutar dan meremas.
"Ehh.. Srrp," suara kakakku dengan mulut kami masih berciuman.
Tangan kakakku yang satu memegang pantatku dan yang satunya memegang burungku yang semakin besar saja rasanya. Lalu kuangkat kedua kaki kakakku dan kubaringkan pelan di ranjang. Dengan posisi aku di atas, kedua kaki kakakku melingkar di pinggangku, dan kugoyangkan pinggulku biar burungku bergesekkan dengan lubang kemaluannya. Lalu kuarahkan mulutku ke lubang kemaluan kakakku dan kujilat-jilat, kemudian kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Sementara itu tanganku bergerilya di atas susunya, kuremas-remas.
"Ah.. Ayo teruss.. shh.." rintih kakakku.

Kemudian Agnes berdiri dengan lubang kemaluannya mengarah di mulut Mbak Lia dan menggoyangkan pantatnya di kepala Kak Lia. Kakakku pun langsung menjilat-jilat lubang kemaluan Agnes dengan semangat. Suara rintihan mereka membuatku semakin nafsu. Dan langsung kuarahkan burungku ke dalam lubang kemaluan kakak. Kaki kirinya kuangkat dan ku desak burungku untuk masuk ke lubang kemaluannya. Kugerakkan maju mundur dan kadang memutar sampai burungku basah oleh lendir dari lubang kemaluan kakakku.
"Crp.. crep.. slokk.." suara gesekan burungku dengan lembut.
"Emm.. ahh.. Terus Ro..o."
Semakin cepat ku dorong pantat dan tiba-tiba kurasakan burungku menegang keras dan kurasakan air maniku keluar deras di dalam lubang lubang kemaluan kakakku.
"Ahh.. ahh.. uhh!" desahku.
"Uhh.. ehha.." jerit kakakku yang juga mencapai orgasme.

Selama orgasme kutekan pantatku sampai burungku paling dalam dan kugerakkan maju mundur dan memutar. Kudiamkan beberapa saat di dalam karena burungku berkurang ketegangannya. Setelah kembali tegak ...
><><>10

ABG Tetangga
Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. "Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.

Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. "Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.

Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat. "Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah.

ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. "Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".

Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. "Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.

"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana" Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan".

Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."

Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.

Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."

Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.

"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih ...

10

aku dijebak....dan diperkosa.....
hari itu aku begitu kangen dengan teman karibku Aske...
akupun menghubunginya lewat HP ku.......

"Hallo..!!" terdengar suara riang dan renyah dari ujung sana.
"Hai Aske apa kabar?" seruku gembira, karena dia belum mengganti nomor HPnya, satu jam kami mengobrol dan saling melepas kangen, akhirnya kami sepakat untuk bertemu sore hari ini di sebuah restoran di kawasan Jakarta Selatan.

Hampir jam 6 sore dan kami sudah ngobrol cukup lama saat Aske memohon aku untuk ikut dengannya menghadiri acara pesta seorang rekanan kerjanya.

"Kak Lia.. Ikut yaa.. Aske mohon please.." pinta Aske dengan gaya kekanakannya, akhirnya aku mengangguk mengiyakan.
"Ya sudahlah.. Aku juga tidak punya acara hari ini" jawabku yang langsung di sambut dengan sorak riang Aske.

Acara itu sendiri diselenggarakan di sebuah hotel berbintang di kawasan Jakarta Pusat, Aske saat itu mengenakan gaun pesta panjang warna hitam dengan motif ukiran cina, Aske terlihat makin cantik dengan gaun itu, apalagi gaun itu lumayan ketat sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang seksi, sementara akupun mengenakan gaun biru panjang tanpa lengan dengan selendang biru muda transparan yang aku lingkarkan di pundakku.

"Haii.. Gimana, sudah beres semua?" tanya Aske ke beberapa orang laki-laki yang ada di depan lobi hotel.
"Beres Bu.. Semuanya lancar" jawab seorang dari mereka.

Terus terang aku tidak mengerti dengan pembicaraan mereka, tapi pasti berkaitan dengan acara pesta, kan Aske event organizernya.. pikirku, sebelumnya Aske memang bercerita bahwa saat ini kegiatannya adalah menjadi event organizer untuk acara para konglomerat.

Kami sudah berada di dalam hall hotel tersebut, dan kami ikut hanyut dalam suasana pesta yang berkesan aristokrat, ada sekitar kurang lebih 60 orang laki laki dan perempuan yang berada di ruangan besar ini, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, makan, minum, ngobrol dan lain lain sambil diiringi alunan musik yang lembut, maklum, rata-rata mereka sudah berusia kurang lebih 40 tahunan.

Kusapukan pandanganku ke sekitar ruangan besar itu, sambil meminum segelas wine, Aske memang pintar mengemas acara pesta, semuanya tampak sangat mewah dan terorganisir pikirku. Lalu Aske menyempatkan diri mengenalkanku ke beberapa orang yang kebetulan lewat di depan kami.

"Selamat malam nona Aske.." tegur seorang laki-laki paruh baya.
"Eh Pak Yos.. Maaf saya datang agak telat.. Kenalkan ini teman kepercayaan saya." jawab Aske sambil tersenyum ramah kepada laki laki itu yang ternyata adalah si empunya acara pesta tersebut.
"Lia.." ujarku mengenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Kamu cantik sekali Lia.." jawab Pak Yos memujiku sambil tersenyum ramah, aku langsung mengucapkan terima kasih atas pujiannya tersebut.

Saat itu seorang laki-laki datang ke arah kami.

"Hallo, selamat malam semua, acara utamanya sudah akan di mulai, silahkan ambil tempat masing masing.." sapa orang itu sambil tersenyum.
"Ini Pak Pri.. Dia penanggung jawab acara ini", ujar Pak Yos sambil mempersilakan kami mengikutinya.

Kami duduk di salah satu meja dan menyaksikan dan mendengarkan lagu lagu yang dinyanyikan oleh beberapa penyanyi yang cukup terkenal. Aku masih duduk sambil memegang gelas wine, kepalaku sudah terasa agak berat dan pusing akibat terlalu banyak menenggak minuman tersebut, tak lama kemudian aku pun permisi untuk ke toilet.

"Ke.. Aku ke toilet dulu yach.." ujarku sambil berdiri.
"Aske temenin deh.." jawab Aske menawarkan diri.

Aske sibuk merapikan gaunnya, sementara aku masih memperhatikan wajahku di depan cermin toilet, kepalaku terasa makin berat akibat pengaruh wine tersebut.

"Aduh.. Kayaknya aku kebanyakan minum wine nih Ke..", ujarku setengah menyesal kepada Aske.

Kami sudah akan ke luar dari toilet saat tiba tiba muncul dua orang laki-laki dan langsung masuk ke dalam ruangan toilet, kebetulan saat itu memang hanya kami berdua yang berada di toilet tersebut.

"Eh.. Bapak-Bapak salah masuk.." ujarku bingung, karena yang masuk itu Pak Pri dan Pak Yos, sementara Aske hanya diam saja sambil tersenyum ke arah mereka.
"Tenang Lia.. Kita cuma mau mencicipi tubuh kamu yang seksi itu kok" ujar Pak Pri sambil mendekatiku dan berusaha meraih tubuhku, sementara Pak Yos mengunci pintu toilet dari dalam, seketika itu juga aku tersurut mundur berusaha mengelak dari terkaman Pak Pri. Hingga akhirnya tubuhku tertahan oleh washtafel yang berada di belakangku.

"Apa apaan ini.. Aske.. Hentikan mereka..!!" jeritku sambil berusaha mendorong tubuh Pak Pri yang saat itu sudah mendekap dan menggumuli tubuhku, sementara tangannya sibuk berusaha menyingkapkan belahan gaunku, saat itu aku memang mengenakan gaun panjang yang belahannya sampai ke pangkal pahaku. Tak lama setelah itu, Pak Yos dan Aske mendekatiku, mereka membalikan tubuhku dengan paksa hingga posisiku tengkurap di atas washtafel.

"Hentikan.. Aske.. Mau apa kalian..!!" jeritku sambil berusaha meronta dari himpitan tubuh Pak Pri yang menindihku dari atas, sementara Pak Yos memegangi kedua tanganku dengan erat sambil berusaha menciumi bibirku.
"Mmh.. Jangann.. Mmhh.. Hentikan.. Aske..!!" jeritku di sela sela mulut Pak Yos yang sedang mengulum bibirku, saat kurasakan jari Aske mulai membuka resleting gaunku, lidah Pak Yos masih bermain-main di dalam mulutku saat Aske yang di bantu Pak Pri berusaha melepaskan gaunku, mereka menariknya dengan paksa melewati kedua tanganku, sehingga gaun bagian atasku merosot hingga sebatas perut.
"Bajingan kalian.. Brengsek..!!" teriakku sambil terus berontak dari himpitan ke tiga orang itu, tapi sepertinya mereka sudah tidak peduli dengan jeritanku, Aske malah sudah melepaskan braku yang tanpa tali, sehingga kini buah dadaku terbuka dan menggantung tanpa ...

12

DIRUMAH TENTEKU
Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku hampir 175 cm dengan tubuh yang cukup berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.

Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

"Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar," pikirku.

TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin
meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…

"Anton.. apa yang kamu lakukan!!" teriak sebuah suara yang aku kenal.

"Ooooohh…Tante…...?!" aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.

“Eeeeeehhhhhh…ppppppffffffffff…… ……!!!!!!” badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas…..

"Anton.. jangan kurang ajar…..berani benar kau ini…..ingat, Toonnn…. Aku ini istri om mu….!!!...cepat lepas….nanti kulaporkan kau ke om mu…." teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ...

Next part
13

TETANGGAKU SAYANG
Saya Ari ..sekarang kul di salah satu PTS di kota semarang. Hal ini terjadi ketika aku masih SMA kelas 3. Mulanya tetanggaku Adin.. yang kerja di sebuah perusahaan swasta sering tidur ama adikku di rumahku karena mereka akrab. Dia memang cantik bahkan lebih cantik dari pacarku sendiri apalagi bodinya yang menggiurkan dengan toketnya yang gede itu.. Seperti biasaaa... malam itu dia tidur bersama adikku,... lalu aku coba2 iseng aja tidur di sebelahnya jadi kita tidur 3 orang. ternyata ia diem aja ,..mungkin memang sudah lelap tidurnya.

Sekitar jam 12 malam timbul hasrat tuk menjamahnya...lalu kutempelkan jariku ke mulutnya,..pertama ia diam aja,..tapi kemudian dia malah buka mulutnya dan mengulum jariku..aku kaget wah ni ce bis pak nich..pikirku. Deg2 an juga aku karenanya kuberanikan diri untuk cium dia di pipi, dia diem aja trus aku cium aja bibirnya ,,,eh tak taunya dia malah balas bahkan lebih agresif .. kuarahkan aja tanganku ke balik T-Shirt nya. wah ternyata toketnya emang gede banget. Kuremas2 toketnya yang gede itu dia njerit lalu kukulum aja bibirnya biar diam..sambil tanganku terus meremas toketnya makin lama dia keenakan dan aaach..uuch....terus Ar..makin berani aku maka kubuka T-Shirt nya dia angkat sedikit badannya terus bh nya,,..sekarang dia sudah separo bugil. Kujilati puting toketnya yang kecoklat2 an dan makin menegras itu, dia gelengkan kepalanya ke kiri dan kekanan mungkin keenakan. Tanganku mulai membuka kancing celana pendeknya sambil aku masih mainkan toketnya, trus kubuka juga CD (celana dalam) nya.

Kupandangi seluruh tubuhnya, wah mulus sekaliii....bodinya juga sangat membuatku makin bernafsu apalgi kuliat vaginanya yang ditumbuhi banyak bulu dan tertata rapi itu, baru sekarang aku liat daging yang seperti itu aku jadi panas dingin, dia renggangkan pahanya ,,,duuuccch..tu memek bagus kali..ternyata kaya gini ya memek itu..pikirku. merah kcoklatan serta sedikit berkilat bagian dalam memeknya dan itilnya yang menyembul keluar dan bau harum memeknya itu makin membuatku bergairah. Kujilati memeknya dan aku tenggelam dalam selangkanganya yang malah dijepitkan ke kepalaku. Memeknya sedikit basah lalu ujung lidahku pindah ke itilnya yang kurasakan makin keras dia menggelinjang aach..Ar..enaaaak..ach..kujilati aja terus itilnya itu hingga makin basah aaaaach...teruuus aaach..dia jambak rambutku dan menekankan kepalaku makin kedalam memeknya. Tiba2 adikku yang tidur di sebelahnya menggeliat, wah payah ni kalo adikku tau pikirku..lalu kubisiki ke kamarku aja yuk..?. dia mengangguk dan kita pindah sambil bawa pakaian dan tak kulepaskan pula ciumanku di bibirnya dan sambil terus pelukan..nah sekarang kita bebas ....iya katanya lembut dia buka bajuku lalu celanaku kubiarkan aja dia..dan menyembullah kontolku yang emang udach tegang dari tadi2. Dia sempat kaget..lho adikmu besar sekali..panjang lagie, katanya sambil meremas2 kontolku padahal kontolku ndak begitu panjang cuma 16 cm tapi mungkin karena dia belum pernah liat kontol. Dia rebahan di tepi ranjang, kuangkat kakinya keatas keliatanlah lagie memek dan itilnya yang menantang itu. Dia mengeran2 sambil meremas2 toketnya sendiri lalau kusedot itilnya hingga sedikit ketarik keluar aduuuch ...aaaach... Ar.... Kini aku ambil posisi 69 aku jilati lagi memeknya dan dia jilati kontolku, wah enak sekali rasanaya tu kontol dijilati makin kurenggangkan lagie selangkanganya, kepalaku terbenam kembali dalam selangkanganya bahkan dia rapatkan pahanya hingga aku sedikit susah bernafas. Mau kumasukkan jariku tapi..sempit sekali...gila ..apa masih perawan yaa..pikirku. kujilati aja itilnya, dia makin agresif dan makin cepat menjilati kontolku. Ar.. aku ndak kuat lagie.. sekarang aja Ar.. Iya Din..kataku... aku ambil dan dia lebarkan selangkanganya hingga mudah bagi kontolku untuk cari sasaran. Kontolku kutempelkan ke memeknya, dia pegang kontolku trus membimbingnya masuk ke memeknya...seret sekali.. aku berusaha keras untuk masuk berkali2 akhirnya kutekan keras kontolku dan dia juga tekan pantatnya keatas.. bleeees ..aaaaaach..sakit Ar..Aduuuuch..akhirnya masuk juga ni kontol meskipun belum sepenuhnya..dan lalu ku tekan lagie hingga masuk seluruhnya bleeeeeesss... aaaaaachhh..aduuuch..sambil tanganya meremas2 tempat tidur sekuatnya dan kepalanya dilempar ke kiri dan ke kanan, kasian dia. Keringatnya banyak sekali dan wajahnya keliatan merah, kuhentikan gerakanku lalu kukulum bibirnya agar dia tenang kembali sambil kontolku masih berada di dalam memeknya. Setelah dia tenang kuayun lagie kontolku keluar masuk pelan-pelan, sekarang dia makin kontrol dan bahkan mengiringi keluar masuknya kontolku dengan goyangan pantatnya. Kontolku terasa hangat berada di dalam apalagie memeknya yang terasa seperti menggigit gigit makin menambah nafsuku. setelah kira2 10 menit kedepan keliatan ia mau orgasme... lalu kuayun kontolku makin cepat Ar..aaaach..dia menekankan memeknya keras2 dan keluarlah cairan dari memeknya, banyak sekali..bahkan sampai meler keluar, tidak kucabut kontolku meskipun dia keliatan sedikit lelah..kuayun aja terus kedepan dan belakang sambil aku remas2 puting toketnya...dia cuma melet2 menggerakkan lidahnya ke kiri dan kana bibirnya. 10 menit kemudian kurasakan juga sepertinya aku mau keluar...kupercepat sodokan kontolku ke memeknya aaach..Ar... teruuuuuss... dia terus mengerang, rupanya dia juga mau orgasme yang kedua dan dia keluar lagie. Tiba2 kurasakan ada yang mendorong keluar dari kontolku, buru2 kucabut kontolku biar ndak tumpah di dalam, tapi ternyata sedikit terlambat dan ada sedikit yang ketinggalan di dalam dan banyak sekali yang berceceran di memeknya dan kontolku..warnanya sedikit kemerah2 an , mungkin karena selaput virginnya yang abis terkoyak. kita ambil posisi 69 lagie..aku jilati mani yang belepotan di memeknya, dan sebaliknya dia jilati mani yang nempel di kontolku hingga tinggal air liurnya aja yang ketinggalan di kontolku. Ar sedikit amis dan asin yaaaaa....tapi enak kok..katanya.

Aku kemudian terlentang di tepi ranjang dia malah turun dan berjongkok di depanku dia kulum kontolku, memang dari tadi dia cuman menjilat aja, tak lama kemudian kontolku tegak kembali lalu aku duduk dan dia makin bernafsu mengulumnya hingga tegangan ...

Next part
14

Mbak Ratih

Saya berasal dari daerah Timur Indonesia, lahir 34 tahun yang lalu sudah berkeluarga dengan wanita dari Solo. Kehidupan rumah tangga dan kehidupan sex kami normal normal saja. Saya sering di panggil temen temen item maybe coz kulit saya agak burem ato hitem .. hehheheh.

Sudah menjadi obsesi saya adalah make love dengan perempuan yang berumur antara 40-55 tahun. Saya bukan pengunjung setia tetapi merupakan pembaca setia forum SETENGAH BAYA di mana hampir semua cerita di forum ini menjadi koleksi saya. Ada sebuah cerita yang sangat menarik buat saya dimana penulisnya menyertakan juga alamat e-mailnya. Penulisnya seorang perempuan yang mengaku berusia 48 tahun . seorang professional di perusahaan asing.

Setelah membaca ceritanya perempuan tersebut beberapa kali ... saya coba untuk mengirimkan beberapa komentar tentang cerita dia. Awalnya semuanya berjalan biasa saja .. dari beberapa kali berkiriman e-mail akhirnya dia memberikan no. HP dan dari beberap kali obrolan selajutnya kami sepakat makan siang bersama. Dari pembicaraan kami selama ini saya berasumsi perempuan ini cukup hangat dan enak diajak ngobrol.

Siang itu setelah janjian kami sepakat untuk bertemu di salah satu café di daerah Thamrin. Terus terang saya agak nervous . karena ini untuk pertama kali saya kencan dengan perempuan yang selama ini menjadi kriteria saya .. umur antara 40 sampai 55 tahun I dont care how she look like .. the most important is dia umuran segitu dan feeling saya mengatakan dia cukup pinter dan enak diajak ngobrol.

10 menit menunggu akhirnya mobile phone saya berdering .. tatapan saya tertuju ke pintu café di sana berdiri seorang perempuan setengah baya berusian sekitar 40 an .. mengenakan kacamata hitam, tinggi sekitar 165 an dengan berat antara 70 an. Wajah lumayan cantik dengan gurat tua mulai kelihatan jelas. Bibirnya dibalut lisptik sepadan dengan dandanannya .. penampilannya sungguh seorang professional yang matang karena pengalaman. Saya berdiri menuju pintu .. dan menyalaminya Mbak Ratih!? Iya kamu Item ? Iya Mbak . kami kemudian berjalan menuju ke meja yang sudah saya reserve sebelumnya .. sablengnya saya . semua biaya date ini adalah tanggungan dia maklum orang kere gue .. heheheh. Cukup banyak obrolan yang kami bicarakan siang itu ... sampai akhirnya saya tahu bahwa dia berusia 51 tahun ... wow .... sedikit bersorak saya dalam bathin ... bisakah saya bisa meniduri perempuan cantik ini?

Date siang ini berjalan mulus ... dan kemungkinan untuk ngeseks dengan dia kelihatan semakin besar saat saya mengantar dia menuju ke mobilnya. Sebelum menginjak pedal gas ... dia sempat memberikan sebuah ciuman manis di bibir saya ... bathin saya bersorak ... wow .. ini kesempatan bagus.

Beberapa hari kami saling mengirimkan sms ... sampai pada suatu siang Mbak Ratih menelpon saya dan meminta saya untuk datang ke sebuah hotel di daerah slipi. Ada sedikit kecemasan yang berkecamuk di hati saya ... apa yang akan terjadi ... is it happy ending or bad story will be happen ? Di depan kamar hotel saya berdiri sejenak meredam kecamuk yang bergejolak .... saat saya bunyikan bel pintu .... dan kepala Mbak Ratih menjulur keluar saat membukakan pintu .. wooooooooooooooow ... sebuah pemandangan yang tidak pernah saya perkirakan sebelumnya .. menjumpai sosok seorang perempuan paru baya .. dengan sedikit lemak bergelambir di pinggangnya ...... mengenakan gaun tidur yang amat sexy .... wonderful ..... she is so pretty.

Sedikit kaget dan terpesona ... sambil menutup pintu ... Mbak Ratih berjalan menuju sofa sambil tangannya memegang segelas red wine .. duduk berselonjor sambil meneguk wine ... dia menoleh ke arah saya sambil mempersilakan saya duduk .. santai aja Item ... gak usah melotot gitu kenapa? candanya Sambil tertawa kecil .. saya duduk disamping dia .... tangan saya langsung melingkar punggungnya ... saat dia menuangkan segelas wine buat saya ... dengan badan agak condong ke depan .... kedua payudaranya yang sudah mulai agak kendor .... terlihat dengan sangat jelas ....

Sambil berguman .... Maaf Mbak ... saya pengen banget cium bibir kamu! kata saya. Saat berpaling menatap wajah saya .... tiba tiba bibirnya mendarat di mulut saya .. belum sempat hilang rasa kaget saya .... Mbak Ratih sudah mulai memainkan lidahnya di sela sela mulut saya sambil mendesah dan mengerang ... hmhmhmhmhm acchhhhhhhhhh. Saya tidak menyia nyiakan kesempatan itu dan mulai berusaha mengimbangin keganasan bibirnya ...... Sambil berlutut didepan sofa ... tangan saya merangkul pinggulnya .. lidah saya berusaha memainkan sensasi di daerah belakang telingan nya termasuk daerah lobang telinganya .... sambil mengerang ... hmhmhmhmhm acchhhhhhhhhh enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak .. terussssssssssssssssin Item saya berusaha membangkitkan birahi dia agar lebih panas ..... Gesekan kedua payudara Mbak Ratih di dada saya .. turut merangsang permainkan kami menuju area yang lebih panas ... mulut Mbak Ratis tidak berhenti berdesis ... ssssssssssssssssssssssttttttttttt hmhmhmhmhm acchhhhhhhhhh enaaaaaaaakkkkkkkkkkk saat lidah ku mulai menjilati daerah sekitar leher sambil pelan pelan turun ke daerah dadanya ..... tanpa membuka baju tidur tipis itu ... saya masih bergerilya di sekitar dadanya ..... saat saya mengeluarkan kedua payudara yang agak menggantung tersebut ... wow .... sangat menawan ... fantastis .. saya tidak menyia nyiakan kesempatan tersebut .... mulut saya mengulum nipple kanan sambil tangan kiri saya memainkan payudara kirinya ... bibir Mbak Ratih tidak berhenti bersuara dan berdesis ... sambil berteriak .... ochhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhhhh hmhmhm enaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk Item .. terusin ... gigiiiiiiiiiiiiiiiiiiit dikit sayang .............. gigiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit yang keras sayang .......... saya melakukan semua yang dimintanya ..... merasa posisi tersebut kurang nyaman ... saya membimbing tangan Mbak Ratih menuju tempat tidur dan membaringkan dia ........ sebelumnya saya mencopoti baju tidur tersebut ... wooow .. tenyata dia tidak mengenakan celana dalam .... sambil membuka kemeja dan celana panjang ... mata saya tidak lepas memandang dan mengagumi ...
14



Aaah......Nikmatnya Tubuh Tante Rina
Namaku, donal umurku 21 tahun saya tinggal di kota manado. saya akan menceritakan pengalaman saya yang benar-benar terjadi dan begitu indah tak terlupakan bersama seorang perempuan yang sudah bersuami,namanya tante rina. kejadian ini terjadi di medio november 2003 yang lalu,ceritanya berawal dari ketika aku menelepon ke teman saya, ternyata salah sambung malahan tersambung ke rumah orang yang tak saya kenal.Pada saat itu yang mengangkat telpon adalah seorang perempuan yang saya taksir umurnya sekitar 40 tahun,karena suaranya yang begitu sopan dan berwibawa, saya mencoba untuk mencari bahan pembicaraan lain agar supaya jangan putus,ternyata dia merespon,terus saya bertanya kepadanya apakah sudah punya pacar atau belum, dan dia menjawab belum punya pacar.(padahal sudah bersuami).setelah sekian lama kami bicara di telpon akhirnya kami mencatat nomor kami masing-masing.

Keesokan harinya saya menelpon dia (tante rina). kali ini pembicaraan ngalor-ngidul,tanpa disadari ketika bicara tentang pengalaman pacaran,dia bilang" kalau sudah nikah hubungan tidak terlalu serius karena agak bosan", wah..ternyata dia berbohong, akhirnya dia mengaku kalau dia sudah nikah dan punya anak satu.

Akhirnya saya makin berani lalu kutanyakan bagaimana rasanya bulan madu karena saya sama sekali belum pernah merasakan berdekatan dengan wanita.(walau itu yang namanya ciuman).Dia bilang,itu sih alamiah.... kali ini dia tidak malu-malu lagi. lalu kutanya lagi,"Gaya apa yang biasa dilakukan".Tante rina menjawab kalau suamiku pada awal permainan sangat suka mencium leherku kemudian baru menghisap payudara...lalu kutanya lagi,"kalau tante rina senangnya dimana?".lalu tante rina menjawab,"aku senangnya kalau lagi diatas perut",balasnya manja.... Masih dipercakapan telepon juga kutanyakan,"tolong dong tante ajarin aku".jawab tante, "enak aja....cari aja perempuan yang masih single kemudian nikahi.....bereskan.!", balasnya dengan nada sedikit genit.

Ternyata tante rina ini jinak-jinak merpati..aku makin menjadi semakin tertantang.lalu kucoba pancing lagi."iyah deh..ngak usah yang berat-berat..ciuman aja.." ternyata tante rina mulai memberi angin dengan memberi jawaban,"lihat aja belum udah mau cium-cium..entar udah lihat malah lari..".Aku menimpa kembali,siapa yang lari saya atau tante?,dia menjawab,udah ketemu aja deh....dimana...?.saya langsung jawab di "F" restaurant, terus langsung nonton film. akhirnya diakhir percakapan kami janjian untuk ketemu besok jam 3 sore.

Keesokan harinya tepat jam 3 sore ada seorang wanita rambut panjang,tinggi 165 cm,pakaian kuning dengan rok merah yang seksi,persis dengan janjiannya pikiranku langsung tak karuan,saya bersumpah saya harus dapat mencium dan menyetubuhinya. hanya ngobrol sebentar,kami langsung ke bioskop yang terkenal, setalah sampai di bioskop kami beli karcis masuk,kebetulan kami berdua dapat tempat duduk dipinggir.Setelah film dimulai, didalam celanaku ada terasa yang sangat ganjil ternyata "torpedoku mulai berdiri kencang".kemudian kuberanikan untuk memegang tangannya yang begitu halus dan lembut,ternyata tante rina hanya diam saja.Saya berbisik "tante bohong katanya ditelpon bilang sudah nenek-nenek tapi nyatanya masih seperti umur 20-an tahun,beruntung yah suami tante .lalu aku berbisik lagi,mana janjinya tante..katanya boleh cium,kalo nggak lari...! kemudian dia melihat sekeliling,"malu nanti ketahuan orang",saya bilang kembali,sepi kok tante..,

Dalam keremangan saya melihat tante rina merapat-rapatkan kedua bibirnya untuk membersihkan lipstiknya.Saya mulai mendekatkan bibir saya pada telinga tante rina.Busyet wangi sekali,kemudian tanpa ragu lagi saya makin berani mendekatkan bibir saya dipipi tante rina dan seterusnya kulumat bibir tante rina.Ternyata tante rina terbawa arus dan segera melawan lumatanku dengan penuh gairah.Kemudian tanganku mulai kumainkan di badannya tante rina,dan sampai di buah dadanya.Waduh montok sekali buah dadanya tante rina,setalah itu langsung kuremas dan pelintir puting susunya.Nafas tante rina mulai ngos-ngosan.

Tiba-tiba tanganku disentakkan dan ciuman saya dihentikan.dia bilang sudah dong..!jangan terlalu jauh saya sudah nikah.Tapi saya tidak mau nyerah,dengan penuh trik saya pegang tangannya lalu kubimbing kearah kemaluanku yang sudah besar.(kupikir saya pasti ditampar karena kurang ajar).Ternyata tante rina hanya diam saja terpaku dengan besarnya barangku,lalu saya keluarkan kemaluanku,saya tempelkan tangan tante rina dikemaluanku ,tante rina terhenyak."Nekad kamu"

"Biarin tante",balasku nakal..
"Besar dan panjang juga barang kamu".Bisik tante rina genit..
"Iya,tante saya sudah tidak tahan lagi."balasku mesra
"Nanti aja keluarin dikamar mandi",goda tante rina.
"Enggak mau,pingin sama tangan tante rina!"bisikku manja.
"Pusing ya.."tante rina terus menggodaku.
"Iyah.."balasku mantap.

Akhirnya tante rina mau juga mengocok barangku yang sudah besar. Ooooh....syyhhkk...nikmatnya.."Tangan tante rina yang super halus dan penuh pengalaman mengocok barangku.Selang beberapa menit"Sreet...sreeeett.."keluar sudah spermaku akibat kocokan mesra tangan tante rina.

Ketika film selesai saya dan tante rina keluar dan jalan-jalan.saya membelikan dia baju untuk anaknya,terus jalan-jalan kembali,makan,hingga jam menunjukkan pukul 9 malam.kemudian saya bertanya!

"Tante rina nggak dimarahin sama om..pulang terlambat?"
"Tadi sudah bilang ada teman yang ulang tahun, jadi pulang agak lambat.."

Saya mengantarnya pulang.Didalam perjalanan pulang terlihat plang hotel,pikiranku mulai nggak karuan.bawah saja tante rina kesini.Saya memasukkan mobil ke hotel.

"Tante rina protes",mau ngapain kesini...?
"kita ngobrol..untuk saling kenal lagi tante...saya nggak akan nakal tante",balasku mesra,tante rina diam saja."Ternyata tante ...

Next part

15

Febi Keponakanku
Berkali kali kucoba menghubungi HP Febi, keponakanku yang kuliah di Semarang, tapi selalu dijawab si Veronica, sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku spekulasi untuk langsung saja ke tempat kost-nya, aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta, rasanya kurang pantas kalau aku di Semarang tanpa menengok keponakanku yang sejak SMP ikut denganku.

Kuketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni, memang jam 12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada kampus. Lima menit kemudian pintu dibuka, ternyata Desi, teman sekamar Febi, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi.
"Febi ada?" tanyaku begitu pintu terbuka.
"Eh.. Om pendekar.., anu Om.. anu.. Febi-nya sedang ke kampus, emang dia nggak tahu kalo Om mau kesini?" sapanya dengan nada kaget.
Aku dan pacarku sudah beberapa kali menengok keponakanku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut.
"Om emang ndadak aja, pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi kupikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di airport" jawabku sambil mengangsurkan lumpia yang kubeli di pandanaran.
"Aku ingin nemenin Om ngobrol tapi maaf Om aku harus segera bersiap ke kantor, maklum aja namanya juga lagi magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 nanti" jawabnya lagi tanpa ada usaha untuk mempersilahkan aku masuk.
"Sorry aku nggak mau merepotkanmu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi, perut Om sakit nih" pintaku karena tiba tiba terasa mulas.
Desi berdiam sejenak.
"Please, sebentar aja" desakku, aku tahu memang nggak enak kalau masuk tempat kost putri apalagi Cuma ada Desi sendirian di rumah itu.
"Oke tapi jangan lama lama ya, nggak enak kalau dilihat orang, apalagi aku sendirian di sini" jawabnya mempersilahkanku masuk.
"Oke, cuman sebentar kok, cuma buang hajat aja" kataku

Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Desi yang juga kamar Febi yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada dirumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Desi tak mengantarku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh olehku tadi, kususuri deretan kamar kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Febi sedikit terbuka, mungkin karena ada Desi di rumah sehingga tak perlu ditutup, ketika kudekat di depannya kudengar suara agak berisik, mungkin radio pikirku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara desahan, mungkin dia sedang memutar film porno dari komputernya, pikirku lagi. Ketika kulewat di depan kamar, suara itu terdengar makin jelas berupa desahan dari seorang laki dan perempuan, dasar anak muda, pikirku.

Tiba tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film porno, dari pintu yang sedikit terbuka, kuintip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang diputar. Pemandangan ada di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang kubayangkan, ternyata bukan adegan film porno tapi kenyataan, kulihat dua sosok tubuh telanjang sedang bergumulan di atas ranjang, aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka, karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perutku tiba tiba hilang, ketika si wanita berjongkok diantara kaki laki laki dan mengulum kemaluannya dengan gerakan seorang yang sudah mahir, dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkanku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Febi, keponakanku yang aku sayang dan jaga selama ini, rambutnya dipotong pendek seleher membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki lakinya aku tak kenal, yang jelas bukan pacarnya yang dikenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin kugampar mereka berdua, lututku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi dimukaku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera kuurungkan ketika kudengar ucapan Febi pada laki laki itu.

"Ayo Mas Doni, jangan kalah sama Mas Andi apalagi si tua Freddy" katanya lepas tanpa mengetahui keberadaanku.
Aku masih shock mematung ketika Febi menaiki tubuh laki laki yang ternyata namanya Doni, dan masih tidak dapat kupercaya ketika tubuh Febi turun menelan penis Doni ke vaginanya, kembali aku sulit mempercayai pemandangan di depanku ketika Febi mulai mengocok Doni dengan liar seperti orang yang sudah terbiasa melakukannya, desahan nikmat keluar dari mulut Febi dan Doni, tak ada kecanggungan dalam gerakan mereka. Tangan Doni menggerayangi di sekitar dada dan bukit keponakanku, meremas dan memainkannya. Aku masih mematung ketika mereka berganti posisi, tubuh Febi ditindih Doni yang mengocoknya dari atas sambil berciuman, tubuh mereka menyatu saling berpelukan, kaki Febi menjepit pinggang di atasnya, desahan demi desahan saling bersahutan seakan berlomba melepas birahi.

Tiba tiba kudengar suara sandal yang diseret dan langkah mendekat, aku tersadar, dengan agak gugup aku menuju kamar mandi, bukannya menghentikan mereka. Kubasuh mukaku dengan air dingin, menenangkan diri seakan ingin terbangun dan mendapati bahwa itu adalah mimpi, tapi ini bukan mimpi tapi kenyataan. Cukup lama aku di kamar mandi menenangkan diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh buntu, tidak seperti biasanya ide selalu lancar mengalir dari kepalaku, kali ini benar benar mampet. Ketika aku kembali melewati kamar itu menuju ruang tamu, kudengar tawa cekikikan dari dalam.
"Nggak apa Mas, ntar kan bisa lagi dengan variasi yang lain" sayup sayup kudengar suara manja keponakanku dari kamar, tapi tak kuhiraukan, aku sudah tak mampu lagi berpikir jernih dalam hal ini.
"Kok lama Om, mulas ya" Tanya Desi begitu melihatku dengan wajah lusuh, sambil menikmati lumpia entah yang keberapa.
Aku diam saja, duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu bohong bilang Febi nggak ada, ternyata dia di kamar dengan pacarnya" kataku pelan datar tanpa ekspresi.

Dia menghentikan kunyahan lumpianya, diam tak menjawab, kupandangi ...

16

anak 15 tahun yang buas
ini merupakan pengalaman saya yang paling memalukan sebenarnya saya malu untuk menceritakannya. saya seorang perempuan berumur 19 tahun saya masih kulliah di sebuah universitas di lampung. saya tinggal di rumah pamanku. dia mempunyai anak laki-laki yang berumur 15 tahun. tinnginya sekitar 165 cm.

pada waktu itu saya baru pulang dari kuliah memkai baju putih sedang kehujanan. ketika dirumah ternyata paman dan tante sedang pergi dan yang ada di rumah hanya sepupuku itu.

lalu saya masuk kekamar untuk mandi saya membuka baju saya yang basah dan celana jeans ku lalu saya membuka celana dalam dan bh ku didalam kamar. ternyata saya lupa menutup kamarku dan sepupuku masuk kekamarku dan melihatku telanjang bulat. tapi saya tidak marah kepadanya malah saya mengajaknya untuk mandi dan dia menyetujuinya dengan wajah yang nafsu.

lalu dia membuka semua pakaiannya dan terlihatlah kontolnya yang besar yang berukuran sekitar 15 cm. lalu kami mandi berdua. di dalam kamar mandi ternyata anak itu lebih buas dari yang kuduga di dalam kamar mandi dia langsung mencium mulutku dan memeras payudaraku yang berukuran 35b. lalu aku merasa keenakan dengan apa yang dia lakukan. aku pun terbawa suasana dan langsung memegang kontolnya yang sudah mengeras.

lalu aku pun langsung mengulum kontolnya itu di bawah siraman shower, setelah itu kami berdua masuk kedalam bathtub yang cukup besar.. disana kami melanjutkan "kentot" tersebut. didalam itu anak itu anak itu langsung memAsukan kontolnya kedalam memekku yang masih perawan saya merasa kesakitan ketika kontolnya memasuki lubang memeku. lalu keperawananku pecah dan mengeluarkan darah. walau sakit, anehnya masih ada kenikmatan yang kurasakan saat itu. setelah itu, anak itu pun mempercepat pemainannya gerakan maju mundur kontolnya semakin cepat dan menjadi-jadi, tanpa terasa punggungku pun ikut bergerak seiring dengan masuknya batang kontol dia ke memeku, aku merasakan sesuatu yang amat dahsyat.. memeku terasa ngilu, namun nikmat.... tak lama kemudian air maninya terasa mengendap di memekku, setelah itu ia mencabut kontolnya dan membalikan badanku.. dia melanjutkan permainan tersebut, dia mencari-cari lubang memekku dari belakang, setelah menemukannya, ia langsung mencoba memasukan kontolnya tersebut, namun batang kontolnya belum cukup panjang, dia pun minta agar posisinya berada dibawah sehingga memeku dapat berada tepat diatas kontolnya...ternyata sepupuku tersebut sangat pintar memuaskan ku, ia juga sungguh kuat. setelah selesai dia mencabut kontolnya dan mengeluarkan lagi maninya, tepat di tengah-tengah belahan tetekku...lalu kami menyudahi permainan kami di dalam kamar mandi dan melanjutkannya di dalam kamar sepupuku itu untuk menonton bf...
yang baru dipinjamnya dari temannya...
kami terus bermain selama beberapa minggu kedepan di saat rumah kosong... agh.. nikmatnya...

17

Tanteku yang kesepian.....
Sewaktu suami Tante Yok yaitu Om Rudi sering bertugas ke Surabaya maka Tante Yok menjadi kesepian dan sering bermain ke rumahku untuk mengobrol dengan ibuku. Susahnya di situ! Kadangkala Tante Yok lupa untuk duduk secara sopan, kadangkala ia tanpa sengaja menyingkapkan roknya atau bajunya sehingga beberapa kali terlihat pahanya hampir pada celana dalamnya ataupun ketiaknya. Waduh.. waktu itu aku merasa terangsang karena terus terang saja paha Tante Yok itu terlihat putih, mulus dan padat menggairahkan. Ketiaknya ketika tak sengaja tersingkap memperlihatkan bulu-bulu hitam yang sangat banyak.

Sejak saat itulah aku mulai melamunkan dia, bagaimana ya rasanya jika aku bersetubuh dengan dia, aku menelanjangi dia dan melihat seluruh anggota tubuhnya tanpa dihalangi oleh apapun. Rasanya itu terus membayang di mataku dan mulailah aku melakukan masturbasi dan selalu membayangkan Tante Yok sebagai wanitanya. Aku hampir-hampir tidak bisa menahan libidoku itu. Kalau ia berkunjung, aku kerap berusaha untuk mengintip kalau-kalau dia open lagi. Gelas minuman yang disuguhkan kepadanya sering kuminum lagi, aku mencoba mencari bekas bibirnya dan mencoba merasakannya dan membayangkan bagaimana jika aku dicium oleh Tante Yok.

Cerita ini berlanjut terus. Ketika itu aku harus menjaga rumahnya karena Om Rudi dan seluruh keluarganya harus pergi ke Surabaya. Jadi Om Rudi minta tolong orang tuaku untuk membantu menjaga rumah mereka karena letak rumah kami yang berdekatan (hanya sekitar 15 menit jika naik ojek). Karena hanya aku yang bisa dipakai kapan saja pada saat itu, maka orang tuaku menyuruhku untuk menjaga rumah Om Rudi dan Tante Yok. Waduh kebetulan sekali, begitu pikirku waktu itu. Jadi aku bisa lihat-lihat segala macam foto-foto keluarga mereka, tentu yang utamanya adalah foto Tante Yok. Kira-kira sekitar 1 minggu aku bertugas jaga rumah mereka ketika tiba-tiba pada hari ketujuh (kalau aku nggak salah hari Senin) Tante Yok terpaksa kembali sendirian karena ternyata ia harus mengurus sesuatu yang penting. Nah, waktu itu ia kembali sudah menjelang malam, sekitar jam 7.00. Aku sedang nonton TV pada saat dia pulang. Terus terang aku cukup surprise dan deg-degan juga karena aku hanya berdua saja dengan perempuan yang sering jadi tamu mimpi ini.

Tante Yok sendiri langsung memasak untuk menyiapkan makan malam dan aku menawarkan diri untuk membantunya. "Boleh, makasih banget lho Barry.." katanya. Waktu aku bantu tanpa sengaja ia sedang duduk untuk membersihkan dan aku berdiri mencuci pisau dan segalanya. Bajunya tersingkap sehingga aku melihat buah dadanya meskipun tidak sepenuhnya. Buah dadanya ukurannya sedang dan putih dibungkus oleh BH berukuran sedang. Aku rasanya naik melihat pemandangan itu. Buah dadanya bergoyang seirama dengan gerakannya. Aduh mak! Ketika aku lagi begitu, ia menoleh dan tersenyum padaku, rasanya senyumnya adalah senyum yang paling manis di dunia saat itu.
"Kenapa Barry?" dia bertanya.
"Nggak apa-apa kok Tante", jawabku.

Kemudian aku dan dia mandi (ruangnya terpisah lho). Aku selesai duluan dan karena aku biasanya tidur di kamar Om Rudi dan Tante Yok maka aku ke kamarnya untuk pakaian dan berhias sehabis mandi. Waduh nggak tahunya dia baru selesai mandi dan cuma lagi memakai BH dan celana dalam, lagi mau milih baju mana yang dipakai. Woww, rasanya darahku naik ke kepala. Dia kaget dan agak menjerit dia berkata, "Aduh Barry, entar dulu ya, Tante lagi pakaian nih!" tapi nggak ada nada marah dalam suaranya. Aku keluar tapi aku tidak bisa melupakan apa yang kulihat tadi. Tante Yok sedang berdiri di depan lemarinya yang terbuat dari kaca. Di kaca itu aku lihat tubuhnya, buah dadanya yang tidak begitu besar tapi rasanya aduh gimana gitu, menggantung ditutupi BH-nya. Ketiaknya yang berbulu hitam dan sangat lebat tumbuh di sekitar pangkal lengannya yang putih. Perutnya yang padat dan ranum, pusarnya yang masuk ke dalam. Pinggulnya yang sedikit gemuk tapi masih sintal. Terus pahanya yang ditutupi celana dalam coklat, mulus, putih dan padat. Aku tidak bisa lihat apa yang ada di balik celana itu, tapi rasanya waktu tidak sengaja kulihat tadi ada sebagian bulu-bulu hitam yang keluar dari celana dalamnya. Berarti kayaknya bulu-bulu kemaluannya memang banyak banget, kayak bulu ketiaknya. Waduh, aku tambah terangsang saja melihatnya.

Makan malam kami biasa saja dan suasananya jadi kaku karena insiden tadi. Kami jadi diam-diaman. Aku diam karena aku malu dan nggak enak karena kejadian tadi. Dia juga diam aja tapi kadangkala curi pandang ke arahku. Terus selesai makan aku bilang pada Tante Yok.
"Tante nanti jam sembilanan aku pulang dech."
"Oo, kok buru-buru Barry, besok pagi aja, malam ini nginep aja di sini. Tante juga di sini agak lamaan sekitar dua minggu", dia bilang begitu.

Aku takut semakin lama aku di situ semakin ngeres pikiranku, jadi aku berkeras untuk pulang. Akhirnya dia menyerah dan bilang oke. Malangnya (atau mestinya aku bilang pucuk di cinta ulam tiba) keadaan bilang lain. Nggak tahunya tidak lama setelah kami makan bersama, turun hujan deras sekali sampai hujan angin. Yah jelas aku nggak mau sakit, jadi dech aku malam itu menginap lagi di rumahnya bersama Tante Yok. Aku tidur di kamar Lia, sepupu jauhku dan dia tidur di kamarnya. Saat malam hujannya bukan berhenti dan tambah deras, dingin dech! Sebelum tidur kami mengobrol sambil dia bercerita bisnis Om Rudi di Surabaya dan aku cerita rencanaku untuk ambil kursus supaya bisa lebih siap untuk kerja. Ternyata Tante Yok lupa untuk duduk sopan lagi sehingga pahanya tersingkap sampai agak jauh sehingga aku melihat pahanya yang mulus, waduh rasanya gimana gitu, terus aku melihat badan dia secara keseluruhan, terus mulai membayangkan kalau aku mulai menindih dia dan bersetubuh sama dia, bagaimana ya?

Pas malamnya hujan belum berhenti dan tetap deras, kami mulai tidur. Di kamar aku nggak bisa tidur, aku terus memikirkan Tante Yok, bagaimana rasanya Om Rudi kalau lagi bersenggama dengan dia, enak pasti! Untung dech Om Rudi mendapatkan Tante Yok yang montok itu. Bodoh dia mau tugas ke Surabaya ...


18

KEPERAWANANKU UNTUK KAKAK IPARKU
aku lea umur 28 thn. umur perkawinanku baru 5 bulan tapi aku mengulagi kegilaanku sebelum menikah...
BERSELINGKUH DENGAN KAKAK IPARKU.

aku akan mulai cerita kebejatanku dari pertama kali aku berhubungan seks dng suami kakakku.

sebelum kawin aku tinggal dgn kakakku, mbak shinta yg sdh berkeluarga. suaminya,mas toni adalah pria yang ramah sabar, dan hangat. sementara mbak sinta wanita mandiri yg agak galak.
aku dan mas toni sangat akrab. aku menganggap dia seperti kakak kandungku sendiri. kami bahkan bkerja di gedung yg sama di t.b. simatupang walau lain kantor. ini membuat aku selalu nebeng motornya pulang pergi kantor.
tapi keakraban kami dgn cepat berubah menjadi perselingkuhan.

waktu itu aku berumur 26 thn dan mas toni 30 thn.
hari itu jumat, pulang kantor aku minta diantar ke depok. pulang dari depok menuju kerumah kami di pancoran turun hujan. kami akhirnya berteduh di dekat UI. waktu itu sekitar jam 9 malam.

di pos jaga yang agak remang semua itu dimulai.
aku duduk agak rapat dng tubuh mas toni. 15 menit kemudian ia memeluk dan mencium bibirku. aku kaget sekali, baru kali itu bibirku dilumat seorg pria. kutolak tubuhnya.

aku tdk bisa berbicara.
tanpa kuminta, mas toni bercerita ttg perasaannya selama ini. ia terangsang dgn tubuhku yang katanya seksi. payudara dan pantatku membuatnya sering berfantasi sdg bercinta dngku. ditambah kebiasaanku yg sembrono berpakaian di rumah yang tdk memakai BH membuat susuku merangsangnya. ia bahkan tdk bisa melupakan tubuhku yg telanjang di kamar mandi. mas toni berpikir aku sengaja menggodanya.
aku ingat memang pernah lupa mengunci kamar mandi dan ia melihatku bugil. walau semua sdh aku lupakan tapi itu membekas dipikirannya.

aku merasa bersalah krn membuatnya salah sangka. maka ketika ia menciumku aku tdk bisa menolaknya.

ia melumat bibirku, lidahku bahkan melepaskan blous-ku dan mencumbui payudaraku.
awalnya aku diam saja tapi rangsangannya membuatku membalas birahinya. aku sgt menikmati pagutan dan cumbuan liar dan panas kami.

sampai dirumah aku coba bersikap biasa. malamnya aku tdk bisa tidur, perasaanku bercampur aduk.

jam 3 subuh aku bangun ke kamar kecil, rupanya mas toni sedang nonton di ruang tengah.
ia menarikku keruang tamu dan membujukku utk meneruskan cumbuan kami.
aku takut sekali tapi entah kenapa aku tdk bisa menolaknya.
dan diatas karpet ruang tamu yg gelap, keperawananku kuserahkan dengan rela pada mas toni.

entah apakah karena belum pernah bersentuhan dgn pria, pengalaman seks malam itu rasanya sungguh luar biasa.
kami bergumul telanjang, aku yg mulanya diam saja mau tak mau bergelinjang liar. tubuhku dijilati, diciumi, digigit lembut.
susuku diremas, putingku diisap bahkan pantatku-pun dijilati. nikmat menyerang tubuhku, aku rasanya terbang.

nafas kami memburu dan kami mengerang-erang tertahan.
dan yg paling tdk bisa kulupa adalah mas toni memaini vaginaku dgn mulut dan lidahnya. lidahnya menggeliat dlm liangku seperti ada ular yg masuk kedlm lubang vaginaku.

entah apa namanya, susah menjelaskan rasa apa yg menyelimuti tubuhku.
setelah tubuhku mengejang-ngejang yg rupanya adalah awal orgasmeku dan vaginaku terasa basah berlendir, mas toni menusuk vaginaku dgn kontolnya.
vaginaku sakit karena tusukan kontolnya tapi nikmat.

setelah beberapa kali kocokan akhirnya...terdengar bunyi halus, SLEEPPP... terasa benda keras menerobos vaginaku dan menyentuh dasarnya. benda itu berdenyut lembut dan hangat. bisa kurasakan dinding vaginaku bereaksi meremas kontolnya. ini memberi sensasi yg membuat kakiku terasa lemas. vaginaku terasa hangat. terasa mas toni menekan kontolnya sedalam mungkin.

karena terhanyut dgn keadaan itu tanpa sadar, tanganku yg sedari tadi meremas pantatnya, menarik pantatnya agar kontolnya tertanam lebih dalam.
sakit, nikmat itu yng memenuhi vaginaku.

setelah beberapa menit. akhirnya mas toni bergerak mengocok vaginaku. terasa kontolnya keluar masuk. pantatku tanpa diperintah bergoyang kanan-kiri.
akal sehatku menolak tp tubuhku tdk bisa menolak setiap tetes kenikmatan yg mas toni berikan.

inikah yg mbak shinta nikmati di ranjangnya. inikah yg membuatnya berdesah, merintih, dan mengerang kalau kebetulan aku lewat dekat kamarnya dimalam hari.
aku telah mengambil kenikmatan ini dr mbak shinta.

setelah beberapa saat, tubuhku serasa terbang, kocokannya makin cepat dan ganas. vaginaku terasa letih dan sakit tapi aku tdk ingin berhenti karena kontol mas toni yg begitu nikmat.

aku melenguh pelan... nikmat...aku sampai, orgasme.
tubuh mas tonipun terasa menegang, keringatnya dingin tp kulitnya panas. ia mencabut kontolnya dan spermanya disemprotkan kepahaku. ia melenguh tertahan panjang dan tubuhnya jatuh menindihku.
aku membuatnya orgasme.

dikamar mandi ada darah segar dan lendir licin hangat divagina dan selangkanganku.
keperawananku hilang tapi aku tdk menyesal karena tubuhku terasa nikmat.

sehebat itukah mas toni atau nikmat yg luar biasa ini karena ini pengalaman pertamaku?

setelah malam itu aku sempat menolaknya karena takut ketahuan mbak shinta tapi karena sudah tahu rasanya seks kemudian aku berdalih toh mbak shinta kasar pada mas toni aku kasihan pada mas toni akhirnya kami menjadi sepasang kekasih yg dimabuk birahi.
aku tdk pernah menolak ajakan mas toni utk bercinta.
ia mengajariku berbagai macam cara menikmati seks.
aku paling tdk tahan jika vaginaku dioral olehnya. itulah yg paling aku suka saat bercinta dgnnya.

dari semua permainan seks terlarang kami ada satu yg paling aku sukai.
ada saat dimana selama seminggu mbak shinta pulang purwokerto karena ibu kami sakit. karena aku tdk dapat cuti, aku tinggal dirumah berdua saja dgn mas toni.

lima hari aku menggantikan mbak shinta menjadi istri mas toni. itulah saat terindah ...


19

Mbak lastri yang montok
Sebenarnya sudah dari dulu aku sangat terobsesi untuk bisa menikmati tubuh Mbak Lastri meskipun dia terhitung masih saudara dekat, tapi entah kenapa keinginan itu tak bisa aku bendung bahkan kian hari semakin besar saja. Tapi semuanya itu hanya sebatas khayalan saja karena untuk berterus terang, pada saat itu aku rasakan sangat tak mungkin.

Sebenarnya keluarga Mbak Lastri pada saat itu sedang mengalami masalah karena suaminya ternyata kawin lagi dan telah mempunyai anak, suaminya pun sangat jarang ada dirumah, hal itu aku ketahui dari Mbak Lastri sendiri ketika dia mampir ketempat kerjaku untuk sekedar mengobrol.

Aku sangat suka cara berpakaian Mbak Lastri, dia selalu memakai pakaian yang ngepas di badan hingga lekuk-lekuk tubuhnya sedikit tergambar, bentuk pantat dan payudaranya yang menonjol membuatku semakin tergila-gila.

Suatu ketika waktu Mbak Lastri datang ketempatku, aku sedang sendiri karena satu anak buahku sedang nagih sedangkan yang dua pergi ke proyek. Saat itu aku sedang iseng main komputer.

"Sendirian aja Cen, yang lain pada kemana?" Tanyanya sambil melangkah masuk lalu duduk tak begitu jauh dari tempatku.
"Iya nih Mbak, yang lain lagi pada keluar. Dari rumah apa dari mana Mbak?" Jawabku sambil melihatnya.

Saat itu Mbak Lastri memakai baju semi kaos yang agak ketat sedangkan celana bahannya menempel ketat.

"Dari rumah, sengaja kesini, pusing dirumah melulu, lagi ngapain Cen?" Matanya memandang ke arah layar monitor komputer yang memainkan video clip musik, padahal sebelumnya aku sedang menonton BF.
"Lagi iseng aja Mbak," Aku melirik padanya, dan terlihat teteknya membusung karena dia duduk dengan menyandarkan punggungnya di kursi.
"Eh Cen kalau komputer bisa nggak buat nyetel film vcd?" Mbak Lastri bertanya.
"Ya bisa dong, apalagi film BF, bisa banget. Eh.. Mbak Lastri udah pernah belum nonton BF," Kuberanikan diri memancing pembicaraan yang agak ngeres.
"Ya pernah dong, kemarin aku baru nonton di rumah Bu Bambang, dia punya banyak lho vcd BF, kadang-kadang aku pinjem buat distel di rumah, tapi aku kurang begitu suka yang dibuat-buatnya keterlaluan, aku sukanya yang apa adanya," Jawabnya.

Ternyata Mbak Lastri doyan juga nonton BF, ini kesempatan buatku, untungnya aku punya banyak file porno di komputerku hasil dari ngedownload dari internet.

"Terus kalau habis nonton Mbak Lastri kepengen gituan gimana?, kan suami Mbak Lastri sekarang jarang di rumah,"
"Ya pusing lah terus uring-uringan apalagi kalau inget suamiku lagi ngelonin yang lain makin panas aja, paling-paling ya usaha sendiri aja,"
"Usaha sendiri gimana Mbak?" Tanyaku pura-pura nggak ngerti.
"Ya usaha sendirilah dari pada nggak ada pelampiasan. Ah kamu pura-pura nggak tahu. Eh Cen kamu punya nggak film gituan,"

Ahirnya tanpa kutawari Mbak Lastri malah meminta, ini yang aku tunggu-tunggu, nonton film porno bareng Mbak Lastri pasti asik, adapun akhirnya bagaimana aku tak memikirkannya yang penting tahap awal terlalui.

"Banyak Mbak, Mbak Lastri mau yang kaya gimana?" Aku menantangnya.
"Kalau ada sih yang pemainnya orang biasa-biasa aja yang bukan bintang film porno" Kata Mbak Lastri seperti menawar.
"Wah kayaknya selera kita sama Mbak, justru yang yang biasa-biasa aja yang banyak, soalnya saya juga nggak suka yang terlalu dibikin-bikin," Kataku mengiyakan keinginannya.

Kemudian ku buka file film pornoku, aku pilih yang ku anggap bagus lalu ku jalankan di komputer. Terlihat di layar seorang wanita seumuran Mbak Lastri dengan bentuk tubuh yang sepertinya juga sama sedang merayu lelaki muda. Setelah beberapa saat, dan film yang kustel semakin hot ku lihat Mbak Lastri begitu menikmati. Mbak Lastri menarik kursi yang didudukinnya agar lebih dekat ke layar monitor, yang berarti tubuh Mbak Lastri juga semakin mendekat pada tubuhku bahkan nyaris bersinggungan. Aku semakin menikmati keadaan yang terjadi meskipun saat itu aku tetap menunggu situasi ideal seperti yang aku impikan selama ini.

"Nah film seperti ini yang Mbak Lastri Suka, eh.. Cen gedein dikit dong volumenya, nggak enak kalau nggak denger suaranya," Pinta Mbak Lastri.

Aku menuruti keinginannya yang padahal keinginanku juga, semakin asyik rasanya kalau mendengar wanita mendesah-desah menikmati persetubuhan. Diluar hujan mulai turun hingga menambah semakin erotisnya saat itu.

"Mbak Lastri, saya sudah nggak tahan nih," Akhirnya aku beranikan diri untuk memulai.

Mbak Lastri tak menjawab hanya kulihat dia menarik nafas resah matanya tak lepas dari adegan yang terjadi di layar monitor.

"Enak kayaknya yah kalo lagi begituan aku diperlakukan seperti itu. Suami Mbak Lastri sih nggak pernah deh kayak gitu, biasanya langsung tancap aja, sebentar lalu udahan, tinggal aku yang pusing sendiri," Mbak Lastri berkata ngedumel, badannya selalu bergerak-gerak resah tak mau diam, mungkin hal itu berarti Mbak Lastri sudah terkontaminasi hal-hal erotis seperti juga yang kualami akibat dari adegan-adegan penuh nafsu yang kami tonton.

Sampai pada akhirnya tanganku kujamahkan pada tangannya, kuremas pelan sambil menunggu reaksinya. Setelah aku tahu tidak ada penolakan, lalu tangannya kubimbing ke arah pangkal pahaku dan kuletakan diatas kemaluanku dengan posisi telapak tangan Mbak Lastri menghadap kebawah dalam keadaan seperti akan mencengkram kemaluanku berharap Mbak Lastri melakukannya sendiri. Karena tidak tahan, tanpa menunggu lagi akhirnya kuremas-remaskan tangan Mbak Lastri pada kontolku.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya, Mbak Lastri malah memasukan sendiri tangannya kedalam celanaku dan meraih isinya lalu meremas dan sesekali mengocok batang kontolku, ku rasakan juga ibu jarinya kadang-kadang mengelus-elus kepala kontolku terasa agak geli tapi semakin menambah tinggi libidoku. Dalam situasi seperti itu aku tak mau ...

20


isteri temanku betul betul enak
hidup wanita mungkin memang tidak jauh dari sumur ......dapur....dan kasurrrrr...
begitulah kata kata bijak yang pernah keluar dari ahli pisafat perempuan.......dibantu dengan pengaruh pornografi yang merambah lewat media cetak dan media elektronic juga telah menjadikan kita tidak lagi merasa risih tentang segala sesuatu yang berbau SEX.......

kala itu aku dapat tugas oleh kantorku kesurabaya....dalam rangka RAKOR .......sebelum berangkat aku sudah menghubungi terlebih dahulu temanku.........Via HP
Gus......senin minggu depan saya ada tugas ke surabaya....
oooyaa??? kalau disurabaya nginap dirumah saja yah?....
kemudian temankupun memberikan alamatnya....
jl...indrapura...kemayoran kauman...
kucatat ALAMATnya.......

setelah acara RAPAT di kantor ...akupun mencari rumah sahabat ku ini.....Agus adalah teman akrab saat di SMA dulu...
setelah menyelesaikan kuliah D2 nya dia dapat kerjaan kebetulan dia ditugaskan di kantor pusat perusahaannya dan dia pun meninggalkan kotan kami utk bekerja disurabaya....

rumahnya mungil tapi tatanannya apik...perabotan yang lumayan mahal terpampang.....diruang tamunya...

eh...yud..perkenalkan isteriku ......
seorang gadis cantik putih dan....sexy...mengulurkan tangannya.....timbul pula kegiatan usilku....saat berjabatan telunjukku ku goyangkan menggelitik jari tangan isteri temanku ini.....
Yuni......
yudi,...jawabku.....ia tersenyum...ia tidak menampakkan kekagetan saat kuusili tadi......mungkin takut suaminya tau....
kamipun bercengkerama.....bercerita tentang kenakalan agus saat SMA dulu.....sementara yuni dengan setia ...mendengarkan percakapan kami......
kamar yang paling depan sdh dipersiapkan utk kutiduri....
taskupun telah kutaruh disana.....
yud.....kerjaku disini shift -shift jadi....sorry aja yah...malam ini kebetulan aku kena shift malam....sebenarnya pengen ngajak kamu ke TP ...tapi khan bisa besok?.....sorry yah?...
ucapnya lagi....gak apa Gus....jawabku....
aku memang letih mo langsung istirahat aja....tambahku kemudian...
gak usah sungkan2 ...isteriku...ada koq...dan dia pasti senang nemani kamu ngobrol sebelum istirahat....
istrinya mengangguk senyum padaku....

Aguspun berangkat kerja...saat itu sdh pukul 22.00 WIB
aku masih duduk di sofa besar di ruang tamu temanku sambil nonton acara tivi jawa timur JTV ,acaranya lucu juga dalam bahasa madura.....
Yuni, isteri temanku juga disitu....
mas...minum kopinya....., kata yuni...makasih jawabku...
mas ini nakal juga yah....masak tadi tanganku di kitik2 didepan suamiku....katanya lagi...aku cuma senyum aja sambil menatap wajahnya yang cantik itu...
udah berapa lama menikahnya dik Yun...??baru 8 bulan.....mas
udah ada hasil?...sambil aku melihat perutnya....
blum mas......mungkin belum saatnya.....
mas Agus...rajin nggak naik????
naik apaan ?...katanya heran....yaaaa naik gitu loh....
ahirnya yuni ngerti.....yah rajin juga.....
berapa kali seminggu?...tanyaku lagi....kadang sekali kadang yaaa 2 kali....
pantesss....., pantess apanya tanyanya lagi....
pantess blum dapat2.....
emangnya harus berapa kali sih mas?....
4 kali semalam........
wahhhhhhhh...bisa hancur punyaku...katanya sambil senyum...
apanya yang hancurr...tanyaku mancing.....suasana sudah semakin hot.....
ada dech........., masak sih bisa hancur.......
ya ..iyyalah...kalau 4 kali semalam......masak adasih yang kuat gituan sampai 4 kali semalam.....
hehehehe ..saya malah bisa 5 kali ...malah....
masak sih?.....iyyalah....jawabku sambil niru caranya ngucapin iyaalah tadi....
dan punya isteriku gak rusak tuh....malah tambah bagus....
hahahahaha kami tertawa....
makanya kami baru nikah 7 bulan saja isteri malah sudah melahirkan.....wah prematur dong?,katanya lagi.........ya gak lah.....saya isi dulu seblum nikah....ucapkukemudian.....hahahahaha
kami tertawa bareng.....

kami cepat sekali akrab...rupanya isteri temanku ini enak diajak bicara......

gak takut tidur sendiri?....tanyaku kemudian......
ya nggak lah...disini khan tempat nya aman.....
ia ...aman dari maling kali?.....tapi khan kalau setan.....
iblis.....atau jin...apalagi kolor ijo......bisa aja datang.......
hiiiiihhhh...ia seakan bergidik...sambil pindah ke sofa yang satunya mendekati tempat dudukku.....
rupanya wanita ini takut sama hal hal yang berbau menyeramkan.....maka kuceritakannlah hal hal yang menyeramkan ....mulai leak....pocong.......dan kuntilanak.....
ia tambah bergidik.......
tepat pukul 23 .00 akupun pamit pengen istirahat.......
mungkin saat itu mendung ....udara agak gerah rasanya.....
dan betul juga.....JDERRRRRR.....tiba tiba petir.....membahana...dan tiba tiba......tok...tok...tok..
pintuku diketuk ...aku berdiri membuka pintu.....
rupanya Yuni......
aku takut mas........iapun masuk dikamarku...langsung duduk dikursi disamping tempat tidur.....
lampu kamar kunyalakan kembali......aku tersenyum.....
Yuni telah menggunakan gaun tidur.....sangat tipis...dan buah dadanya nampak jelas naik turun....dilanda ketakutannn
Yuni....sangat takut sama petirrr mas......
yah udah dikamar sini aja ntar juga petirrnya habiss....
tiba tiba JDERRRRR petir kali ini amat besar........
ia berlari menghampiriku...badannya gemetar....ia langsung mendekapku......
hah?????aku jadi blingsatan.......nafsu ku telah menarinari....
ia merapatkan tubuhnya.....ke tubuhku....dipinggir ranjang....
karena merasa risih kulepas pelan2 dan akupun alasan berbaring......disampingnya...
ia masih tetap duduk dibibir ranjang sambil menaikkan kakinya
dan memeluk kedua kakinya...itu...
pinggangnya nampak jelas ...celana dalam hitamnya lebih nampak lagi.....kulitnya yang putih mulus...membangkitkan gairahku.......
ia masih menggigil dan....petir kembali berbunyi....
...

Next part

21


dari GAPLE turun ke RANJANG
suamiku sangat hobby bermain DOMINO....alias GAPLE......
tapi tidak menggunakan uang.....hanya saja yang kalah kuliat berdiri....dan telinganya digantungi batu bateray,,,,kadang juga
berdiri sambil menggunakan HELM......aneh aneh saja....
terkadang suamiku main GAPLE di teras rumah sampai jam 1 dini hari.......sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan untuk teman teman suamiku....yang menemaninya bermain gaple......
suamiku wiraswasta...ia hanya makelar mobil..tapi penghasilannya lumayan....jadi hidup kami yah mencukupi bahkan masih ada yang bisa kami tabung......
kami belum memiliki anak......sedang perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun........,umur suamiku 32 tahun sedang aku
24 tahun....., suamiku lahir di malang dan aku asli surabaya....

tawa dan canda mereka yang saling mengejek apabila ada yang berdiri tidak putus2nya.....sepanjang malam......dan ini sudah berlangsung hampir setahun.....rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman teman suamiku....juga tetangga sebelah menyebelah kami........

ada salah satu teman suamiku yang kemudian kuketahui bernama bang Asmar....dia tinggal tidak begitu jauh dari rumah kami.....pekerjaannya kalau tidak salah adalah SATPAM....
orangnya lebih tinggi sedikit dari suamiku...badannya atletis....dan kelihatan rahangnya begitu kokoh...dan kuat...
Bang Asmar paling sering memperhatikan aku....kalau aku mengantarkan minuman...atau makanan ke meja mereka....
ia paling sering menatapku...aneh...dan tidak henti2nya menatap ke payudaraku.......kadang aku jadi malu dibuatnya......
caranya berbicara kadang aneh terdengar dikuping....tuturkatanya....lain dari kebanyakan....rupanya dia memang bukan dari JAWA...tapi dari makassar ,...kalau tidak salah bang Asmar suku bugis.....
orangnya selalu ceriah....dan kadang membuat banyolan2 yang membuat suamiku dan temannya yang lain tertawa...terpingkal pingkal......
suatu hari suamiku berangkat ke ngawi...kalau gak salah di mantingan...untuk mengambil mobil yang katanya mau dijual murah......suamiku berangkat sore......
ia berkata padaku......
ma...mungkin saya balik besok pagi.....soalnya agak jauh juga nih...gak kuat nyupir malam.......
iyaa...hati hati pa......kataku mengiringi kepergiannya....

dan malamnya bergantian temannya datang kerumahku menannyakan suamiku....kujawab mungkin malam ini gak ada gaple gaple an...soalnya suamiku kembalinya besok...
oooooo,ya sudah kalau gitu.....merekapun pulang....
dan sekitar jam 22.00 WIB datanglah Bang Asmar......
dia juga menanyakan suamiku...kujawab yang sama ...
tapi dia malah gak pulang....seperti teman suamiku yang lainnya........
ia malah duduk di teras.....wahh...sayang yah...gumamnya...
aku hanya tersenyum....ia menatapku.....yah...itu tatapan matanya itu......membuat selalu jantungku berdebar debar.....
aku hanya tersenyum....dan matanya kembali melihat kepayudaraku.........aku kembali salah tingkah....
sudah tau yah?.....sekarang ada siaran TIVI baru.....siaran khusus jawa timuran....namanya JTV?.....
apa iya??? kataku menimpali.....
di tiviku kok belum ada yah....gak tau cara nyari siarannya.....
ayo....abang yang nyarikan.......
ia langsung berdiri...dan masuk kerumahku.....aku malah yang mengekorinya dari belakang..........
ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya.....aku hanya duduk dikursi tamu melihat aktifitasnya.....
setelah ketemu ..iapun ikutan duduk dikursi tamu pas didepanku....
tuh...sudah....bagus khan?...siarannya?....
aku mengangguk..tapi kok aku gelisah yah berduaan dengannya.....,lantas iapun berkata.....ongkosnya mana?.....
aku tertawa ....ooo pake ongkos toh.......ya iyyalah....
mau tau ongkosnya?.....tanyanya lagi....berapa sih?.....
tanyaku....bang Asmar mendekatiku.....ia lansung memelukku
dan mencium pipiku....mengecup bibirku.........
aku terpana ....mulutku diam...aku bingung.....tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yang begitu cepat dan tak kuduga duga itu.....
aku melepaskan diri....
bang....nanti diliat orang......kataku....ia melepaskan pelukannya
ia menuju kepintu...kukira ia mau pulang sudah ...tau taunya ia menutup pintu....dan tidak lupa mengambil sandalnya memasukkannya kedalam rumah...dan mengunci pintu...iapun menuju kearahku.......nah...sekarang gak diliat orang khan....
iapun kembali memelukku....dan menciumiku habis2an.....aku tak mampu menolaknya....
saat itu aku memang tidak dengan sengaja sudah merangsangnya dengan gaun tidurku ini.....soalnya aku memang sudah pengen istirahat ...maklum suami sedang pergi......mungkin saja bang Asmar....terangsang,....dengan kondisiku ini sehingga ia begitu berani melakukan hal ini.....
aku sama sekali tidak sadar.......ketika ia menggiringku kekamar....dan merebahkanku ke tempat tidur.....
tangannya melingkar dibawah leherku....menjadi bantal bagi kepalaku.......
Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang memang menantang ini....., dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki laki....menitikkan air liurnya bila menatapnya.....
begitulah sehingga bang Asmar.....tidak henti hentinya mempermainkan payudaraku........sehingga....
"Nnngghh.. Bang" desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang membuatnya
terpesona.....

Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.

Puas menyusu ...

22


adikku pembobolku
Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.

Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku... ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga... dia menjawab:

"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, "emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... ...

Next part

23

Nyokap gw...si barbie bitch
Liburan panjang kali sangat berbeda buat gw. Sebab my dream come true...sejak akhir-akhir ini gw emang konak terus liat nyokap gw yang makin lama makin sexy. Oh iya, umur gw 20 tahun and my mom is 41 y.o. Gw kuliah di UPH 180 cm and 75 kgs. My mom is about 170cm 60 kgs 'padat karya' karena rajin fitnes+berenang malam dirumah. Gw rasa semua lelaki normal juga pasti horny sih liat dia. Rambutnya dicat pirang (dari dulu) keriting gantung, kulit makin kaya keramik aja, kalo toket ama pantat sih udah geeede dari dulu. Hobinya pake baju belahan dada rendah kalo ke mall and celana jeans ketat.

Awalnya gini...jumat malam kemarin gw and temen gw ajak doi ke Embassy ada party nya FHM. My mom ok aja, dia pake baju kemeja gantung and celana jeans model hipster (sorry gw kaga tau jenisnya apa, pokoknya yg dibawah pinggul deh) terus pake rantai kalung dipinggul plus sepatu agak high heelsgitu. Sampe disana aja semua laki pada nengok mungkin dikiranya salah satu modelnya hahaha. Semua temen gw bilang kalo mereka pada horny liat nyokap gw.

Malam minggunya gw ama temen gw itu ajak dia lagi, tapi kali ini ketempat yang agak underground didaerah Kota sana. Gw and my buddy undah semapakt mau 'jailin" si mommy hehehe kali ini doi kita minta pake rok mini and tanktop! Ternyata eh ternyata doi setuju aja hehehe rok mini jeans+tanktop hitam gokil...no bra). Turun dari mobil pake jaket sih, pas didalam dibuka. Kita mendarat disana sekitar jam 1an and tempat itu masih termasuk sepi. Pesen-pesen minum deh, mom minta red wine, terus kita minta draft beer aja dulu. Ternyata doi enjoy banget dengan musicnya yang bukan music house seperti kebanyakan daerah kota.

Jam 2an gitu udah mulai rame, and kita udah banyak kenalan cowo baru gara-gara 'sexy barbie' ini. Ada aja yang sok beliin minuman buat kita. Tentu saja in return nya mereka pada grepe-grepe nyokap gw, yah termasuk gw ama my buddy. Gimana engga...kita peluk-peluk dari belakang sambil pegang pinggulnya, ngintip toketnya yang 'nendang' banget gitu. Apalagi doi mulai pusing karena minum banyak, sedikit 'gempa' hehehe makanya kita pelukin dari belakang supaya kaga ambruk. Meleng dikit aja udah ada laki lain yang meluk-meluk. Temen gw sempet bilang kalo dia remes-remes pantat doi and doi juga bales goyangin pantatnya malah nempelin pantatnya yang nonggeng itu kecelana temen gw yang mana udah ngaceng abis.

Jam 3an suasana tambah rame and kita tambah 'panas' Kita udah seperti dirty dancing aja. Ada yang meluk dari belakang and ada juga yang dari depan. Kita gabung juga sama orang sekitar, maklum deh udah mulai padat. Si mommy juga sempet bilang ama kita berdua," Tuh banyak cewe seksi, mana nih action nya?" sambil ketawa ngejek kita. Kita malah balas bilang,"Ngapain cari cewe lagi kalo udah ada yang paling ok didepan mata hahaha.." eh malah kuping gw yang dijilat...ampun dah tambah ngaceng aja. Kita panas-panasin juga "ayo dong tuh ada cowo macho, godain dong bikin pada horny!" Bah ternyata doi beneran godain...gokil dah.

Gw juga tambah nekat akhirnya, kaga pake malu-malu lagi reme-remes pantat doi (doi tau banget itu tangan gw), cuma diem aja sambil senyum-senyum asik. Disuatu ketika juga si mommy narik tangan gw yang tadinya dipinggul ketoket nya. Buseeet...kesempatan langka dalam hidup gw. gw engga main kasar, touched it very gently and her tounge daneced in my ears...shit! Tangannya juga gerilya nyari lokasi penis gw yang udah tegang banget dibalik celana jeans gw. Toket terbagus selama gw kenal perempuan, big and natural. Kaga tahan gw balikin badannya supaya berhadapan, doi nurut aja...Gw speechless liat mukanya yang malam itu sexxxy abizzz (barbie bitch). Lagi-lagi kuping gw dijilat and leher gw diciumin. As a normal boy tentu gw bales dong sampe kedengeran suara desahan yang makin bikin kepala atas bawah pusing. Sementara temen gw ngelirik sambil ngacungin jempol kearah gw, dia ini juga sibuk dengan perempuan yang baru kenal.

Hentakan lagunya juga bikin badan engga mau diem. Si mommy juga goyangnya makin heboh, goyang bikin konak hehehe. Mungkin udah pengaruh red wine juga kali sehingga dia berani cium gw lips to lips...edaaaan. kepala gw dipegang supaya diem and dicium cukup lama juga...seeer! Sementara tangan gw meremes pantatnya yang super kenyal itu. Kaga lupa gw sempet-sempetin jilat belahan dadanya yang merangsang itu. Kata-kata "oooooh" panjang sering terdengar keluar dari mulut doi. Tangan my mom sih emang udah parkir terus di penis gw berusaha ngocok-ngocok bikin ngilu. Gw ke toilet aja, malah gantian tangannya ada dicelana temen gw yang keenakan gitu. Eh si gila itu malah lebih nekat dari gw, tangannya pake masuk kedalam rok segala! Dia kasih tau gw malah kalo jarinya sempet nyelip dibelahan pantat nyokap yang pake g-string. And dia bilang juga kalo nyokap gw 'shaved'...buseeeet dah. Kalo soal 'shaved' sih gw udah tau dari dulu melalui ritual ngintip hehehe.

Jam 4an gw udah mulai gelisah penegn cepet pulang dan melanjutkan apa yang sudah terlanjur terjadi. Soalnya tangan gw juga udah menyelusup kedalam rok, nyelip kebelahan pantat and maju kedepan. Suasana semakin panas aja seiring jalannya malam, gw juga udah makin gila mulai pelorotin celana dalamnya, doi nurut aja, kaga peduli lagi dengan lingkungan sekitar yang sekitarnya yang ...

Next part

24

Mama Tiriku, Guru Seksku
Aku memang punya 'kelainan' yaitu Oedipus Complex, senang dan terangsang bila melihat wanita lebih tua (STW) yang cantik. Nafsuku akan menggebu-gebu. Semua itu berpengaruh di tempat tidur karena akan lebih hot karena dasarnya aku suka sekali. Pengalaman berikut adalah yang aku alamin saat remaja. Mungkin pula pengalaman ini yang membekas di pikiranku secara psikologis sehingga aku menjadi lelaki yang suka wanita lebih tua. Pengalaman di bawah ini nggak akan pernah aku lupa.

Saat usia 10 tahun, Papa dan Mama bercerai karena alasan tidak cocok. Aku sebagai anak-anak sih nerima aja tanpa bisa protes. Saat aku berusia 15 tahun, Papa kawin lagi. Papa yang saat itu berusia 37 tahun kawin dengan Tante Nuna yang berusia 35 tahun. Tante Nuna orangnya cantik, setidaknya pikiranku sebagai lelaki di usia ke 15 tahun yang sudah mulai merasakan getaran terhadap wanita. Tubuhnya tinggi, putih, pantatnya berisi dan buah dadanya padat. Saat menikah dengan Papa, Tante Nuna juga seorang janda tapi nggak punya anak.

Sejak kawin, Papa jadi semangat hidup berimbas ke kerjanya yang gila-gilaan. Sebagai pengusaha, Papa sering keluar kota. Tinggallah aku dan ibu tiriku di rumah. Lama-lama aku jadi deket dengan Tante Nuna yang sejak bersama Papa aku panggil Mama Nuna. Aku jadi akrab dengan Mama Nuna karena kemana-mana Mama minta tolong aku temenin. Di rumah pun kalo Papa nggak ada aku yang nemenin nonton TV atau nonton film VCD. Aku senang sekali dimanja sama Mama baruku ini.

Setahun sudah Papa kawin dengan Mama Nuna tapi belom ada tanda-tanda kalo aku bakalan punya adik baru. Bahkan Papa semakin getol cari duit dan sering banget keluar kota. Aku dan Mama Nuna semakin akrab aja. Sampai-sampai kami seperti tidak ada batasan sebagai anak tiri dan ibu tiri. Kami mulai sering tidur di satu tempat tidur bersama. Mama Nuna mulai nggak risih untuk mengganti pakaian di depanku walaupun tidak bener-bener telanjang. Tapi terkadang aku suka menangkap basah Mama Nuna lagi berpolos ria mematut di depan kaca sehabis mandi. Beberapa kali kejadian aku jadi hapal kalo setiap habis mandi Mama pasti masuk kamarnya dengan hanya melilitkan handuk dan sesampai di kamar handuk pasti ditanggalkan.

Beberapa kali kejadian aku membuka kamar Mama yang nggak dikunci aku kepergok Mama Nuna masih dalam keadaan tanpa sehelai benang sedang bengong di depan cermin. Lama-lama aku sengajain aja setiap selesai Mama mandi beberapa menit kemudian aku pasti pura-pura nggak sengaja buka pintu dan pemandangan indah terhampar di mata mudaku. Sampai suatu ketika, mungkin karena terdorong nafsu laki-laki yang mulai menggeliat di usia 16 tahun, aku menjadi bernafsu besar ketika melihat Mama sedang tiduran di kasur tanpa pakaian. Matanya terpejam sementara tangannya menggerayang tubuhnya sendiri sambil sedikit merintih. Aku terpana di depan pintu yang sedikit terbuka dan menikmati pemandangan itu. Lama aku menikmati pemandangan itu. Kemaluanku berdiri tegak di balik celana pendekku. Ah, inikah pertanda kalo anak laki-laki sedang birahi? batinku. Aku terlena dengan pemandangan Mama Nuna yang semakin hot menggeliat-geliat dan melolong. Tanpa sadar tanganku memegang dan memijit-mijit si otong kecil yang sedari tadi tegang. Tiba-tiba aku seperti pengen pipis dan ahh koq pipisnya enak ya. Akupun bergegas ke kamar mandi seiring Mama Nuna yang lemas tertidur.

Kejadian seperti jadi pemandanganku setiap hari. Lama-lama aku jadi bertanya-tanya. Mungkinkah ini disengaja sama Mama? Dari keseringan melihat pemandangan ini rupanya terekam di otakku kalau wanita cantik itu adalah wanita yang lebih dewasa. Wanita berumur yang cantik di mataku terlihat sangat sexy dan sangat menggairahkan.

Suatu siang sepulang aku dari sekolah aku langsung ke kamarku. Seperti biasa aku melongok ke kamar Mama. Kulihat Mama Nuna dalam keadaan telanjang bulat sedang tertidur pulas. Kuberanikan untuk mendekat. Mumpung perempuan cantik ini lagi tidur, batinku. Kalau selama ini aku hanya berani melihat Mama dari balik pintu kali ini tubuh cantik tanpa busana bener-bener berada di depanku. Kupelototi semua lekuk liku tubuh Mama. Ahh, si otong bereaksi keras, menyentak-nyentak ganas. Tanpa kusadari, mungkin terdorong nafsu yang nggak bisa dibendung, kuberanikan tanganku mengusap paha Mama Nuna… pelan… pelan. Mama diam aja, aku semakin berani. Kini kedua tanganku semakin nekad menggerayang tubuh cantik Mama tiriku. Kuremas-remas buah dada ranum dan dengan naluri plus pengetahuan dari film BF. Aku bertindak lebih lanjut dengan mengisap puting susu Mama. Mama masih diam, aku makin berani. Terinspirasi film blue yang kutonton bersama temen-temen, aku tanggalkan seluruh pakaianku dan si otong dengan marahnya menunjuk-nujuk. Aku tiduran di samping Mama sambil memeluk erat.

Aku sedikit sadar dan ketakutan ketika Mama tiba-tiba bergerak dan membuka mata. Mama Nuna menatapku tajam.

"Ngapain Ndy? Koq kamu telanjang juga?" tanya Mama.

"Maaf ma, Andy khilaf, abis nafsu liat Mama telanjang gitu" jawabku takut-takut.

"Kamu mulai nakal ya" kata Mama sambil tangannya memelukku erat. "Ya udah Mama juga pengen peluk kamu, udah lama Mama nggak dipeluk papamu. Mama tadi kegerahan makanya Mama telanjang, e nggak taunya kamu masuk" jelas Mama.
...


25


Butik Panas
Pada hari Senin telepon di meja kantorku berdering, lalu kuangkat.
"Khristi di sini."
"Hai Khristi. Aku Kelvin. Kapan kita lunch bareng?"
"Waduh, aku sibuk banget minggu ini."
"Gimana kalau besok. Besok hari yang bagus, aku enggak usah kerja. Bisa lamaan."
"So? aku kan mesti kerja."
"Sebentar saja, satu jam. Besok jam 12 aku jemput di luar kantormu. Di mana alamatnya?" ujarnya tanpa menunggu jawaban ya atau tidak.
"Hmm, okay deh. Tapi cuma satu jam, aku enggak boleh telat."
Akhirnya aku mengiyakan ajakan Kelvin. Sudah seminggu dia menelepon tiap hari mengajak keluar. Sudah pula aku berikan macam-macam alasan, tapi hari ini agaknya ia tidak akan menerima, "tidak" sebagai jawaban.

Sudah dua tahun aku tidak ada kontak dengan Kelvin sampai minggu lalu aku bertemu dia secara kebetulan di dealer***** (edited). Siang itu aku menitipkan mobilku untuk regular maintenance. Sorenya aku ditelepon, katanya sudah beres dan bisa dijemput. Tapi ternyata aku harus menunggu lama sekali di lobby. Secara diam-diam aku kabur dari kantor, dikiranya hanya sebentar, tapi sudah menunggu setengah jam masih belum dikeluarkan juga mobilnya. Untuk buang kesal, aku jalan-jalan lihat mobil-mobil di showroom. Nah, di sinilah aku ketemu lagi dengan Kelvin. Dia bekerja di dealership ini di bagian sales. Dari percakapan hari itu, aku tahu bahwa dia punya mobil Porsche 911 dan baru putus dengan pacarnya yang sudah tinggal bersama.

Tentu saja aku enggan keluar dengan cowok ini, pada dasarnya karena aku ogah dijadikan pelariannya. Tetapi baru saja aku menyetujui ajakan lunch-nya. Sering pula dia menawarkan aku pergi dinner, untuk yang ini aku sudah mutlak memberikan jawaban tidak.

Keesokan paginya, Kelvin menelepon pertama kali untuk konfirmasi lunch dan kedua kali memberi tahu bahwa dia hampir sampai. Kami pergi ke Japanese Teppanyaki. Kelvin orangnya tidak jelek, tinggi 180 cm, berat badan proporsional, orangnya luwes, hanya saja perutnya agak berlemak. Secara keseluruhan dia memang oke, mulutnya manis dan pandai berbicara (tentu saja, mungkin ini modalnya bertitel top sales di daerah sini). Apalagi nantinya aku tahu kalau dia juga memiliki 3 mobil mewah lain di samping Porsche-nya. Aku diam-diam menggunakan mental calculation mengkira-kira pendapatan dan pengeluarannya setiap bulan. Semua pembayaran mobil, asuransi, rumah, makan dan lain sebagainya. Wow, banyak duitnya, aku pikir, tapi mengeluarkan terlalu banyak uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Lewat mental calculation pula aku menaksir umurnya lebih tua 7 tahun dari aku. Hmm, tapi kok masih single ya?
Kelvin makan banyak sekali. Dia kuat makan dan minum. Di siang bolong pesan sake sampai dua kali. Makanan yang enak-enak dia sumpitkan ke piringku, sisanya dia habiskan. Itupun belum cukup, diakuinya bahwa dia masih bisa tambah dua burger. Aku heran, untuk porsi makannya yang jumbo, layaknya tubuhnya menyerupai balon, tapi dia tergolong kurus. Terus terang, aku suka cowok yang nafsu makannya besar dan tidak takut makan apapun. Well... berbeda dengan yang namanya rakus, loh. Ini pertanda kira-kira nafsu seks-nya juga besar dalam kamusku.

Sepanjang makan siang, tidak sekalipun dia menyinggung soal pacarnya. Aku pun tidak mau tanya. Aku tidak berminat. Dia menyinggung banyak tempat-tempat kemana dia ingin membawaku, tetapi aku tersenyum saja, tidak memberi tanggapan positif. Sampai akhirnya kita mau berpisah, dia minta nomor teleponku yang personal.
"Telepon aku di kantor aja lah!"
"Kalau aku pengen ngobrol malam-malam gimana?"
"Well..." aku segan, dia pun tidak memaksa.

Keesokan harinya Kelvin meneleponku lagi dan juga lusanya. Sebenarnya aku tidak ada rencana bagaimana harus menghadapinya. Di hatiku sudah ada orang lain. Dasar cowok juga, kalau ada maksud mereka tidak pernah bertanya atau perduli kalau kita sudah punya pacar. Pokoknya kalau di jari manis kita belum ada cincin, pasti dikejar terus. Kali ini Kelvin mengajakku pergi kencan benaran pada hari Sabtu. Aku langsung menolak, karena waktu itu aku memang mau ke undangan pernikahan kawan dekatku. Kelvin bukan Kelvin namanya kalau dia menyerah, aku sudah tahu taktiknya, bila lunch ditolak, dia minta dinner, bila besok ditolak, dia minta lusa. Dan kali ini Sabtu ditolak, dia minta Jumat malam. Akhirnya aku bilang Jumat malam aku akan pergi ke toko baju beli gaun untuk wedding. Kelvin kepengin mengantar, suatu kebetulan bahwa Jumat adalah hari liburnya, selain Selasa.

Aku bukan mau belanja. Aku sudah melirik satu gaun malam warna hitam yang aku suka, tapi belum kubeli sampai sekarang karena lumayan mahal. Sampai akhirnya aku memutuskan Jumat malam akan kubeli saja karena tidak ada yang lain yang lebih menarik. Kelvin menjemputku di kantor lagi malam itu. Di perjalanan yang lumayan jauh dan macet itu, kita mengobrol panjang lebar mengenai apa saja, kecuali mengenai seks-nya.

Sesampainya di butik, aku tahu persis di mana letak baju itu.
"Kelvin, aku coba baju dulu ya! Kamu liat-liat barang lain deh, biar enggak kesel nungguin aku."
"Ya jangan, dong. Aku kan ke sini cuma buat nganterin kamu. Aku tunggu di luar sini. Take your time."
"Iya deh. Thanks ya", aku ...


26


Aku seorang pelacur
Kenalkan namaku Indah. Umurku 24 tahun. Statusku bersuami dengan 2 orang anak. Pekerjaanku pelacur. Tetapi nanti dulu, jangan mencemoohku dulu. Saya bukan pelacur kelas Kramat Tunggak apalagi Monas di Jakarta atau Gang Dolly di Surabaya. Saya seorang pelacur profesional. Oleh karena itu tarip pemakaian saya juga tidak murah. Untuk short play sebesar US$ 200, dengan uang muka US$ 100 dibayar saat pencatatan pesanan dan kekurangannya harus dilunasi sebelum pengguna jasa saya sebelum menaiki tubuh saya. Jelasnya, sebelum kunci kamar tempat berlangsungnya permainan dikunci. Short play berlangsung 1 jam, paling lama 3 jam, tergantung stamina customer. Kalau sesudah 1 jam, sudah merasa capai, dan tidak memiliki lagi kekuatan untuk ereksi, apalagi untuk ejakulasi, artinya permainan sudah usai. Semua kesepakatan ini tertulis dalam tata cara pemakaian tubuh atau jelasnya lagi tata cara persewaan kemaluan saya. Ini sudah penghasilan bersih, sudah merupakan take home pay.

Saya tidak mau tahu soal sewa kamar, minum, makan malam dan sebagainya. Semua aturan ini saya buat dari hasil pengalaman menjadi pelacur selama 3 tahun (saya berniat berhenti menjadi pelacur dua tahun lagi, bila modal saya sudah cukup). Saya tidak pernah diskriminasi, apakah pembeli saya itu seorang pejabat atau konglomerat. Pokoknya ada uang kemaluan saya terhidang, tak ada uang silakan hengkang. More money more service, no money no service. Biasanya para langganan yang sudah ngefans betul pada saya masih memberi tips. Setelah persetubuhan selesai, saya akan menanyakan, "Bapak (atau Mas) puas dengan layanan saya?" Jawabnya bisa macam-macam. "Luar biasa!" mengatakan demikian sambil menggelengkan kepalanya. Atau ada yang menganggukkan kepala, "Biasa!". Tetapi ini yang sering, tanpa berkata sepatahpun memberikan lembaran ratusan ribuan dua atau tiga lembar. Untuk tarip long-play atau all night, tergantung kesepakatan saja, namun tidak akan kurang dari enam ratus dolar. Itu tentang tarip.

Sekarang tentang service. Saya akan menuruti apa saja yang diminta oleh pelanggan (customer) selama hal itu tidak merusak atau menyakiti tubuh saya atau tubuh pelanggan. Dengan mulut, oke, begitu juga mandi kucing atau mandi susu yaitu memijati tubuh pelanggan dengan buah dada saya yang putih dan montok, juga oke-oke saja. Tetapi bersetubuh sambil disiksa, atau saya harus menyiksa pasangan saya, saya akan menolak.

Tiga tahun menjadi pelacur telah memberikan pengalaman hidup yang besar sekali dalam diri saya. Saya mempunyai buku catatan harian tentang hidup saya. Saya selalu menulis pengalaman persetubuhan saya dengan bermacam-macam orang, suku bangsa bahkan dengan laki-laki dari bangsa lain (Afrika, India, Perancis, dan lain-lain). Tetapi kalau selama tiga tahun saya menggeluti profesi saya itu lahir dua orang anak manusia, (masing-masing berumur 2 tahun 3 bulan dan satunya lagi 1 tahun), tentunya saya tidak bisa bahkan tidak mungkin mengetahui siapa bapak masing-masing anak itu. Cobalah dihitung, kalau dalam seminggu saya disetubuhi oleh minimal 10 orang, dalam 1 bulan ada 30 orang yang memarkir kemaluannya di kemaluan saya (1 minggu saat menstruasi, saya libur).

Tetapi ini tidak berarti anak itu tanpa bapak. Resminya anak itu adalah anak Pak Hendrik (nama samaran). Dia adalah boss tempat saya secara resmi bekerja. Seorang notaris dan sekarang sedang merintis membuka kantor pengacara. Pekerjaan resmi (pekerjaan tidak resmi saya adalah pelacur) ini cocok dengan pendidikan saya. Saya, mahasiswa tingkat terakhir Fakultas Hukum salah satu universitas swasta, jurusan hukum perdata. Tetapi nantinya saya kepingin menjadi notaris, seperti Pak Hendrik ini. Sebetulnya saya ditawari Pak Hendrik untuk menangani kantor pengacara yang akan didirikannya tadi. Tetapi saya tidak mau. Menurut persepsi saya (mudah-mudahan persepsi saya salah) dunia peradilan di negeri kita masih semrawut. Mafia, nepotisme, sogok, intimidasi masih kental mewarnai dunia peradilan kita. Dari yang di daerah sampai ke Mahkamah Agung (ini kata majalah Tempo loh). Tetapi sudahlah itu bukan urusan saya. Lalu darimana saya kenal dengan Pak Hendrik? Itu terjadi pada tahun pertama saya menjadi pelacur.

Waktu itu saya hamil 2 bulan. Kebetulan Pak Hendrik mem-booking saya. Setelah selesai menikmati tubuh dan kemaluan saya sepuasnya, saya muntah-muntah. Itu terjadi waktu saya bangun pagi. Dia bertanya apa saya hamil. Saya jawab iya. Lalu dia bertanya siapa bapaknya. "Ya entahlah", jawab saya. Waktu itulah dia menawari pekerjaan untuk saya, kesediaan untuk secara resmi menjadi suami saya dan tentunya melegalisir bayi yang akan saya lahirkan. Saya tidak tahu bagaimana dia mengurus tetek bengeknya di kantor catatan sipil dan bagaimana dia dapat menjinakkan isterinya. Yang jelas setelah itu tiap hari Selasa dan Kamis saya berkantor di kantor Pak Hendrik. Lalu apa keuntungan Pak Hendrik? Ya pasti ada. Tiap hari Selasa dan Kamis, dia akan sarapan kedua. Mulai dari menciumi, meraba-raba badan dan buah dada, dan terakhir menyutubuhi. Kadang-kadang saya malah tidak sempat bekerja karena selalu dikerjai oleh suami saya tersebut. (Bangunan yang dipakai sebagai kamar kerja Pak Hendrik dan saya terpisah dengan bangunan untuk ruang kerja stafnya).

Wajah saya memang cantik. Tinggi dan berat serasi, bahkan berat badan di atas angka ideal, namun terkesan seksi. Buah dada cukup besar, tetapi tidak kebesaran seperti perempuan yang menjalani operasi plastik dengan mengganjal buah dadanya dengan silikon. Kata orang saya cukup seksi tetapi dari sikap dan penampilan sehari-hari juga terkesan cerdas. Singkat kata, kalau ada perempuan laku disewa Rp 1,6 juta sekali pakai, bayangkan ...

27

Mbak Sus.. oh Mbak Sus
Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak kost dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kost. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.

Keluarga tempat kost saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah namun tetap tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kost memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kost, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima anak-anak kost yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.

"Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?" tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat.
"Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung" jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas.
"Apanya yang nggak bisa ngacung?" tanya saya pura-pura tidak tahu.
"Bego! Ya penisnya dong", kata Krus.
"Kok tahu kalau dia susah ngacung?" saya mengejar lagi.
"Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?" tutur Krus.
"Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu", kata Robin.
"Membantu? Apa maksudmu?" tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, "Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di depan kita"
"Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu", sergah Heri yang sejak tadi diam.
"Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti"

Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?

Selama setahun kost diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa kusadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas payudaranya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.

Suatu waktu, ketika berjalan berpapasan, tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.
"Wah... maaf, Mbak. Nggak sengaja..." kataku sambil tersipu malu.
"Sengaja juga nggak apa-apa kok dik", jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksual bersama suaminya.

Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.

Suatu hari ketika di rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan keluar, bapak dan ibu kostku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

"Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lho", kataku.
"Kamu ini ada-...

Next part

28

Kulit Putih Kakak Pacarku
Siang itu, ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang sana memanggil.

"Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih sana."
"Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai jam berapa?"
"Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah."

Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah satu kompleks di Jakarta. Vina memang kariernya sedang naik daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja, kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor saja dari pada beli mobil. Vina pun tak keberatan mengarungi pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku.
Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vina, pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi, aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu menjemputnya terlebih dulu.

Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Marta, kakak Vina, untuk membuka pintu.

"Loh, enggak kerja?" tanyaku.
"Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor," jawabnya sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.
"Nyokap ke mana?" tanyaku lagi.
"Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan," kata Marta, "Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton tv juga boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah, saya ambilin minum."

Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar rumahnya. Aku memang akrab dengan kakak Vina ini, umurnya hanya sekitar dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton tv bersama Marta, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong.

Setelah beberapa lama menunggu Vina di teras rumah, aku celingukan juga tak tahu mau bikin apa. Iseng, aku melongok ke ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki menjulur ke depan. Kaki Marta ternyata sangat mulus, kulitnya putih menguning.

Marta memang sedang menonton tv di lantai dengan kaki berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu, setelah itu barulah ruang nonton tv. Kalau aku melongokkan kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.

Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu, biar hanya sepintas. Aku berdiri.

"Ta, ada koran enggak yah," kataku sambil berdiri memasuki ruang tamu.
"Lihat aja di bawah meja," katanya sambil lalu.

Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat paha dan postur tubuhnya dari dekat. Ah, putih mulus semua. Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat di tubuh dengan pasnya.

"Aku ingin dada itu," kataku membatin. Aku membayangkan Marta dalam keadaan telanjang. Ah, 'adikku' bergerak melawan arah gravitasi.

"Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vina lho!," Marta menghardik.

Dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku membeku, malu, takut Marta akan mengatakan ini semua ke Vina.

"Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!"
"Astaga, Marta, kamu.. kamu salah sangka," kataku tergagap. Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Marta makin naik pitam.
"Saya bilangin kamu ke Vina, pasti saya bilangin!" katanya setengah berteriak. Tiba-tiba saja Marta berubah menjadi sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.
"Marta, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya enggak bermaksud apa-apa," aku sedikit memohon.
"Ta, tolong dong, jangan bilang Vina, kan cuma ngeliatin doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil koran di bawah meja, baru saya liat elu," kataku mengiba sambil mendekatinya.

Marta malah tambah marah bercampur panik saat aku mendekatinya.

"Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!," katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah membuatnya panik.
"Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa, beneran," kataku.

Namun, situasi telah berubah, Marta malah menganggapku sedang mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh, aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin runyam.

"Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu? Lepasin enggak!!," kata Marta.

Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya. ...


29

ak kost mamaku
Cihuuyyy! Aku mau pulang ke Indonesia! Kangennya aku sama kota Kembang tempat kelahiranku, teriakan kernet angkot "Dago! Dago! Dago, Neng?" Kangen sama cowok-cowok Indonesia yang keren. Kangen sama makanan Indonesia yang khas. Yep! It's time for serious ngeceng dan makan sebanyak-banyaknya. Bukannya aku jarang pulang, walaupun tidak rutin, aku sering pulang di saat liburan sekolah, kali ini sedikit lain karena tidak ada lagi ikatan sekolah.

Akhirnya aku lulus kuliah beberapa bulan yang lalu. Cihuy lagi! Good Bye, School! Tak mungkin aku akan balik lagi ke tempat yang disebut learning institution; dingin-dingin/panas-panas harus ke kampus, ngantuk/lelah harus belajar, lapar/haus harus ditahan, di saat ujian aku hanya tidur tiga jam sehari. Temanku malah sampai kencing darah karena keseringan menahan pipis (demi belajar?). Hhhh... "sigh" higher education sucks! Mendingan hidupku yang sekarang, duduk di office yang nyaman dan bekerja menurut jadwalku sendiri. Yah, inilah yang namanya bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.

Anyways, ini terjadi ketika umurku 21 tahun. Setamat kuliah di US, aku sempat kerja part time beberapa bulan. Aku belum menginginkan pekerjaan yang tetap disebabkan oleh alasan kepingin istirahat. Personal status pada waktu itu; sudah punya pacar, seorang pria bernama Venis (not with the P, but V) kepada siapa aku telah mempersembahkan milikku yang paling berharga, namun kini rasanya aku inginkan hubungan ini berakhir. Yang namanya spiritual, emotional, intellectual connection itu tidak terasa di antara kami, mungkin yang eksis cuma intellectual. Paling sulit memang mendapat restu dari Venis untuk pergi jauh darinya berbulan-bulan. Sudah kukatakan kepadanya bahwa aku perlu "break" (hei! aku perlu membuka kesempatan bagi pria-pria lain untuk mendekatiku dong). Tapi dia tidak setuju. Ya sudah, aku tinggal saja.

Keberangkatanku agak mengharukan. Rasa kehilangan itu ada, terhadap kekasih yang aku tinggal (Venis adalah lelaki yang mengisi hatiku setelah Ade, some of you may already know the history with him). Entah apa yang akan terjadi jika aku balik lagi ke negeri ini, akan bersama lagikah kami? Aku sempat meneleponnya waktu transit di Changi untuk menyatakan kerinduanku. Tapi, perasaan galauku lenyap begitu aku melihat Mama menjemputku di bandara Cengkareng. Ketika aku keluar dari bandara, suasana jauh berbeda. Wuihh! gerahnya kota ini. (dan... belum apa-apa sudah lihat cowok kece di restoran!)

Pertama-tama yang kulakukan setiba di Bandung yaitu merayu Mama sampai dia membelikan mobil untukku. Pada mulanya dia memang memenuhi permintaanku, tapi yang dikabulkan; Charade, yang mesinnya cuma 1000cc itu! Kontan aku protes keras. "Maaa, sing baleg atuh. Masa Khristi disuruh bawa mobil sekecil itu sih? Mana aman? Ditubruk orang langsung mati deh berikut penumpangnya. Di Amrik mobil Khristi ampir 3000cc!" Permintaanku memang macam-macam, perlu yang otomotis pula, "Sini kan di mana-mana macet melulu, entar betis Khristi gede sebelah gimana?!" Aku masih merengek-rengek. Banyak pertentangan yang keluar dari mulut Mama yang dinamakan "issues", mengenai jalan di Indonesia yang sempit-sempit, bahwa dia juga mesti pinjam uang sana sini, bahwa Papa kurang setuju. Ya sudah deh, aku mengalah, habis anak Mama sih. Akhirnya aku dapat mobil Honda Civic, yang kalau tidak salah nama resmi Indonesianya "Genio". Lumayan walaupun bukan brand new, aku cukup puas, otomatis lagi.

Dengan modal mobilku ini, aku jalan-jalan kesana kemari sendiri, sambil mengenali kembali jalan dan tempat yang sudah lupa-lupa ingat. Aku tidak suka disupiri, not my style. Well, dengan bekal pengalaman nyetir di Amerika, aku nekat keluyuran di jalan-jalan yang sempit dan tidak beraturan itu, kadang ditemani kadang tidak menghindari lalu lintas yang ramai polisi sebab aku tidak punya SIM (akhirnya tertangkap ketika ada razia). Aku menemui beberapa teman lama, mengunjungi sanak saudara, keluar masuk pusat-pusat perbelanjaan, fitness, dan lain sebagainya.

Ada juga beberapa tawaran pekerjaan datang dari kenalan. Aku tolak dengan halus. Hmph! dalam hati aku bersungut-sungut, yang benar saja, untuk apa aku kerja di sini, kalau mau cari duit tentunya aku akan cari pekerjaan di negeri Paman Sam.

Kadang-kadang aku kesepian tidak ada teman di siang hari, kawan-kawanku ternyata sibuk semua, entah sibuk benaran atau pura-pura. Biarlah, mereka dan aku memang susah menyambung lagi. Aku hanya memiliki sepupu yang dari dulu dekat denganku dan dua teman dekat. Seharusnya kakak laki-lakiku bertanggung jawab, aku ingin dia mengenalkanku pada teman laki-lakinya dan harapanku salah satu dari (mereka) keluar sebagai "the perfect guy", supaya aku kecantol padanya dan tidak usah balik lagi ke US. Sialnya, sampai sekarang yang dia kenalkan cuma satu, dan aku tidak berminat.

Pernah ketika pergi dengan segerombolan kawan-kawan yang lain, aku bertemu kakak kelasku yang pernah aku taksir dulu. Selama tiga tahun di SMP aku memperhatikannya! Entah dia mengetahui hal ini atau tidak, tapi hhhh... lemas aku ketika melihatnya lagi sekarang, yang jelas dia jauh dari apa yang kubayangkan, sangat mengecewakan, tsk, tsk, tsk! Kelihatannya hidup yang susah telah merubah ...

Next part

30

Bercinta dengan guru bahasa inggris
Sejalan dengan waktu, kini aku bisa kuliah di universitas keinginanku. Namaku Jack, sekarang aku tinggal di Yogyakarta dengan fasilitas yang sangat baik sekali. Kupikir aku cukup beruntung bisa bekerja sambil kuliah sehingga aku mempunyai penghasilan tinggi.

Berawal dari reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar waktu SMA dulu.

Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku.

"Kenapa Jack"
"Ah.. tidak apa-apa", jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar).
"Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan", kata Ibu Shinta.
"Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya", jawabku dengan ragu-ragu.
"Terima kasih Jack".

Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku suka kepadanya, "Oh my God what i'm doing", dalam hatiku. Ternyata keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya, kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun membalasnya.

Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah, dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi.

Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta, "Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.

Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

"Mau apa kau sshh... sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
"Ooo... oh.. oh..", desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. "Aahh... Kau pintar sekali. Belajar dari mana ...

Next part

31

Berawal dari senggolan
Aku adalah seorang karyawati sebuah perusahaan swasta di kota kembang, kalau untuk penghasilan mungkin boleh dibilang lebih dari cukup untuk seorang yang masih sendiri seperti aku, lagipula usiaku masih terbilang muda, sekitar 24 tahun. Kata orang sih aku masih senang jalan-jalan, lagian aku juga cepat akrab dengan orang-orang yang baru kenal denganku. Yach itu juga mungkin satu kelebihanku. Mungkin itu sedikit gambaranku saat ini.

Seperti biasa, sepulang kerja aku masih menyempatkan diri pergi ke pusat pertokoan yang ada di kota ini, sekalian lewat pikirku, lagipula aku ingin sedikit melepas penatku yang seharian tadi di belakang meja terus. Tengah asyik memperhatikan baju-baju yang kulihat tiba-tiba ada seorang pemuda yang tanpa sengaja menubrukku dari samping dan kulihat pemuda itu juga sama terkejutnya denganku. Kupikir dia juga tanpa sengaja menubrukku tapi yang jadi masalah tasku ikut terjatuh dan isinya beberapa tercecer keluar. Dengan sigap aku cepat memunguti kembali barang-barangku yang tercecer, tapi pemuda tadi juga tak kalah sigapnya turut membantuku mengumpulkan barang-barangku yang jatuh sambil berkata, "Maaf.. maaf.. Mbak.. saya nggak sengaja.." begitu katanya dengan wajah yang merasa berdosa, aku hanya tersenyum saja melihat dia seperti itu. Aku berpikir dalam hati, dia tampan dan berbadan bagus. Aku jadi nggak terlalu ambil pusing dengan hal tadi.

Kemudian setelah semuanya beres, kembali dia megucapkan permohonan maaf. Kemudian dia berkata lagi, "Mbak, maaf sekali yach.. saya nggak sengaja, gini aja dech Mbak.. untuk menebus salah saya tadi, kalau Mbak nggak keberatan saya ingin mengajak Mbak makan di sana, boleh yach..?" begitu katanya dengan wajah memelas.
"Nggak usah repot-repot.." kataku, "Lagipula kan itu nggak sengaja kamu lakukan.."
Kemudian dia berkata lagi, "Please.. Mbak kalau nggak saya akan sangat ngerasa bersalah sekali, apalagi kertas-kertas Mbak tadi jadi sedikit kotor.." begitu katanya memohon. Terus kupikir yah tidak ada salahnya, apalagi aku pun sudah punya niat untuk makan dulu sebelum pulang nanti, maklumlah kalau sudah pulang aku paling males kalau harus keluar rumah untuk membeli makanan, soalnya rumahku jarang ada yang jualan makanan.

Kemudian aku dan pemuda tersebut masuk ke sebuah restoran yang cukup asyik juga buat santai sambil menikmati makanannya. Setelah memesan makanan kemudian kami ngobrol sambil menunggu makanan datang. "Siapa nama Mbak..?" dia membuka pembicaraan.
"Diah.." jawabku singkat, "Dan kamu sendiri.." aku balik bertanya.
"Ryan.." jawabnya.

Akhirnya kami akrab berbincang kesana kemari sambil menikmati makanannya. "Mbak.. aku antar pulang yach.. lagian di luar hujan.." kata Ryan menawarkan. Aku hanya tersenyum saja sambil mengangguk, lagipula kebetulan beberapa hari ini aku tidak membawa mobil karena harus diperbaiki. Kemudian kami pun pulang, setelah berkeliling-keliling kota sebentar. Sementara hujan di luar sangat deras. "Ryan..! masukkan saja mobilnya ke garasi, nggak ada mobil kok, lagi di bengkel," kataku. Setalah mobil diparkir di garasi kemudian kami pun masuk ke dalam rumah. Wah bajuku basah sehabis membukakan pintu pagar tadi.

"Minum apa Yan.." kataku.
"Ah nggak usah repot-repot," katanya sambil asyik memperhatikan koran dan juga majalah yang ada di meja tengah rumah.
"Kamu di sini sendirian Diah.." tanyanya.
"Iya.. emangnya kenapa..?" aku balik bertanya.
"Ah nggak apa-apa, Apa kamu nggak takut..?" katanya lagi.
"Nggak tuch.. lagian aku udah biasa sendiri kok," kataku lagi.

Ryan sibuk melihat-lihat majalah dan juga beberapa VCD yang sudah kukoleksi sejak setahun yang lalu. "Wah kamu seneng film-film semi juga yach.. wah ini juga malah ada Film Blue-nya.. kalau mau aku juga ada di rumah.." kata Ryan dari dalam, sementara aku dari dapur mendengarkan sambil membuat minum untuknya. "Ini Yan minumnya.. Eh aku mau mandi dulu yach.. rasanya udah mulai nggak enak nich badanku, kalau kamu mau nonton ya nonton aja, bisa kan?" kataku sambil menunjukkan beberapa film lagi di dalam lemari. Sementara itu Ryan asyik memilih film, aku mandi. Rasanya asyik juga nich kalau berendam di bathtub pikirku. Badanku rasanya segar kembali. Baru beberapa saat aku berendam tiba-tiba Ryan memanggilku dari luar. "Diah.. Diah..! ada telpon tuch.." dan kudengar bunyi telponnya pun terus berdering. Aku pun dengan segera mengambil handuk dan dengan tergesa keluar sambil sedikit berlari, aku tidak sempat lagi mengelap air yang masih membasahi sekujur tubuhku. Aku berjalan ke dekat sofa dekat Ryan yang tengah duduk di bawah dan asyik menonton dan telepon pun segera kuangkat sambil duduk sedikit di sofa di samping atas Ryan.

"Hai Rin.. ada apa," jawabku.
"Ah nggak, hanya kangen saja kok.." terdengar jawaban dari ujung sana.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan Rini, mataku sambil tertuju melihat film yang tengah diputar Ryan dan kebetulan film yang beberapa hari lalu kubeli dan belum sempat kuputar. Aku sempat terangsang melihat adegan yang tengah berlangsung di dalam ...

32

Enny, Pembantu Yang Sexy
Aku berusia 37 tahun saat ini, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi 'pemeran utama' dalam ceritaku ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.


Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.

Kutanya Enny, "En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?"

"Iya Pak, tadi kesini, tapi terus pergi sama temannya" jawab Enny.

"Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?" tanyaku lagi.

"Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)"

"Oooh" sahutku pendek. "Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.

"Ini Pak, sayur sop"

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya. "Pak Irwan ngeliatin apa sih" tanya Enny.

Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab, "Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?"

"Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede"

"Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En"

"Lain gimana sih Pak?" tanya Enny, sambil matanya melirik ke arahku.

Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk ke arah yang lebih hot lagi.

Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, "Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos"

"Terus, kalo saya gimana Pak?" tanyanya sambil melirik genit.

Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri. Langsung aku berjalan ke arahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.

"Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang", jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.

"Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang" sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku 'apa-apain'. Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.

"Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.

"Ini namanya sonny En, sodokan nikmat" sahutku.

Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Enny pun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, kuremas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat di balik kaos dan branya.

Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, "Aaahh, Pak" sambil kepalanya ditolehkan ke belakang sehingga bibir kami dekat sekali.

Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. Tititku yang tegang kutekan-tekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).

Sekitar lima menit, kuturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CD-nya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.

Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CD-nya, dia mengeluh kenikmatan, "Ssshh, aahh, Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak"

Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ...

33

Berkat tagihan listrik
Hai, saya ingin menceritakan pengalaman hebat saya di Singapore dan saya mohon agar alamat E-mail saya dirahasiakan mengingat cerita ini benar-benar terjadi dan orang yang berhubungan dengan saya di dalam cerita ini sering sekali membaca situs ini sehingga jika tidak dirahasiakan, akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengenai nama dan lokasi peristiwa sudah saya samarkan, sehingga orang yang berhubungan tidak akan mengetahuinya. Mengenai siapa saya, saya rasa semua pembaca sudah mengenal saya karena saya telah banyak sekali kontribusi cerita ke situs ini dan salah satunya adalah GAIRAH PANTI ASUHAN.

Saat ini saya tinggal kost di salah satu apartemen di Singapore dan rumah kost itu dikelola oleh seorang ibu yang tentunya belum pernah menikah dan saya sendiri tidak mengerti mengapa dia berbuat demikian. Saya pernah sekali menanyakan alasan mengapa dia masih single dan dia menjawab bahwa dia sibuk sekali dalam bisnisnya sehigga tidak berpikir untuk memiliki keluarga. Kadang-kadang saya pernah iseng-iseng apakah yang dia lakukan jika dia sedang menginginkan seks dan saya sangat terkejut dikala dia menjelaskan bahwa dia sangat senang sekali bermasturbasi di kamar mandi apalagi di rumah pribadinya (dia tidak tinggal dengan saya), dia hanya tinggal dengan ibunya yang sudah sangat tua dan buta serta pembantunya yang masih berusia 15 tahun dan berasal dari Indonesia juga.

Suatu hari saya menjawab telepon genggam saya karena saya sedang ditelepon seseorang dan saya mengira bahwa itu berasal dari orang tua saya yang berada di Jakarta tetapi berhubung nomor telepon asing yang tercetak di layar HP membuat saya sadar bahwa orang tersebut juga berada di Singapore. Ternyata, itu adalah ibu kost saya yang menelpon saya untuk mengomel-ngomel dengan alasan tagihan listrik dan airnya naik drastis sehingga saya menjadi merasa bersalah. Saya memutuskan pergi ke rumahnya yang lumayan jauh dari tempat tinggal saya untuk diskusi mengenai jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Setelah menggunakan MRT dan bis, akhirnya sampailah di sebuah rumah yang sangat mewah. Saya akhirnya masuk ke rumah besar itu dan saya dipersilakan duduk dan ibu kost yang bernama Helen itu menyuruh pembantunya yang bernama Sutini untuk membuat orange juice untukku. Tak beberapa lama kemudian, dia memberikan saya beberapa lembar kertas yang berisi tagihan listrik dan airnya dan dia kembali sedih ketika melihat jumlah tagihan tersebut. Saya juga tidak tahu apakah saya sedang sadar ataupun tidak, saya langsung memeluk Tante Helen yang sudah saya anggap sebagai tante saya sendiri dan secara refleks, saya mulai mengelus-elus rambut pendeknya. Rupanya tindakan tidak sadar saya membuat respon yang saya tidak saya duga sama sekali. Dia mencium bibir saya dengan mesra dan mengajak saya pergi ke ruangan tidurnya yang tidak jauh dari tempat kami berciuman barusan.

Setelah saya sudah berada di dalam kamarnya, dia langsung menyerang saya dan menciumi saya. Dia akhirnya bercerita mengapa dia begitu terangsang pada saya. Sesudah dia meneleponku beberapa menit yang lalu, sebenarnya dia sedang masturbasi dan kedatangan saya menganggunya sehingga dia menghukum saya untuk memuaskannya. Saya sangat senang sekali sehingga tanpa menghilangkan kesempatan seumur hidup, apalagi saya belum pernah bercinta dengan wanita setengah baya. Saya langsung membuka seluruh busananya berhubung hawa nafsu saya sudah berada di ubun-ubun, apalagi sebelum saya ke rumahnya, saya melihat cewek cewek seksi di MRT dan bis yang membangkitkan gairah seksual saya.

Setelah dia telanjang bulat, saya langsung mengulum payudaranya dengan penuh nafsu sementara tangan saya menggerayangi daerah sekitar liang kenikmatannya sehingga makin lama liang itu makin basah dan suara mendesahnya semakin keras. Sambil menyebut namaku dan mengelus-elus rambutku, dia membuka mulutnya dan seakan-akan dia menikmati sekali permainan jari-jariku di dalam liang senggamanya. "Joeee, you are so great", katanya di dalam desahan yang membuat saya menjadi semakin terangsang.

Setelah saya mengulum payudaranya, saya mulai mendekati liang senggamanya dan dengan gilanya, saya mulai menjilati cairan wanita di sekitar kelaminnya sehingga dia mendesah-desah tidak karuan. Sambil terus menekan kepala saya sehingga kepala saya menjadi tenggelam di dalam selangkangannya sehingga saya menjadi kesulitan bernafas untuk sementara waktu, dia terus mengucapkan kata-kata vulgar yang membuat saya semakin terangsang.

Akhirnya permainan oral kami hentikan dan saya mulai menyiapkan kejantanan saya yang sudah tegak menantang dan tanpa aba-aba dari siapapun, saya langsung menancapkan batang kemaluan saya ke dalam liang sorganya yang sudah basah dengan cairan kewanitaannya. "Blesss.." masuknya kejantananku membuat dia menjadi mendesah dan saya sungguh kaget karena liangnya mengeluarkan darah perawannya dan di dalam hati, saya sungguh tidak percaya bahwa wanita berusia 37 tahun masih perawan. Saya kemudian menggenjot tubuhnya sehingga dia makin hot saja berteriak dan mendesah dan sesekali dia menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan karena menerima hujaman senjataku yang tentunya sangat dia idam-idamkan.

Dengan ganasnya, dia menarik saya yang masih meliuk-liuk karena saya sendiri sedang ...


34
engaruh hipnotis
Saya sedang asyik memilih-milih dasi yang terpajang di display sebuah department store, ketika saya dikejutkan dengan tepukan tangan di pundak. Dengan refleks saya menoleh ke arah orang yang menepuk pundak saya itu. Betapa terkejutnya saya, sesosok laki-laki bertubuh besar dan tambun berdiri di hadapan saya. Orang ini pasti orang India atau sebangsanya. Kulitnya hitam gelap, berkumis tebal dan berpenampilan dekil. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Boy.

"Apakah itu istrimu?" orang itu bertanya sambil tangannya menunjuk ke arah Wiwied yang sedang asyik berbicara dengan telepon selulernya.
Orang yang ditunjuk oleh laki-laki ini memang Wiwied istri saya, dan saya hanya bisa mengiyakan saja. Entah mengapa saya seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Sepertinya pikiran saya tertutup sesuatu. Terbukti dengan begitu mudahnya saya menuruti saja kemauan orang itu untuk diperkenalkan dengan istri saya. Dan sama seperti saya, wiwied pun seperti terpengaruh dan menuruti apa saja yang diminta oleh laki-laki itu.


Orang ini ternyata memiliki beberapa orang teman, saya masih sempat menghitung, ada lima orang lagi temannya, masing-masing Josh, Bram, Fai, Yan dan Ali. Setelah mengobrol beberapa lama, dua orang diantaranya minta tolong kepada Wiwied untuk mengantarkan mereka mengambil barang. Sekali lagi, kami hanya bisa menurut. Aneh memang, untuk orang yang baru beberapa menit berkenalan, bahkan dengan penampilan lusuh seperti itu kami mau saja menuruti permintaan mereka. Mereka bilang tidak perlu mengantar berduaan, sebab mereka juga membawa mobil hingga akhirnya kami pun berpisah. Wiwied pergi dengan Josh dan Bram, sementara saya bersama keempat orang lainnya. Saya tidak ingat lagi persisnya saya dibawa ke mana, yang bisa saya ingat hanyalah saya diminta mengemudikan mobil berputar-putar kota sambil terus-menerus diajak ngobrol oleh mereka.

Sementara itu ternyata Josh dan Bram membawa Wiwied ke sebuah motel di pinggiran kota. Josh yang mengemudikan mobil langsung memasukkan mobil ke dalam garasi dan begitu mobil berada di dalam pintu garasi langsung ditutup oleh penjaga motel itu, sementara Bram tampak seperti membereskan urusan administrasi dengan petugas motel sebelum ia pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu.

Begitu petugas motel itu pergi, Bram langsung memeluk Wiwied dari belakang. Ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Wiwied yang jenjang, tengkuk indah itu memang hari itu terpampang tanpa penghalang karena rambut Wiwied memang disanggul ke atas. Entah karena apa, Wiwied hanya manut saja membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. Bahkan lebih dari itu! Bahkan kini kedua laki-laki itu mulai melucuti pakaian Wiwied satu demi satu. Mulai dari blazer, blouse kemudian rok span mini yang dipakai Wiwied kini berceceran di lantai. Kini tinggal bra dan G-string transparan saja yang melekat di tubuhnya.

Kedua orang itu tertegun memandangi tubuh wiwied yang setengah telanjang itu, beberapa saat mereka membiarkan istri saya dalam keadaan seperti itu sebelum kemudian Bram memerintahkan Wiwied untuk membuka semua sisa penutup tubuhnya hingga tak lama kemudian istri saya telah benar-benar telanjang bulat. Wiwied juga membuka ikatan sanggulnya hingga kini rambutnya tergerai bebas sampai sedikit di bawah bahunya. Ia hanya berdiri pasrah di hadapan kedua laki-laki itu. Sungguh sangat cantik dia dalam keadaan polos seperti itu. Istri saya yang memiliki wajah baby face dengan kulit yang benar-benar putih bersih, dengan payudara yang boleh dibilang besar (Bra size 34C, cukup besar dengan tinggi badan yang hanya sekitar 162 cm), belahan bukit kembar dengan puting susu coklat kemerahan itu menggelantung bebas dan berguncang lembut mengikuti irama nafasnya. Turun ke bawah terdapat perut yang rata dengan rambut tipis di pangkal pahanya yang tidak begitu lebat hingga samar-samar terlihat belahan bibir bawahnya yang berwarna merah muda.

Kedua orang itu kini tidak sabar lagi, buru-buru mereka melucuti pakaiannya sendiri hingga kini ketiga orang itu sama-sama telanjang bulat. Bram segera membimbing Wiwied ke arah ranjang dan merebahkan tubuh istri saya itu terlentang di kasur. Laki-laki itu segera berbaring di sebelah tubuh istri saya dan membenamkan wajahnya ke dalam belahan payudara Wiwied. Mulutnya dengan gemas menciumi kedua pucuk puting susu Wiwied bergantian. Lidahnya ikut mempermainkan kedua putingnya sambil kedua tangan Bram meremas-remas kedua bukit itu terus-menerus.

Sementara itu Josh dengan tak sabaran membuka kedua selangkangan Wiwied lebar-lebar, dan menemukan belahan bibir mungil yang ada diantaranya. Dengan jari-jari tangannya ia membuka belahan bibir itu hingga menganga dan segera menjulurkan lidahnya ke dalam untuk menjilati bagian dalam dinding vaginanya. Tubuh Wiwied menggelinjang dan dari mulutnya keluar suara dan desahan nafas tertahan setiap kali lidah Josh menyapu setiap permukaan dinding yang sekarang mulai basah. Dan ketika lidah Josh menemukan sebongkah daging kecil di bagian atas liang itu dan menggelitiknya, tak tertahankan lagi tubuh Wiwied menggelinjang lebih hebat dan ia mengerang tertahan.

Hanya beberapa saat saja Josh membenamkan wajahnya di selangkangan Wiwied dan ia sudah merasakan bahwa istri saya ini sudah sangat basah. Maka ia tak membuang ...

Next part

35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadilah yang terbaik dari yang terbaik dan beranilah untuk dalam kegagalan karna kegagalan membawa anda ke pada kebberhasialan