Perjuangan Dalam Ketidak Pastian

gggghhhhhhhhhh

Rabu, 08 September 2010

NIKMATNYA BERCUMBU DENGAN INDI

Pengalamanku Ini terjadi mungkin kira-kira 2 tahun yang lalu.
Sebut saja Indi (bukan nama sebenarnya), dia adalah tunangan temanku yang bernama Edi (bukan nama asli) yang tinggal di Jakarta, yang mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan bisnisnya. Oh ya, Edi ini punya adik laki-laki yang bernama Deni, dimana adiknya itu teman mainku juga.
Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
"Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?" kata Deni.
"Tuh.., di atas meja belajar." kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.
"Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..," kata Deni sambil tertawa kecil.
"Erick..," kataku sambil menyodorkan tanganku.
"Indi..," katanya sambil tersenyum.
"Busyeett..! Senyumannya..!" kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar-debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
"Heh..! Kok malah bengong Rick..!" kata Deni sambil menepuk pundakku.
"Eh.. oh.. kenapa Den..?" kaget juga aku.
"Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!" ucap Deni sambil langsung pergi.
Indi hanya tersenyum saja.
"Sialan lu Den..!" gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
"Mo minum apa Ndi..?" kataku melepas rasa maluku.
"Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun." katanya sambil tersenyum.
"Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!" kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
"Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!" kataku sok bijaksana.
"Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!" ucap Indi dengan nada kesal.
"Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah," kataku.
"Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!" potong Indi.
"Terus mau ngomong apa nih..?" kataku polos.
Indi tersenyum mendengar ucapanku.
"Kamu udah punya pacar Rick..?" tanya Indi.
"Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?" jawabku sedikit berbohong.
"Ah bohong Kamu Rick..!" ucap Indi sambil mencubit lenganku.
Seerr..! Tiba-tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
"Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?" kataku pura-pura bodoh.
"Rick, Kamu mau nolongin Aku..?" ucap Indi seperti memelas.
"Iyaa.., ada apa Ndi..?" jawabku.
"Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?" pinta Indi.
"Hah..!" kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
"Ka.., Kamu..?" ujarku terbata-bata.
Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, "Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!"
Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, "Aahh..!" aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.
Ia mendesah kenikmatan, "Aahh Rick..!"
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
"Rick.., buka dong bajunya..!" katanya manja.
"Bukain dong Ndi..," kataku.
Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, "Akhh.., Ndi."
Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
"Okhh.. nikmat sekali," kataku
<><<><>><>

KENALAN BARU YANG BINAL
Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang teman saya yang belum lama ini terjadi. Namanya Lisa ***** (edited) yang juga adalah seorang warga keturunan. Saya mengenalnya ketika saya membaca suratnya di salah satu majalah bulan Desember yang mengatakan bahwa dia hendak berteman. Jadi akhirnya iseng-iseng saya mengirim surat kepadanya. Seminggu kemudian dia membalas surat saya. Setelah beberapa bulan berteman saya dikirimi foto oleh dia. Wah, rupanya orangnya cantik sekali.
Belakangan saya mengetahui kalau tinggi dan berat badannya 167 cm dan berat 52 kg. Orangnya mempunyai postur badan yang benar-benar ideal. Akhirnya tepatnya Juni 2001 saat liburan kuliah dia memutuskan untuk datang ke Surabaya. Saya menjemputnya di bandar udara Juanda, tanggalnya saya masih ingat yaitu tanggal 22 Juni 2001. Setelah pesawatnya tiba saya mencari-cari dia. Tidak terlalu sulit menemukan dia karena saya sudah mempunyai fotonya. Dan rupanya orangnya benar-benar cantik, kulitnya putih pokoknya tidak rugi aku kenal sama dia deh.
"Halo apakah kamu yang bernama Lisa?"
"Wah kamu rupanya, kamu pasti Robert kan?"
"Iya benar."
"Wah rupanya kamu keren yach, hahaha.."
"Thanks atas pujiannya. Mau ngobrol di sini terus emangnya sampai malam."
"Yah jelas nggak donk, so jadi aku nginap di Hotel **** (edited). Kamu udah booking-kan khan?"
"Tentu dong, apa mau diantar sekarang?"
"Boleh aku capek banget nich, ayo berangkat sekarang!"
"Ayo.."
Setelah 1 jam tiba di Hotel **** (edited) tersebut saya meninggalkan Lisa tentunya atas kehendaknya karena dia ingin beristirahat. Sore- sore sekitar pukul 18 :00 dia menelepon di HP saya dan menyuruh saya untuk mejemputnya makan malam. Sekitar pukul 19 :00 saya sampai di hotel, Lisa memakai baju tank top dan rok mini yang tentunya membuat semua mata cowok tertuju pada dia. Karena Lisa sudah menunggu di bawah maka tanpa basa basi saya dan dia langsung cabut.
"Mau makan di mana nich?"
"Terserah dech, pokoknya aku udah lapar banget dech."
"Bagaimana kalau di restaurant **** (edited)."
"Beres dech, pokoknya makan."
Setelah makan kemudian kami berkeliling kota tanpa tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk main di tempat kontrakan saya. Karena saya tinggal sendirian di tempat kontrakan saya tentunya tidak ada yang bakalan marah kalau Lisa saya bawa ke kontrakan. Di kontrakan saya, kami berdua ngobrol-ngobrol sampai tidak terasa sudah jam 23 :00 WIB.
"Hah udah jam segini, gimana dong?"
"Wah iya yach.. kamu mau pulang sekarang? Aku antar yuk!"
"Hm, nggak enak nich, masak malam-malam aku nyuruh kamu ngantar aku, biar aku pulang sendiri aja dech naik taksi."
"Jangan, masak kamu pulang sendiri? Gini ajalah mending kamu nginap di sini aja. Kebetulan di sini ada kamar kosong kok. Itu kalau kamu nggak keberatan."
"Ok dech, tapi jangan macam-macam yach!"
Kami mengobrol sampai pukul 02 :00 pagi. Makin lama saya melihat si Lisa semakin seksi. Tubuhnya yang seksi membuat saya sangat bernafsu tapi saya tidak berani macam-macam terhadap dia. Dan kemudian akhirnya Lisa memutuskan untuk tidur. Saya mempersilakan dia tidur di kamar saya karena di sana lebih lengkap ada kamar mandi dan ber-AC, sedangkan saya sendiri tidur di kamar yang lainnya. Sewaku Lisa masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi saya segera menyusup masuk ke kamar saya untuk mengambil beberapa barang rahasia saya, seperti boneka dan kondom yang ada di lemari saya. Malam- malam di kamar tamu karena sangat terangsang dengan keindahan tubuh Lisa saya melalukan onani dengan boneka yang saya punyai itu. Saya ingin mencari "ayam" di luar untuk melampiaskan nafsu saya tapi sungkan sama Lisa karena meninggalkan dia. Jadi akhirnya saya memutuskan melakukan onani yang ditemani boneka cantik itu. Boneka itu memang khusus untuk pria melakukan onani.
Saya melepas semua pakaian yang saya kenakan lalu memasang kondom di penis saya kemudian saya mulai menindih dan melakukan onani terhadap boneka itu karena saya sangat terangsang mengingat keindahan tubuh Lisa. Saya melakukan onani dengan boneka itu sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan seks dengan Lisa. Malam itu saya melakukan onani sebanyak 3 kali sampai persediaan kondom saya habis. Kalau tidak pakai kondom takutnya nanti spermanya tercecer di dalam boneka sehingga saya harus mencucinya. Lalu akhirnya saya tertidur lelap tanpa memakai apapun.
Pagi-pagi ketika Lisa hendak membangunkan saya, dia langsung masuk ke kamar yang lupa saya kunci. Wajahnya bersemu merah melihat saya yang tidur dalam keadaan telanjang. Saya sendiri kaget melihat dia dengan cepat menutup daerah bagian penis saya. Kemudian dia keluar dengan tergesa- gesa dengan wajah merah. Lalu saya mengenakan pakaian dan mandi dengan segera. Setelah itu kami berdua sarapan yang disiapkan oleh pembantu tidak tetap. Karena saya ingin berduaan dengan Lisa, saya menyuruh pembantu saya pulang dengan alasan saya mau keluar. Akhirnya pembantu itu pulang dan tinggal saya dan Lisa berdua.
Kemudian Lisa bertanya, "Kok kamu tidur telanjang sih, terus pake boneka segala? Itu pasti boneka untuk cowok yach?"
"Wah kok tau? Abis mau gimana lagi, lihat tubuh kamu yang seksi siapa yang tahan? Mau gimana lagi, satu- satunya jalan yah onani dech."
"Itu salahmu, siapa suruh kamu nggak mau minta aku waktu tadi malam?"
"Hah? Jadi boleh nich saya main sama kamu?"
"Kalau nggak boleh ngapain aku tadi ngomong gitu."
"Wah kalo gitu aku minta sekarang yach, aku dari kemarin bener-bener nggak tahan nich."
"Terserah kamu aja, soalnya aku juga nafsu sama kamu nich, tapi kamu masih ada kondom khan? Aku nggak mau ah kalau nggak pakai kondom, soalnya aku ini kayaknya dalam masa subur nich."
"Wah kayaknya udah habis tuh, aku pake tadi malam untuk onani. Kalau gitu aku beli dulu dech."
Setelah sarapan saya segera ke apotek membeli kondom isi 12 warna hitam lalu pulang.
"Nich kondomnya udah ada nich, so bisa khan mulai sekarang."
"Wah udah nggak sabaran yach?"
"Ya iyalah, gimana mau sabaran kalau udah dikasih lampu hijau kayak gitu. Aku bawa kamu ke kamar yach!"
"Boleh."
Lalu saya menggendong Lisa ke kamar sambil berciuman. Setelah di kamar saya membaringkan Lisa di tempat tidur, lalu saya menutup pintu. Setelah menutup pintu saya menuju ke ranjang dan melihat Lisa yang sudah terlentang pasrah. Tanpa membuang kesempatan lagi saya dan Lisa segera saling berpelukan, saling meraba dan saling berciuman. Rupanya ciuman Lisa tersebut sudah sangat hebatnya. Dia sepertinya sudah berpengalaman dalam kiss. Setelah berciuman beberapa waktu saya mulai melepaskan baju dan rok Lisa dengan perlahan-lahan sambil tetap berciuman. Setelah bajunya terlepas terlihat dadanya yang sangat luar biasa. Saya sambil menelan ludah beberapa kali melihat dadanya yang besar yang masih tertutup tersebut. Dadanya itu sepertinya berukuran 36B. Dengan tidak sabar lagi saya segera membuka penutup dadanya dan terlihatlah dadanya yang sangat indah tersebut. Tanpa basa basi lagi dan tanpa meminta ijin saya langsung meraba, meremas dan mengisap dadanya. Hal itu membuat Lisa merintih- rinih kenikmatan. "Oh.. uhh.. ohh pelan- pelannhh oohh.."
Kemudian saya mulai meraba-raba celana dalamnya yang nampaknya sudah basah. Melihat saya meraba-raba bagian vaginanya yang masih tertutup celana dalam kemudian dia melepaskan sendiri celana dalamnya. Wow, tampaklah vaginanya yang indah dan seperti perawan (belakangan baru saya mengetahui bahwa dia mempunyai obat yang dapat merapatkan vagina). Bulu-bulunya yang tidak tebal tetapi juga tidak tipis. Bulu-bulu kelaminnya sangat rapi menambah keindahannya. Segera saya mencium dan menjilat vaginanya yang membuat dia semakin merintih kenikmatan.
Tangannya menjambak rambur saya sambil sesekali juga meremas bantal, seprei dan sebagainya. Sedangkan tangan saya tetap meraba-raba dadanya yang montok itu. Sambil tetap menjilat-jilat vaginanya yang sudah semakin basah itu, saya mulai melepas pakaian saya satu persatu. Baju dan celana begitu terlepas langsung dilempar begitu saja oleh Lisa. Jeritan kenikmatannya makin menjadi-jadi ketika saya mencoba memasukkan jari saya ke dalam vaginanya. Hal itu membuat dia tampaknya semakin tidak tahan.
Saya melakukan secara begantian. Memasukkan jari lalu menjilat dan seterusnya, hingga akhirnya, "Auhh.. aahh.. oohh.. aauu keluar.." terasa ada cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Saat Lisa mencapai orgasme dia sampai mendekap kepala saya dengan kedua pahanya sehingga kepala saya terjepit di vaginanya, sehingga saya sempat merasakan cairan Lisa yang benar-benar tiada duanya.
Setelah itu Lisa terkulai lemas, sedangkan saya belum apa-apa. Namun saya membiarkan dia dulu untuk meresapi keindahan yang baru dicapainya sambil menunggu dia kembali lagi. Dan benar, 5 menit kemudian tampaknya dia mulai bergairah kembali. Lisa langsung melepas celana dalam yang saya kenakan, lalu dia menyuruh saya berbaring. Sambil berbaring dia menjilat- jilat seluruh tubuhku membuat saya merasa keenakkan dan membuat saya melenguh berulang-ulang kali. Lalu semakin lama ciuman dan jilatan Lisa makin ke bawah, dan akhirnya sampai ke daerah penis. Penis saya waktu itu sudah tegak sekali karena ciuman Lisa yang dari tadi.
Lalu Lisa mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutnya dan, "Ohh.. iihh.." hisapannya benar-benar luar biasa, tidak pernah saya rasakan sebelumnya dengan wanita manapun. Dia sangat pandai dalam mempermainkan penis saya. Kadang-kadang dikulum bagian kepalanya lalu bagian bawah kepala lalu buah zakarku dan kadang- kadang pula disertai remasan yang tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras. Hal itu benar-benar membuat saya merasa kenikmatan bercinta.
Hisapan Lisa yang luar biasa itu membuat saya ingin segera memulai permainan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bangkit berdiri dan membaringkan Lisa. Saya menyempatkan mencium bibir Lisa, meremas dadanya dan mencium vaginanya. Dan rupanya vaginanya sudah kembali basah. Setelah itu saya mengambil posisi yang tepat untuk memasukkan penis saya ke vagina Lisa. Tetapi Lisa memperingatkan saya untuk memakai kondom. Lalu saya mengambil kondom yang tadi sudah saya beli dan segera memasangkan pada penis saya. Setelah siap, Lisa yang sedang berbaring mengambil bantal untuk ditaruh di bawah pantatnya dan saya segera duduk dan siap untuk menembakkan penis saya ke arah vaginanya. Pertama kali saya menyodokkan penis saya, tidak masuk. Lalu untuk kedua kalinya saya menyodoknya masuk dan rupanya tepat sasaran masuk ke dalam vagina Lisa. Saya memasukkannya perlahan-lahan mulai kepalanya, lalu masuk setengahnya dan akhirnya masuk seluruhnya, dan ketika saya mulai memasukkannya hal tersebut membuat Lisa menjerit kenikmatan.
Saya dan Lisa sama- sama bergoyang penuh kenikmatan. Kadang- kadang saya meraba- raba dadanya atau bulu vaginanya sambil tetap mengeluar-masukkan penis saya ke dalam vagina Lisa dan memastikannya penis saya tidak keluar dari sarungnya. Setelah 10 menit kemudian Lisa meminta saya untuk mengganti posisi. Dia menyuruh saya berbaring lalu dia duduk di atas sambil bergoyang. Katanya posisi itu membuat dia cepat mencapai puncak klimaksnya. Dalam posisi itu kadang-kadang kami saling berpagutan, lalu aku meraba-raba dadanya yang sangat saya sukai bentuknya dan ukurannya.
Tidak lama kemudian terasa di penis saya yang berada di dalam vagina Lisa ada cairan kenikmatan. Rupanya Lisa telah mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Semenit kemudian saya merasa juga akan mencapai klimaksnya maka saya mulai menggerakkan badan saya dengan cepat dan "Croott.." sperma saya keluar dengan banyak dan segera saya cabut penis saya yang bersarung itu dari vagina Lisa. Lalu Lisa melepas kondom yang saya gunakan itu dan kemudian dia menjilat penis saya. Sejenak kami hening merasakan kenikmatan yang baru kami rasakan dan akhirnya kami tertidur.
Saya dan Lisa melakukan kegiatan seks itu sebanyak delapan kali. Pertama dan kedua di kamar tidur saya. Ketiga di kamar mandi. Keempat, kelima sapai ke delapan di hotel tempat dia menginap. Kami benar-benar merasakan kepuasan yang tiada tara. Lisa di Surabaya cuma 4 hari. Kemudian dia pulang. Dan hari ini tanggal 15 January dia menikah karena dijodohkan.
Saya akan menceritakan pengalaman pertama saya sewaktu SMU kelas 3 di Surabaya dengan WTS dan pengalaman saya dengan pacar saya yang masih virgin waktu bulan Desember. Saya mengharapkan teman- teman dapat memberitahukan ingin membaca pengalamanku yang mana? Waktu SMU atau waktu sama pacar saya yang masih perawan?
Bagi teman-teman yang mempunya koleksi BF dan ingin dijual dapat menghubungi saya dan bagi yang ingin kenalan silakan e-mail saya. Pasti dibalas. Dan bagi rekan- rekan cewek yang bersedia mengajar teman saya Tommy yang masih perjaka dapat pula menghubungi saya.
Tamat
><><><>>>3
ABG Tetangga

--------------------------------------------------------------------------------

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi.
Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong.
Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat
menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi,
lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang
terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya.
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian",
gumamku.

Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan
tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik barat
agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya.
Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin.
Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat
kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu.
Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.
"Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras
depan membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.

Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara.
Renny anak tetangga mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah.

ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri
badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol.
Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".

Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di
ruang tengah aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ.
Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang.
Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi.
Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau
saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.

"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.
"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku.
Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku
itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa
sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku,
"inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut.
Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua,
yang penting birahimu terlampiaskan".

Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok
membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."

Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan
CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.

Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku.
Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."

Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku
mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah
terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai.
Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.

"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya.
Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas.
Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil,
berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.
Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku
mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil
melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah
meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.

Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai
basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku.
Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan.
Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih
keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.

"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada
tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"

Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang.
Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran.
Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan.
Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup,
penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya.
Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.
Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu.
Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit
lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.

"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan.
Leher penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang.
Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju.
Sampai akhirnya.. "Ouu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu.
Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.

Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan.
Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas
tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin
bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika
kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.

"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk
kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati.
Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.

Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat
membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.
Sungguh-sungguh beruntung aku ini.

"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang
lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.

"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi
menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk
diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa nikmatnya memerawani ABG tetangga.
TAMAT


http://siezhien.wen.ru
<><><>4
Bapak Kost Yang Hot

--------------------------------------------------------------------------------

Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun,
dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan
gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela
kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai
usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup
tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari
itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin
aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang
berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku
merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang
laki-lai setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku
saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih
duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar
yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada
halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas
umurku.

Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras.
Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan
kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya
terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih
pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat
sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya,
temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan
perbankan.

Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan
pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan
perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah.
Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami
semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas.
Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang
terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk
semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun
biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami
menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Oom Pram
telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari
pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku,
aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan
perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang
mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku.
Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya...

Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara
siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang
mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi,
lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat,
kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh
indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara
ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah
terserak di sampingku. "Masuk..!" kataku. Tak berapa lama
kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan
baju mandi. Senyumnya mengambang "Bagaimana Lina? Ada
kemajuan..?" dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya
diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah.
Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas
senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku
dan mulai memjit-mijit.

"Lina mau dibikinkan susu panas?" tanyanya.
"Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi," balasku.
"Enak dipijit seperti ini?" aku mengangguk.VDia masih memijit
dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan,
kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku
aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang
lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan
birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku,
sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan
ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati
pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura
tidak tahu.

"Lin kakimu mulus sekali ya."
"Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi," balasku
sekenanya.
Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas
berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi
memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja,
aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.
"Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?" suaranya terdengar
kalem tanpa emosi.
"Jangan Oom, nanti Tante marah.."
Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku
yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca
bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai
menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD.
Dan... astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak
mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan
tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku
sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan
otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin
rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku
itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat
menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk
hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan
maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani
hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah
menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan
tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas
dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung
lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah
ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir
enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang
tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku
dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap
wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
"Lin kau cantik sekali.." dia memujaku.
"Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?"
aku mengangguk lemah.
Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah "petting" dengan
kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku
belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami
sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu.
Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan
mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang
obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom
Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku.
Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan,
pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena
dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan
jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan
tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan
sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

"Bagaimana Lin? kita teruskan?" tangannya masih mengusap
rambutku, aku tak mampu menjawab.
Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang.
Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.
"Oom... pakai tangan saja," bisikku kecewa.
Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku,
aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang
utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang
kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya
pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak
tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar.
Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat
lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam
lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap
melumasi, setiap barang yang akan masuk.

Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan
kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya
dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia
menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin
membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah
menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke
kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris,
kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah.
Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai
pinggul, gerakanku makin tak terkendali, "Oom... aduh.. Oom...
Lin mau keluar...." Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah
siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia
melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan
menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. " Gantian
ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku." Kutangkap
kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom
Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk
mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga
beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali
inilah aku melakukannya.

Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya
dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang
mengkilat berkali-kali. "Ahhh... Enak sekali Lin..." dia
berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat
dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan
jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan menahan
birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah
setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan
lubang vaginaku. "Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen
sekali." Dia hanya tersenyum. "Hati-hati ya... jangan terlalu
dalam..." Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya.
Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku,
kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah
<>><><>5
Cinta Seorang Babysitter

--------------------------------------------------------------------------------

Ini pengalamanku 4 Tahun lalu.

Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya menghadiri
pertemuan sebuah Network Marketing dan diteruskan dengan pertemuan khusus para leaders.

Untuk menghilangkan suntuk, aku connect ke internet dan berbagai macam situs aku buka, seperti biasa pasti terdapat
banyak situs porno yang asal nyrobot. Biasanya aku langsung close karena aku enggak enak dengan kakakku, tetapi malam
ini mereka tidak ada dirumah, hanya bersama dengan seorang baby siters keponakanku, namanya Imah baru berumur 18 Tahun
dan berasal dari Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah memiliki body
yang lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu jelek.

Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im (panggilan Imah sehari-hari) aku ajari internet meskipun
hasilnya sangat buruk. Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno sangat besar dan libidoku naik
saat aku lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah
sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di monitor komputer.

"Apa enggak malu ya..?" tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera aku ganti situsnya dengan yang "normal". Dengan
berusaha tenang, aku minta Imah mengulangi pertanyaannya.

"Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?"

Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.

"Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini (sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto
telanjang tadi), merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit."

Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga
terlihat jelas bulatan kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan aku sangat terobsesi
untuk tidur dengan Im-im. Aku tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto dimana seorang cowok sedang menjilati vagina
cewek.

"Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan
tempat pipis?".

Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.

"Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak, memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya.
Kamu belum pernah coba kan?" tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot lagi.
"Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil".
(memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur
di hotel tapi Im-im nggak mau).
"Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab
dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari gaya-gaya yang ada
difoto ini. Gimana?"

Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya
babysiters yang membuatnya nggak PD.

"Benar ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.

Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati
janjiku. Aku putuskan sambungan internet dan mulai "melatih" Im-im dengan diawali teknik berciuman yang sudah pernah
dia rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas hingga tanpa terasa
tanganku telah meremas payudara Imah yang memang masih kencang. Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri
lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang aku berikan.

Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan
bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh
tubuh Imah telah bugil membuat libidoku tidak karuan. Tanpa ada keluhan apapun Imah terus mendesah nikmat dan tangannya
membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga
terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk
bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.

Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia
malu. Untuk membuat Imah tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Imah mendesah lebih
keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai
menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi
selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang
melihat surga dunia milik Im-im.

Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata
rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah kini mulai diselingi lenguhan dan
jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku. Semakin lama
semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah
kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya. Dengan diiringi lenguhan
panjang Imah mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya mengeras sehingga
membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras
membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya
dengan penisku yang sedari tadi sudah tegang.

"Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup
keningnya, aku jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal
ini, kan aku mau tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.

Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan
Im-im menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang
memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan kini Imah terlihat
lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku. Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im mengerang kecil. Kini bajuku
dibuka oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan spreinya dan
aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai
CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah malu dan menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang
penisku dan setelah terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Imah berada diatas yang membuatnya
lebih leluasa menelusuri penisku.

Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan
aku terus menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan ganas. Karena tidak kuat menahan rasa
nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan
lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan
sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.

Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya,
aku gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali tangannya
memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau. Vaginanya semakin basah
dan perlahan penisku yang tidak terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu berhasil
karena hanya bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat
kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan
ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,

"Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong" dengan terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh
penisku telah masuk semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.

Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin
kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Imah keluarkan untuk
mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang
baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan
saat spermaku keluar dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya yang
memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang
lama ada dianganku.

Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan
setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak
mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau
perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.

Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang
membuatnya sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters
keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im
menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.

Saat lebaran seperti biasa Imah pulang kampung selama 2 minggu dan yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek
sebaya dengan Imah dan bernama Dina yang merupakan sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Imah yang
membuatku berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti Imah 2 tahun lalu. Pada malam harinya,
setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan
maksudnya.

"Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti
yang aku berikan saat ini," Imah terdiam sejenak.
"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau
menikahiku?"

Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku
terdiam dan tidak tahu mau berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan perkataannya.

"Imah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini
aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat aku tahu Mas sangat
perhatian denganku."

Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Imah pun membalas pelukanku.

"Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku
menerima pinangan seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku." Aku terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan
belum bisa menerima kabar yang benar-benar mengagetkanku.

Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar
menginginkannya, namun ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Imah ke terminal untuk kembali pulang
ke desanya dan menikah dengan seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia sudah
tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah.


http://siezhien.wen.ru
<><<><><>6
Di Rumah Tanteku

--------------------------------------------------------------------------------

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.
�Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,� pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba�
�Anton.. apa yang kamu lakukan!!� teriak sebuah suara yang aku kenal.
�Ooooohh� Tante�?!� aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
�Eeeehhhh� ppppffffff�!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas�.
�Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu�!!! Cepat lepas� nanti kulaporkan kau ke om mu�� teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi�
�Tooonnnn� aaammmpuunn� Toonnnnn� iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!�
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
�Iiiiiiiiii�..ooohhhhhhh�..aaaagggghh
hhhhh��..ssssshhhhhhh��..Toooonnnnn��! !!!!� akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan
kuat dan��..
�Aaaahhhhhh..Toooonnnn�jaaa..jaaa
angaaannn�.Tooonnnn��iiii�ngaaaatttt..Tooo nnn�
oooohhhhhhh����aaaaaggggghhh�aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh�!!!!!�
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku�.Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.
Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya�
�Oooohhhh�.Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini��.?????�
�Eeeehhmmm�maafkan Anton tante�.Anton lupa diri�.abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks�.salah tante sendiri
sihhh��.lagi pula�tante amat cantik sihhh�..!!!!!!� sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..
�Tooonnnn�..punya kamu gede amat yaaaa�????. Punya Om mu nggak sampai
segede ini..!!�
�Aaahhhhh, tante�apa betull�?????!� memang penis ku panjangnya 20
cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi
sangat bernafsu begini.
Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai
memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan
tante Ida tak mau lepas dari situ.
�Taaannnnn�., kok diiiii�..dii�diamin aja, dikocok dong, Taannn�. biar
enaaakkk�.!!!!�
�Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja�.aaaaggghhh�.!!!�, perlahan-lahan kedua
tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan
sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua
tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai
menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku
menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang
kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang
terlewat dari sapuan lidahnya.
Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.
Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan
dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi
sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida
mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin
mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.
Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
�Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo
keluar,��.aaauuugghhhh�..taaannnn..!!!!!!!�
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu
menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar
tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.
Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya
hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,
sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti
rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas
tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam
keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan
yang sayu dan terlihat pasrah.
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan
aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar
kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.
Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,
sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina
tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan
ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan
diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala
penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.
Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang
kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,
kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat�
�Oooooohhhhhh� Toooonnnn� bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan� pee laaan� Tooooonnnnn� ooooohhhhh..!!!!!� tante Ida merintih perlahan.
Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam� terus� terus�. ooohhhhhh� eeeenna aaak� benaaarrrr� terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.
Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini�..
�Taaaaannnnn��ooohhhhhh�..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk�taannnnn�.!!!!�
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku
terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam�.. dalam�.. terus��
terus�.. daannnn�.. �.kemudian��ujung kepala penisku terasa mentok,
karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
memompa keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun
yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan
sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida
terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam
dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida
bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku
dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.
Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot
penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.
�Aaaaaaddduuuuuhhhhh�.Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaa�Toooonn �taaannnn�teeeee�maaa�. Maaauuuu�keee�
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn�!!!!!!!.�
Dan�.. Seeeeerrrr�..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.
Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang
ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan
ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot
penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang
berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan
tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.
�Aaaaaauuddddduuhhhh� taaannnnnn� teeeee� oooooohhhhh�..!!!!� keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
�croott.. croott�.croooootttt�.semburan..maniku menyemprot dengan kuat,
mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian
badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara
kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan
sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja
berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.
�Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!� kataku dengan manja.
�Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga�..!!!!�
�Iiihhhhh�tante�..tapi tante senang juga�.kaannnn �..????�
Iya.. siiihhh�.!!!!!" kata tante Ida malu-malu
Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.


http://siezhien.wen.ru
<><><>>7
Di Rumah Tanteku

--------------------------------------------------------------------------------

Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.
�Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,� pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba�
�Anton.. apa yang kamu lakukan!!� teriak sebuah suara yang aku kenal.
�Ooooohh� Tante�?!� aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
�Eeeehhhh� ppppffffff�!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas�.
�Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu�!!! Cepat lepas� nanti kulaporkan kau ke om mu�� teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi�
�Tooonnnn� aaammmpuunn� Toonnnnn� iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!�
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
�Iiiiiiiiii�..ooohhhhhhh�..aaaagggghh
hhhhh��..ssssshhhhhhh��..Toooonnnnn��! !!!!� akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan
kuat dan��..
�Aaaahhhhhh..Toooonnnn�jaaa..jaaa
angaaannn�.Tooonnnn��iiii�ngaaaatttt..Tooo nnn�
oooohhhhhhh����aaaaaggggghhh�aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh�!!!!!�
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku�.Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.
Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya�
�Oooohhhh�.Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini��.?????�
�Eeeehhmmm�maafkan Anton tante�.Anton lupa diri�.abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks�.salah tante sendiri
sihhh��.lagi pula�tante amat cantik sihhh�..!!!!!!� sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..
�Tooonnnn�..punya kamu gede amat yaaaa�????. Punya Om mu nggak sampai
segede ini..!!�
�Aaahhhhh, tante�apa betull�?????!� memang penis ku panjangnya 20
cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi
sangat bernafsu begini.
Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai
memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan
tante Ida tak mau lepas dari situ.
�Taaannnnn�., kok diiiii�..dii�diamin aja, dikocok dong, Taannn�. biar
enaaakkk�.!!!!�
�Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja�.aaaaggghhh�.!!!�, perlahan-lahan kedua
tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan
sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua
tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai
menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku
menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang
kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang
terlewat dari sapuan lidahnya.
Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.
Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan
dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi
sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida
mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin
mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.
Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
�Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo
keluar,��.aaauuugghhhh�..taaannnn..!!!!!!!�
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu
menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar
tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.
Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya
hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,
sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti
rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas
tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam
keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan
yang sayu dan terlihat pasrah.
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan
aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar
kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.
Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,
sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina
tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan
ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan
diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala
penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.
Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang
kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,
kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat�
�Oooooohhhhhh� Toooonnnn� bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan� pee laaan� Tooooonnnnn� ooooohhhhh..!!!!!� tante Ida merintih perlahan.
Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam� terus� terus�. ooohhhhhh� eeeenna aaak� benaaarrrr� terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.
Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini�..
�Taaaaannnnn��ooohhhhhh�..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk�taannnnn�.!!!!�
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku
terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam�.. dalam�.. terus��
terus�.. daannnn�.. �.kemudian��ujung kepala penisku terasa mentok,
karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
memompa keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun
yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan
sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida
terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam
dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida
bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku
dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.
Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot
penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.
�Aaaaaaddduuuuuhhhhh�.Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaa�Toooonn �taaannnn�teeeee�maaa�. Maaauuuu�keee�
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn�!!!!!!!.�
Dan�.. Seeeeerrrr�..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.
Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang
ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan
ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot
penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang
berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan
tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.
�Aaaaaauuddddduuhhhh� taaannnnnn� teeeee� oooooohhhhh�..!!!!� keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
�croott.. croott�.croooootttt�.semburan..maniku menyemprot dengan kuat,
mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian
badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara
kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan
sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja
berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.
�Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!� kataku dengan manja.
�Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga�..!!!!�
�Iiihhhhh�tante�..tapi tante senang juga�.kaannnn �..????�
Iya.. siiihhh�.!!!!!" kata tante Ida malu-malu
Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.


http://siezhien.wen.ru
,..,.

<><><8
Main Bertiga Dengan ABG Mall

--------------------------------------------------------------------------------

Bagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Wawan. Aku berumur 24 tahun dan saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu PTS di Jakarta. Sebuah status yang ingin secepatnya kutanggalkan, agar aku bisa segera menjadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih menghadang langkahku.

Seperti telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari cukup utk membiayai kuliah dan hidupku di ibukota ini. Termasuk tentunya untuk "biaya kenakalan laki-laki", hehe..

Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam menghabiskan waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu proyek dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan proyek ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang nikmatnya berlibur di Bali atau Lombok bila nanti telah menerima pembayaran dari klienku ini.

Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang. Memang di kulkas kamar kostku cuma tersisa sepotong pizza bekas semalam. Tiba di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.

Seperti biasa, sehabis makan siang aku cuci mata melihat-lihat toko di mal tersebut. Setelah itu, aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3 mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar. Memang rencananya kalau ada film yang bagus aku ingin nonton untuk refreshing sebelum memulai mengerjakan proyekku lagi nanti malam.

Saat memasuki lobby, setelah melewati lorong yang dipergunakan untuk bermain video-game, kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri sambil memainkan handphonenya. Aku seperti merasakan "deja vu". Teringat olehku pengalaman beberapa waktu lalu saat mau menggoda seorang gadis sendirian di lobby studio 21, yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi tak mengapa, aku sok nekat saja duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Dia juga membalas tersenyum sambil kemudian kembali sibuk dengan hpnya.

"Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong gue udah di lobby nih" katanya.
"Ya udah..cepetan deh" ujarnya lagi.

"Sedang nunggu pacar ya ?" tanyaku sok akrab
"Nggak kok mas. Teman." sahutnya singkat sambil tersenyum.
"Mas sendirian aja ?" tanyanya lebih lanjut
"Wah agresif juga nih cewek" pikirku. "Iya sendirian aja. Mau nemenin? Jalan yuk" tanyaku nakal.
"Mau ngajak kemana ?" tanyanya
"Jalan-jalan aja" sahutku. Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya yang berbibir tipis itu.
Aku punya perasaan dia ini ABG nakal yang sering nongkrong di mal-mal mencari mangsa.
"Oh ya, namanya siapa ?" tanyaku
"Elis" sahutnya sambil mengulurkan tangannya
"Wawan" kataku menyambut uluran tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn wajah yang manis. Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans. Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik kaos ketat yang dipakainya. Terbayang nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya buah dada ranum ABG manis ini.

"Nggak sekolah ?" tanyaku lebih lanjut
"Nggak sedang bolos. Males sih.."
"Emang sekolah dimana ?"
Dia kemudian menyebutkan salah satu SMU Negeri di wilayah Jakarta Barat.

"Hey..sori ya gue telat". Tiba-tiba seorang gadis menyapa.
"Sialan lo.., gue udah nunggu lama tau.." sahut Elis pada sang gadis.
Kulihat si gadis yang baru datang, dan mataku terkagum-kagum melihat penampilannya. Wajahnya sangat cantik, dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa bintang sinetron remaja yang terkenal itu.

"Ren, ini kenalin teman gue" katanya mengenalkanku.
Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin berontak saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami berjabat tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya yang seksi semakin menambah hot penampilannya. Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar kepunyaan temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya yang putih mulus menyebar aroma seksual yang tinggi.

"Mau kemana nih mas ? Kita makan dulu aja yuk ?" ajak Elis.
Akhirnya kami bertiga pergi ke sebuah restoran fast food. Saat kami berjalan, banyak cowok yang memperhatikan tingkah laku kedua ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang memang sangat cantik itu. Karena sudah makan, aku hanya memesan minum saja untukku, sementara mereka menikmati makan siangnya. Sambil menikmati pesanan masing-masing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka, agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti. Aku tidak mau kecele, setelah mengeluarkan uang banyak untuk mereka ternyata mereka tidak bisa dinikmati, hehe..

Ingin segera aku merasakan kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka. Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu. Banyak proses yang harus dilalui, alias ada biaya yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah makan, mereka minta dibelikan pulsa HP, terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah, pikirku. Kebetulan baru minggu lalu aku menerima pembayaran dari salah seorang klienku. Memang kalau mau barang bagus ada harga yang harus dibayar. Apalagi terbayang nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi kedua gadis ABG ini secara bersamaan.

"Yuk jalan. Pusing nih di mal terus" kataku setelah mereka selesai berbelanja. Memang aku sudah menentukan limit pengeluaran bagi mereka. Disamping itu, aku sudah tidak tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis dan wajah cantik Rena.

Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.

=====

Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.

"Buka dulu aja mas.." bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
"Bukain ya" kataku.

Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.

"Besar sekali mas. Rena suka.." kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.

Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.

Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.

Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.

Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.

"Ayo buka pakaiannya dong sayang.." kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
"Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu" kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.

Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.

"Ahh...ssstt..." erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.

Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.

"Sebentar ya Lis.."kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.

"Pelan-pelan ya mas.." desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.

"Ahhhh...ahhhh" desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.

"Kamu buka juga dong Lis" kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
"Biarin aja pakaian dalamnya Lis.." ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.

Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.

"Ahhhh...." erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
"Sstttthhhh....sstttt" erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.

Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.

"Ahhhhh......" erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.

"Giliranmu Lis.." kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.

"Ihhh..gede banget...iihhhh" desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.

Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.

"Ihh..ihh.." desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara "doggy-style".

"Sini Ren" panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.

"Ihh..ihh.. Elis sampai mas...ihhhh.." erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.

Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.

Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.

=====

Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.

"Mas mainnya hebat banget ..." kata Rena sambil tersenyum manis.
"Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan..."sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.

"Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih" jawabku asal.
"Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis.." kata Rena pada temannya.

"Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini.." kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
"Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas.." Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.

"Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya.." ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
"Jangan ah. Udah nggak usah" tolakku.
"Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok.." sahutnya.
"Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho" kataku.
"Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian" katanya bak sutradara kawakan.

Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.

"Rambut lo Lis..jangan nutupin" kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.

Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.

Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.

Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.

"Lis..gantian gue dong.." katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.

"Jangan pakai tangan Ren.." kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.

Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.

"Arrghh.. hampir sampai nih.." erangku.
"Mas yang ambil ya.." kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.

Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.

=====

Setelah beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil.

Kami mengobrol beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka uang taksi secukupnya.

"Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya.." ujar Rena saat turun dari mobil.
"Ok, daaggh.." kataku pada mereka berdua.

Aku segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik.


http://siezhien.wen.ru
<><<<><9
Putri Ibu Kost

--------------------------------------------------------------------------------

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu
perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng.
Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu
berolahraga seminggu tiga kali. Teman-?*temanku bilang, kalau
aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel
padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara
serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami
nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak
sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya.
Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa
batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling
cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu
kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya
begitu, kalau "voltase"-ku sudah amat tinggi, aku dapat
"muntah" juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan
sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan
sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut.
Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat
itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang
penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis
mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur.
aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau
mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya
sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu
disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran
3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di
antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua
manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang
pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA,
anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut
desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama
adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah
mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan
sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut
penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar,
pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan
menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang
ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam
menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18
tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan
kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya
ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya
besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya
membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin
payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya
karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan
betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus.
Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis
yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak
perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang
sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di
teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang
adiknya. Ika mengenakan baju atas "you can see" dan rok span
yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang
mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

"Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah.. sedang nggak ada tuh.
Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas," sapa
Ika dengan centilnya.

"He.. masa?" balasku.

"Iya.. Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob," kata Ika dengan
senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar
menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak
nih, he-he-he..

"Ah, neng Ika macam-macam saja..," tanggapanku sok menjaga
wibawa. "Kak Dai belum datang?"

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai.
Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil
si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang
masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai
malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia
habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia
masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

"Wah.. dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi
kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat
menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian.. Tapi yang keren
lho," kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl
Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan
sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka
nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

"Neng Ika ini.. Nanti Kak Dai-nya ngamuk dong."

"Kak Dai kan tidak akan tahu.."

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini
memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan
bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di
atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina.
Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi
memo tadi. "Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama
Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak
pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil
saja. Soen sayang, Dina"

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat
kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai
membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam
sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam
pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok..

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada
jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku.
Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

"Mbak Di.. Mbak Dina..," terdengar suara Ika memanggil-manggil
dan luar. Aku membuka pintu.

"Mbak Dina sudah pulang?" tanya Ika.

"Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya
karena banyak tugas. Ada apa?"

"Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin
pe-er."

"Ng.. bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali."

"Beres deh mas Bob. Ika berjanji," kata Ika dengan genit.
Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda
menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap
tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan
montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku
untuk meremas?*-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si
"boy-ku" ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak
digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun
kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan
kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas
sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali
diketok.

"Mas Bob.. Mas Bob..," terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu
berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan "you
can see" yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang
hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya.
Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat.
Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya
menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak
memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya.
Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali,
berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai
parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

"Ini kalkulatornya, Mas Bob," kata Ika manja, membuyarkan
keterpanaanku.

"Sudah selesai. Neng Ika?" tanyaku basa-basi.

"Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?"

"0, boleh saja kalau sekiranya bisa."

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku
matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos
pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan
sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak
buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk
tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar
kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal
potongan kayu kecil.

"Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak
tahu cara penyelesaiannya." Ika mencari-cari halaman buku yang
akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan
melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam
posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan
sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku
terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal
tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan
memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil
menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada
Ika. Uhhh.. ranum dan segarnya.

"Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?" tanyaku sambil
menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia
bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

"Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian
Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator
tadi," jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika.
Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos
sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti
penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni
hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi
mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru
ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya
sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju,
dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh
payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan
tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan
menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya
kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

"Mas Bob.. ini benar nggak?" tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara
konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku
mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika
lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang
kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya.. gumpalan
daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan
kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih
menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

"Ih.. Mas Bob nakal deh tangannya," katanya sambil merengut
manja. Dia pura-pura menjauh.

"Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya
menyodok-nyodok lenganku," jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di
hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan,
namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku
merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya
aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam
sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai
baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja
tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk
menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi
penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau
memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya
dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan
soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit
punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan
sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat
itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu
rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke
punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang
menempel punggungnya.

"Ih.. Mas Bob jangan begitu dong..," kata Ika manja.

"Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng
Ika," jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual
itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila
dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan
pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke
punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi.
Tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya
kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas.
Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-?*kuluman
bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat
bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA
sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang
jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil
kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku
berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra
itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan
batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan
kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu
terasa mengeras.

"Mas Bob, Mas Bob buka baju saja Mas Bob..," rintih Ika. Tanpa
menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat
pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tali baju
atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya.
Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup
sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan
indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya
kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di
ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink
kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di
sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung
dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan
segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku.
Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika
tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk
pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar
dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga
pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam
minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya,
celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari
jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa
helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke
arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari
balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang
sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke
badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil
mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya.
Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya.
Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan
lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku.
Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan
saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan
keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan
hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi
segenap pori-pori kulit lehernya.

"Ahhh.. Mas Bob.. Ika sudah menginginkannya dan kemarin..
Gelutilah tubuh Ika.. puasin Ika ya Mas Bob..," bisik Ika
terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak
ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat.
namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan
pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di
sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup
kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu.
Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu
secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman
yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara
kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara
itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi
sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

"Mas Bob.. ngilu.. ngilu..," rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku.
Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya,
sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung
lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah
dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara
kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan
memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin
menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu
makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

"Aduh mas Booob.. ssshh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. ssshhh..
geli.. geli..," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar
dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini
mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku
meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara
kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan
memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi
dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku
meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan
sekuat-kuatnya.

"Mas Booob.. kamu nakal... ssshhh.. ssshhh.. ngilu mas Booob..
geli.." Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah
manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah
ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu.
Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi
mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku
menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar
dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana
yang melindungi pantatnya itu. Perlahan?*-lahan celana dalamnya
kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk
memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali
sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa
merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali.
Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua.
Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya,
tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus.
Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah
jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya.
Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak
dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif
meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika
sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan
telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol
keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku
kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika
perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan
terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting
payudaranya.

"Au Mas Bob.. shhhhh.. betul.. betul di situ mas Bob.. di
situ.. enak mas.. shhhh..," Ika mendesah-desah sambil matanya
merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke
atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya
pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang
semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan
jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh
memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah.
Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga
mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat
bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas
kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

"Mas Booob.. enak sekali mas Bob..," Ika mengerang dengan
kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta
tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina
itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke
lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari
kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa
agar kena "G-spot"-nya. Dan berhasil!

"Auwww.. mas Bob..!" jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke
atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam
memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut
hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan
bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf
penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika
dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi
gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika.
Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku
untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku
gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin
keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami
sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu
menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

"Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob..," hanya kata-kata itu yang
dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin
menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin
bertambah ganas. Ika sambil mengerang?*-erang dan
menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih.
Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas
payudaranya sendiri.

"Mas Bob.. Ika sudah tidak tahan lagi.. Masukin konthol saja
mas Bob.. Ohhh.. sekarang juga mas Bob..! Sshhh. . . ,"
erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap
tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika
terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku
masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan
memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya
semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam
memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku
menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan.
Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak
kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu
sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk..
Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang
terputus-putus:

"Ah-ah-ah-ah-ah.."

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di
memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek,
sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar
dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku
mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu
bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang
membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan
licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat
tinggi-tinggi. Matanya membeliak-?*beliak. Dan bibirnya yang
sensual itu keluar jeritan hebat, "Mas Booo00oob..!" Dua
jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh
dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya
jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku
dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya
dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut
sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet.
Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami
orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya
pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai
jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari
tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di
telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh
telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar
aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku
pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika,
sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet
oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya.
Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika,
sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan
putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan
bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena
menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher
Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan
dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang
berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku
meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan
keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala
keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup
kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada
keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu.
Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri.
Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan
kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini
aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting
di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar
ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna
coklat.

"Ah.. ah.. mas Bob.. geli.. geli ..," mulut indah Ika
mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.
bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas
payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan
kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri
dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada
putingnya.

"Mas Bob.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu.."

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara
bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit
payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap
sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan
kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang
kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan
sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan
kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di
puncaknya.

"Ah.. mas Bob.. terus mas Bob.. terus.. hzzz.. ngilu..
ngilu.." Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah
kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan
tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan
keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku
hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas
eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan
lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan
gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

"Edan.. mas Bob, edan.. Kontholmu besar sekali.. Konthol
pacar-pacarku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai
sebesar ini Edan.. edan..," ucapnya terkagum-kagum. Sambil
membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan
menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan
kanannya meremas?* remas perlahan kontholku secara berirama,
seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hatinya
menahan kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan
rasa nikmat pada batang kontholku.

"Mas Bob, kita main di atas kasur saja..," ajak Ika dengan
sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.

Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan
membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku
ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6
centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau
melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya
menyentuh kasur, tangannya menarik wajahku mendekat ke
wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu
melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah.
Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara
tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kupeluk punggungnya
yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara
pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri.
Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang
tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual
Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus.
Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan
segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher
indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak
aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika.
Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku
bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak
oleh gesekan-gesekan paha Ika.

Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada
montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku
ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua
belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman
payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan
menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek
memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh
wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika
hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara
yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak
bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang
kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink
kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung
payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya
seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama
seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan
kumainkan dengan lidahku.

"Mas Bob.. geli.. geli ..," kata Ika kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit
payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras.
Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu
sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot
sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas
sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara
bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika.
Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan
beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin
menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

"Mas Bob.. mas Bob.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali
tangan dan mulutmu.. Auw! Sssh.. ngilu.. ngilu..," rintih Ika.
Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api
nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku
mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara
kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan
licinnya paha Ika.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika
dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah
menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing
kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan
dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir
memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala
kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.

"Mas Bob.. masukkan seluruhnya mas Bob.. masukkan seluruhnya..
Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina
orang kuno.. tidak mau merasakan konthol sebelum nikah.
Padahal itu surga dunia.. bagai terhempas langit ke langit
ketujuh. mas Bob.."

Jari-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang
sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

"Edan.. edan.. kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob..,"
katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang
memeknya.

Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang
sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil
kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini
seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging
hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan
enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kontholku.

"Mas Bob.. teruskan masuk, Bob.. Sssh.. enak.. jangan berhenti
sampai situ saja..," Ika protes atas tindakanku. Namun aku
tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang
memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku
kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan
hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang,
lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang
bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan
tidak karuan.

"Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Bob. Geli..
Terus masuk, mas Bob.."

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat.
Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan..
satu.. dua.. tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke
dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal
pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang
dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit
batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging
lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai
menimbulkan bunyi: srrrt!

"Auwww!" pekik Ika.

Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di
dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.

"Sakit mas Bob.. Nakal sekali kamu.. nakal sekali kamu..."
kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika.
Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan
besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya
tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa
dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya.
Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada
batang kontholku.

"Bagaimana Ika, sakit?" tanyaku

"Sssh.. enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang
sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang
memekku..," jawab Ika.

Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan.
Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin
oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang
sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang.
Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir
ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh
otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa
hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk
kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek
Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol
sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus
dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak
tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak
jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku,
sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus
mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya
yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya.
Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang
kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke
atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali
secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di
kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur
perlahannya di memek Ika.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua
betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup
kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan
di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua
gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama.
Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara
perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu
semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun
merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke
bawah.

"Ah.. mas Bob, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Bob,
ngilu.. Sssh.. sssh.. terus mas Bob, terus.. Edan.. edan..
kontholmu membuat memekku merasa enak sekali� Nanti jangan
disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja..
aku sedang tidak subur��

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek
Ika.

"Ah-ah-ah.. benar, mas Bob. benar.. yang cepat.. Terus mas
Bob, terus.."

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika.
tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan
keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh
bagian kontholku serasa diremas?*-remas dengan cepatnya oleh
daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi
merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku,
mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa
keenakan yang luar biasa.

"Sssh.. sssh.. Ika.. enak sekali.. enak sekali memekmu.. enak
sekali memekmu.."

"Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas
Bob, terusss.."

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada
memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak
karu-karuan.

"Mas Bob.. mas Bob.. edan mas Bob, edan.. sssh.. sssh..
Terus.. terus.. Saya hampir keluar nih mas Bob.. sedikit
lagi.. kita keluar sama-sama ya Booob..," Ika jadi mengoceh
tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku
harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang
molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia
mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby.
Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam
memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

"Mas Bob.. mas Bobby.. mas Bobby..," rintih Ika. Telapak
tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari
pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin
cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih
beruntung. Di dalam "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan
yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai
daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan
keenakan yang tiada terkira.

"Mas Bob.. ah-ah-ah-ah-ah.. Enak mas Bob, enak..
Ah-ah-ah-ah-ah.. Mau keluar mas Bob.. mau keluar..
ah-ah-ah-ah-ah.. sekarang ke-ke-ke.."

Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika
dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa
disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup
derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku
dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa
kendali:

"..keluarrr..!"

Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan
mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar
biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku
merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek
Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada
lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun
membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding
memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun
kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu
kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka.
Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan
agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

"Mas Bob.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke
tujuh," kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. "Kak Dai
dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak
orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka
membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai."

Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku
tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan
kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga
membayangkan kugeluti dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus
dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot
dengan penuh nafsu.

"Mas Bob� kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan.. kamu
perkasa.. dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar
biasa nikmatnya.."

Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan
bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa
aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus
kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus
mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini
baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah
mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya.
Kontholku masih besar dan keras, yang harus menyemprotkan
pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar
lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin.
Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun
masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara
berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa
hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar
dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme
yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.

"Ahhh.. mas Bob.. kau langsung memulainya lagi.. Sekarang
giliranmu.. semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku..
Sssh..," Ika mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu
dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku
ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas
payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai
dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

"Sssh.. sssh.. sssh.. enak mas Bob, enak.. Terus.. teruss..
terusss..," desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya
dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora
api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku
mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya
cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun
diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.."
Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak
henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

"Mas Bob.. ah.. mas Bob.. ah.. mas Bob.. hhb.. mas Bob..
ahh.."

Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari
payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke
bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk
punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan
dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika
sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali
masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika
sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai
diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika.
Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya
mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Sementara daging pangkal
pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai
berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga
agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang
memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak
keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak
masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun
sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai
ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini
Bibir Ika mendesah, "Hhh.."

Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan
menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan
enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas
punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk
sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal
paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran
antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi
srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada
tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu
yang keluar dari bibir Ika:

"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."

Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli,
dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan
pekikan-pekikan kecil:

"Ika.. Ika.. edan.. edan.. Enak sekali Ika.. Memekmu enak
sekali.. Memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan memekmu enak
sekali.."

"Mas Bob.. mas Bob.. terus mas Bob.." rintih Ika, "Enak mas
Bob.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku.
Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke
memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke
dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih
cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal
dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin
menghebat.

"Ika.. aku.. aku.." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang
luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang
sudah terbata-bata itu.

"Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi..
Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke.."

Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat
dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah
mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding
memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan
enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya
bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot
cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika,
"..keluarrrr..!" Tubuh Ika mengejang dengan mata
membeliak-beliak.

"Ika..!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika
sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan
tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan
kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak
terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya,
menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang
terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa
berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan
berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan,
perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan
tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam
kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air
mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini
semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali.
Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya,
sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan
mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil
bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks,
bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh
kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan
padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai.
Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman
pertama ini oleh orang semolek Ika.

"Mas Bob.. terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. Indah
sekali.. sungguh.. enak sekali," kata Ika lirih.

Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya
yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang,
kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia
meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang
tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding
menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika
sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00
aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan
melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

"Mas Bob.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob..
Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu
merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan
Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob," begitu
kata Ika.

Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau
diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia
keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu
samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat
kost-ku.


http://siezhien.wen.r
,.<<<><>10
Perawanku Hilang ditangan Adikku

--------------------------------------------------------------------------------

Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.

Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap?..

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku... ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga... dia menjawab:

"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, "emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating? ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku...
"Ohhhhh..." katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
"Puaskan aku dong... aku kan belum..." rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku...
"Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca" katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang "kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna"

"Abis pake apa" timpalku, "aku ngga punya baju lagi"

"Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka" katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku tadi... Tapi "ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga".

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani... kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku... adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:

"Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu"

"Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol" katanya

"Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik" kataku lebih berani

"Iya yah..." katanya sambil berdiri dan membuka celananya...

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

"Kenapa dimatiin" kataku

"Udah cukup panas kak" katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku "nanti kak".

"Kan udah saunanya " timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

"Kakak udah pernah gituan belum kak" kata adikku

"Belum" kataku, "emang kamu udah..?" lanjutku

"Belum juga kak, tapi pengen nyoba" katanya

"Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya" kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-string.

"Oh kak.... bahenol sekali, aku pengen nyobain kak" katanya dengan nafas memburu.

"Aw... dik ngapain kamu" timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

"Pengen ngentot kakak" katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, "Aku kan kakakm John, inget dong"

Adikku tetap memegang pinggulku "tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget"

"Tolong kak," katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak".

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
"Persetan dengan pacar brengsek" batinku.

"Jangan disini" pintaku.

"Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit" katanya meremas pinggulku.

"Kakak belum siap" kataku.

"Kakak nungging aja, nanti aku panasin" katanya.

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang...

"Oh... ngapain kamu dik..." kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh... gila pikirku... enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku

"Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana" rintihku... Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali...

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
"Udah panas kak" katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku?.

"udah...." kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku...

"Jangan bilang siapa-siapa yah dik" kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar... dia kesulitan...

"Mana lubangnya kak.." katanya.

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku...

"Ini dik" kataku begitu tepat di depannya, "gesek-gesek aja yah dik".

"Masukin dikit aja kak" katanya menekan kontolnya.

"aw... dik, gede banget sih" kataku, "pelan-pelan....".

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus ia lakukan sampai membuat aku gemas....

"Oh.. dik.... enak.... dik.... udah yah..." kataku pura-pura.....

"Belum kak.... baru kepalanya udah enak yah...."

"Memang bisa lebih enak...???" kataku menantang.

Dan.... langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku"

Aku merasakan perih luar biasa dan "aw.... sakit dik..." teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ....
"Oh...kak...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku...

"Oh, kak... nikmat banget memekmu.." katanya.

"Ssssshhhh... ia dik... enak banget" kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.

"Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku...

"Ma kasih kak" katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. "kenapa adikku????"

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna... Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi...

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.

Demikian kisah nyataku dengan adikku.


http://siezhien.wen.ru
<><<><>11
Sang Pelindung

--------------------------------------------------------------------------------

Ini adalah cerita yang dikirimkan oleh koresponden saya. Thank�s AW untuk kepercayaannya menitipkan cerita ini

Vina merasa kecemasannya kian lama kian memuncak.Suaminya menelepon beberapa jam yag lalu dengan nada takut dan seperti dikejar sesuatu.Ramon nama suaminya.Usianya baru 35 tahun,Usia Vina sendiri baru menginjak 27 tahun,namun sebagai pasangan muda mereka belum memiliki anak.Hingga tidak heran sampai saat ini Vina masih terlihat cantik dengan kulit putih mulus dan pinggang yang ramping,tidak kalah dengan gadis remaja zaman sekarang.Wajahnya mirip dengan pembaca berita Trans TV Isyana Bagus Oka. Selain itu karena memang pasangan ini terlahir dari keluarga yang mapan ekonominya maka untuk kecantikan dan kebugaran tubuhnya mereka selalu terjaga.

Ramon adalah seorang pengusaha muda di kota itu.Kehidupannya terlihat amat mapan ekonominya.Hingga saat ini Ramon dan Vina selalu berusaha untuk melakukan segala upaya agar mereka dikaruniai anak,namun belum ada tanda kearah itu.Hingga membuat Ramon terjebak kepada kehidupan malam dan dunia obat-obatan. Sedang Vina, memang melihat kebiasaan baru suaminya itu dan selalu berusaha melarangnya. Namun Ramon tetap asyik dengan kebiasaan barunya itu, Apalagi pengaruh dari teman temannya amat kental menyelubunginya. Vina tetap asyik dengan kesibukannya dalam bidang usaha yang di wariskan orang tuanya.

Suatu hari tanpa ia bayangkan sebelumnya, polisi yang mencium gelagat tidak baik itu, melakukan penggrebekan kesarang tempat kumpul-kumpul Ramon.Dalam penggeledahan itu,beberapa teman Ramon tertangkap. Ramon berhasil kabur dan menghilangkan jejak. Polisipun mengadakan pencarian terhadap Ramon sampai kerumahnya.Saat itu Vina yang tidak mengetahui masalahnya jadi syok.Ia amat terkejut dan kuatir akan keselamatan suaminya.Hingga beberapa minggu kemudian mereka kehilangan jejak Ramon yang melarikan diri.Beberapa minggu kemudian, Vina ditelepon Ramon dari tempat persembunyiannya. Ramon berpesan pada Vina agar tenang dan meminta untuk bertemu.Keadaan dirinya saat itu amat tidak mungkin untuk pulang karena masih dicari pihak yang berwajib.

Dengan kegugupan luar biasa, Vina langsung menyambar gagang telepon ketika berbunyi.

�Ha..halo..� suara Vina terdengar gemetar.Suara dari ujung terdengar bising seperti di tengah keramaian.
�Halo Vin..� suara Ramon terdengar noisy dan sangat kecil."Haloo.."
�Halo Mas..� Vina menjawab gemetar.
�Vin..sementara kamu pergi aja dulu dari situ,� kata Ramon terburu-buru. Vina menyimak dengan konsentrasi penuh karena Ramon mengucapkannya dengan cepat.Vina dianjurkan untuk menghubungi teman Ramon yang bernama Bang Salim yang merupakan seorang preman yang sering mangkal di dekat rumah orangtuanya.

Bang Salim ini adalah laki-laki yang berusia 49 tahun dan merupakan org yang amat di tuakan di lingkungan tempat tinggal org tua Ramon.Sosoknya sebagai preman amat kental dan amat disegani di daerahnya.Selain wajahnya yang terlihat sangar dan berkulit legam,ia amat sayang pada Ramon yang sudah ia anggap adiknya itu.Bang Salim sudah sering keluar masuk penjara, berbagai kasus telah ia jalani dan selama ia di penjara dulu, orang tua Ramon amat berjasa pada keluarganya dengan memberikan mereka bantuan baik moril maupun materiil, hingga membuat Bang Salim merasa berhutang budi pada Ramon.Selama Ramon melarikan diripun peran dari Bang Salim amat banyak.Sesuai anjuran suaminya Vinapun menemui Bang Salim. Dan disepakati untuk mengunjungi Ramon pada hari yang telah di rencanakan.Sengaja Vina dianjurkan Bang Salim untuk tidak menyetir mobilnya.Sebab mobil itu akan mudah dikenali pihak yang berwajib.

Mereka berduapun lalu menaiki mobil angkutan umum yang memakan waktu 6 jam perjalanan dari kota tempat mereka tinggal.
Selama perjalanan Vina dan Bang Salim terlibat pembicaraan yang panjang mulai
dari masalah pelarian Ramon hingga merembes kemasalah rumahtangga Vina.Sebagai laki-laki yang normal memang Bang Salim amat mengagumi kecantikan Vina,baik tutur kata maupun pandangannya. Vina terlihat amat dewasa dan tegar meski masalah besar sedang melandanya.Bang Salim pun merasakan kejengahan jika terlalu lama duduk berdampingan dengan istri dari Ramon yang telah ia anggap adik angkat itu.Apalagi wangi tubuh yang dipancarkan dari parfum Vina amat memnggodanya. Ditambah dengan sikap Vina yang cepat akrab dengan dirinya saat itu.Vinapun yang selama perjalanan amat letih hingga tidak sadar tertidur di bahu bidang Bang Salim.

Sebagai laki-laki dewasa yang masih berpikiran sehat Bang Salimpun membiarkan Vina tertidur beberapa saat di bahunya.Sesekali tanpa sadar tangannyapun memegang jemari Vina yang lembut itu.Hingga kendaraan yang mereka tumpangi sampai ke kota tujuan itu barulah Vina terbangun.Sesampain ya mereka turun di terminal kota itu.Menurut Bang Salim untuk ketempat persembunyian Ramon mereka harus menaiki angkutan desa dan lalu naik ojek lagi, sebab tidak ada angkutan ke desa yang sampai ke dusun itu.Vinapun menyerahkan semuanya pada Bang Salim untuk mencari ojek.

Beberapa saat kemudian ojeknya di dapatkan dengan ongkos yang telah disepakati.Perjalan an menuju ke tempat persembunyian itu memakan waktu kira-kira dua jam perjalanan karena jalannya masih terjal dan penuh batu batuan. Memang tidak lama kemudian merekapun sampai di tempat Ramon yang merupakan sebuah rumah kayu yang terlihat masih kuat dan terletak amat jauh dari jalanan.Rumah itu jauh dari rumah penduduk lainnya,dan merupakan rumah peninggalan org tua Bang Salim.Rupanya Ramon disembunyikan Bang Salim di kampung halamannya.Mmg untuk beberapa lama Ramon aman di desa itu, karena amat terpencil dan masarakatnya amat memuliakan tamu apalagi keluarga Bang Salim.

Yang namanya suami istri, merekapun lalu menumpahkan kerinduan masing-masing malam itu dengan berhubungan badan di salah satu kamar di rumah itu.Bang Salim memakluminya karena mmg beberapa minggu ini ramon sempat berpuasa hubungan seks.Bang Salim pun hanya dapat mendengar dengusan dan erangan erotis pasangan itu dari kamar sebelahnya.Biarlah mereka menumpahkan kerinduannya, bisik hatinya.Sebagai laki-laki normal Bang Salimpun mempunyai niat iseng dengan mengintip mereka.Dan alangkah takjubnya ia melihat pergumulan dua anak manusia berlainan jenis itu hingga beberapa babak.Lalu iapun pergi tidur dengan memendam perasaan yang terpendam.

Pagi harinya mereka bangun dan terlihat kedua pasangan itu muncul dengan wajah yang penuh ceria dan rambut yang basah.Dengan senyum kecil Bang Salim sempat menggoda Ramon.Ramon dan Vinapun tersenyum malu.Ia yakin Bang Salim mendengar pertarungannya malam tadi. Vina menginap di tempat Ramon selama dua hari dan selama itu ia manfaatkan untuk berbagi kerinduan.Mereka tahu mereka akan jarang bertemu, atau mungkin apa yang akan terjadi setelahnya.Dengan berat hati Ramon melepas vina pulang dan Vina pun akan datang dua minggu kemudian atau kalau bisa Bang Salim saja yang membawa keperluan Ramon selama pelariannya. Sebab jika Vina terlalu sering pergi akan membuatnya di curigai pihak berwajib.

Sore itu mereka pulang dengan menaiki ojek ke terminal kota itu. Terminal
itu kecil saja. Tak Heran Salim segera mencurigai sebuah jip yang sering
dikenalinya parkir dirumah Ramon.

�Dik...kamu lihat mobil itu? tampaknya teman Ramon ada yang mencari sampai kesini, wah bahaya ini�
�Oh iya itu mobil teman Mas Ramon, kok mereka bisa disini ya?� Vina kuatir
�Kamu sembunyi disini, saya coba urus,� ujar Bang Salim tenang.

�Hati-hati Bang!� Vina yang awalnya sangat curiga terhadap preman ini sekarang sudah tumbuh kepercayaannya karena terbukti dialah yang berjasa menyembunyikan suaminya dan mengantarnya kesana. Vina menyadari besarnya pengorbanan dan risiko yang diemban preman jelek ini.

Menit demi menit berlalu, Vina tidak sabar dan cemas menunggu di pelataran toko.Hampir sejam mendadak Salim terhuyung-huyung muncul dari belakang.Vina kaget melihat preman ini babak belur.

�Vin, sudah aman, mereka menanyakan keberadaan suamimu, rupanya ada yang bocorkan kamu pergi sama saya, dan mereka berhasil mencari tahu kampung saya, tapi mereka berhasil saya tipu,� Salim hampir pingsan setelah digebuki kawanan pengedar obat bius.

�Abang harus istirahat dulu, dimana ya? Bagaimana kalau di losmen itu ?� Vina melihat losmen sederhana diseberang jalan. Salim setengah tak sadar dipapah Vina.Vina memesan kamar.

Petugas losmen percaya saja, diberi alasan suaminya jatuh dari bis, sedangkan kampungnya masih jauh digunung. Bahkan segera mengantarkan handuk dan air panas untuk membasuh luka.Salim langsung tertidur setengah pingsan saat dibaringkan ditempat tidur.Dengan telaten Vina melepas sepatu, kaus kaki dan kemeja dan membersihkan luka dan kotoran ditubuh atas si preman.Vina berdesir ketika menyeka luka berdarah dan menjumpai banyak bekas luka disana.Selayaknya wanita normal dirinya sangat tersanjung mendapati seorang laki-laki berjuang mati-matian demi dirinya, dengan luka yang demikian parah.

Saat malam menjelang, Vina memesan makan malam dikamar dan mandi.Vina makan sendirian dikamar sambil kebingungan apa yang harus dilakukan. Hari telah malam, Bang Salim masih pingsan.Akhirnya Vina membaringkan diri di samping Salim dan tertidur.Menjelang tengah malam Vina dibangunkan Salim.

�Vin bangun,� Bang Salim mengguncang tubuh Vina.Vina menggeliat bangun dengan enggan.
�Wah sudah jam dua belas, lama juga saya tidur ya?� ujarnya lirih sambil mengucek matanya.Salim risih mendapati dirinya tidur disamping wanita cantik. Dia menjunjung tinggi kode etik sesama preman yang tidak makan barang kawan apalagi istri kawannya sendiri.
�Saya mau pindah ke kamar lain ya Vin?� kata Bang Salim dengan gelisah.Vina tidak tahu apa yang membuat Bang Salim gelisah seperti itu.Karenanya dia cuek saja.
�Nggak ada Bang, sudah penuh, losmen ini cuma punya sedikit kamar,� ujar Vina.
�Bagaimana ini, nggak enak kan kita sekamar!� Bang Salim agak terganggu dengan ucapan Vina yang blak-blakan itu.
�Habis gimana, terpaksa.�
�Ya sudah saya cari tempat diluar, bahaya bener kita sekamar,� kata Bang Salim akhirnya
Menyadari si preman masih belum pulih dan hutang budi Vina dengan tegas menolak
�Jangan, Bang Salim disini saja, memang bahaya apa, kita kan bisa jaga diri,� kata Vina, dengan suara agak manja.
�Anu Dik...� saya yang nggak bisa jaga diri, soalnya Vina terlalu cantik, apalagi dari kemarin lusa Vina dengan Ramon, dua hari saya disuguhi adegan hebat.Ramon memang sungguh beruntung punya istri yang sangat cantik, setia dan hebat ditempat tidur.�
Malu sekaligus senang, melebar cuping hidung Vina dipuji pahlawannya
�Memang Bang Salim lihat?� ujarnya tanpa basa-basi.
�Lha iya lah, dinding kamar kan dari bambu, tempat tidur saya disebelah dinding. Kamu berbisik apa saja saya dengar, wong nggak ada setengah meter.Masih ingat bener desahan suara kamu, Ramon memang gelo sengaja pamer kehebatannya di ranjang, sompret juga tuh anak, panas dingin saya dibuatnya, � Bang Salim meruntuk seolah ini adalah kesalahannya.

�Jadi gimana Bang?�
�Pokoknya saya nggak tahan, Dik Vina yang cantik dan lembut ternyata bisa demikian hebat menggelora. Untuk mengawani adik saja, dari tadi pagi sudah tersiksa panas dingin, apalagi harus sekamar.Keamanan masih bisa saya jamin, kehormatan tidak dijamin.�

Vina terdiam memikirkan nasib, suami buron, terdampar ditengah malam di losmen kecil, pahlawannya terkapar membela dirinya, preman jelek tapi sopan dan setia kawan yang tak sadar disuguhi adegan mesra dengan suaminya.Vina memutuskan balas budi Bang Salim.

� Terus terang saja, kami berhutang budi sama Abang, saya tidak tahu bagaimana harus membalasnya. Kalau abang tersiksa oleh perbuatan kami, saya tidak rela.� Vina berkata jujur mengungkapkan isi hatinya.Bang Salim segera menyadari tujuan pembicaraan ini

�Jangan Dik, lebih baik saya segera keluar, kasihan Ramon, kamu tinggal satu-satunya miliknya,�
Salim beranjak bangun duduk di tepi ranjang dan mencari kemejanya.
�Jangan Bang,� Vina mencegah kepergian Salim dengan memeluknya dari belakang. Punggung telanjang Salim segera dikaruniai hangatnya kekenyalan sepasang payudara Vina, yang kontan menyulut kegairahan. Api tersiram bensin.Bang Salim tanpa kuasa menahan dirinya segera berbalik dan memeluk tubuh indah itu.

�Pokoknya Abang nggak boleh pergi,� ujar Vina sambil mempererat dekapannya.

�Tapi nanti gimana risikonya?� kata Bang Salim yang nafasnya mulai tidak teratur.

�Nggak ada risiko�! ngg�...pokoknya nggak boleh pergi,� Vina memerah mukanya, malu, tak sanggup mencetuskan apa yang ada diotaknya.Akhirnya, tidak berkata apa-apa lagi, Vina segera memeluk tubuh Salim dengan erat dan menggesek-gesekkan tubuhnya pada tubuh pria kasar itu.Salim membalas dengan bernafsu dan langsung memeluk tubuh sintal Vina dalam dekapan erat. Mulutnya yang sedikit tonggos segera menyosor leher putih dan lembut, menghadiahinya dengan kecupan-kecupan lembut menyusuri kejenjangan leher wanita cantik itu.

�Mmmm...ohh..� Vina menikmati kecupan demi kecupan itu, perasaannya mengawang-awang, benaknya terbuai sensasi sekamar dengan lelaki asing yang terluka parah membela dirinya.

�Ooh...pahlawanku ...� Vina berujar lirih sambil menggeliat.
Sesekali kecupan mendarat dibelakang telinga yang menyemburatkan wangi khas wanita yang telaten merawat diri. Tubuh Vina tergetar saat menerima kecupan dicuping telinganya.Menemukan daerah sensitif yang ternyata sangat keras memancarkan wangi khas parfum mahal, Salim melumat telinga Vina.Lidah kasarnya sesekali menjelajah menjilati bagian dalam telinga membuat tubuh Vina mulai menggelinjang. Kedua tangannya bertahan mendekap leher sang preman.Salim yang sangat mengagumi kecantikan istri kawannya ini, sekarang mendapatkan pelampiasan. Usianya yang setengah baya membuat gayanya bersetubuh sabar dan telaten.Walaupun teknik kamasutra tidak banyak dikuasainya, maklum saja pada masa mudanya dikampung belum ada DVD atau VCD, faktor usia yang sabar dan lembut mempunyai nilai tambah sendiri.

Kecupannya ditelinga Vina demikian telaten, bak lidah kucing ingin membersihkan kulit lembut itu dari segala kotoran.
Vina tak tahan area sensitifnya dilumat habis-habisan, area sensitif yang lain mulai cemburu untuk diperhatikan. Tetapi si preman tidak juga ke sana.Vina masih malu untuk memberikan komando.Dengan gemas didekapnya tubuh telanjang preman semakin erat, menyatakan gairahnya yang sudah memanas.

�Bang.....geli..� ujar Vina manja.Gelinjangan tubuh Vina mulai tak terkendali, suatu hal yang sangat menyenangkan Salim. Kegemasannya selama dua hari mengintip tubuh menawan ini dalam bergejolak penuh birahi, terobati sudah. Puas dirinya sendiri sekarang yang menggiring wanita cantik ini bergetar-getar dalam lumatannya.

Vina mencoba memberikan sinyal dengan meloloskan kaitan branya. Tetapi kembali Vina semakin gemas, si preman tetap pilih kasih hanya telinga dan lehernya.Birahi Vina mulai melambung, lumatan ditelinga dan lehernya dari sang pahlawan menghantarkannya dengan cepat ke tahap lebih tinggi.Berkali- kali bulu kuduknya merinding saat kasarnya lidah mengampelas belakang telinga, kejenjangan leher sampai kepangkal leher. Tubuh Vina menghendaki perlakuan lebih intens.

Tidak sabar menunggu perkembangan lebih lanjut, Vina tak sadar meloloskan baju yang dikenakannya, yang kontan saja menyembulkan sepasang bukit payudara indah dengan puting yang sudah galak menantang, marah sedari tadi diabaikan.

�Ahhhhh.......� Vina mengerang nikmat saat lelaki itu dengan sigap, patuh menyambut tantangan sepasang payudara yang indah, menghajarnya dengan kenyotan kuat dan dalam.Tubuh atas Vina yang telanjang tersentak kebelakang menerima dahsyatnya sedotan mulut tonggos sang preman, untung saja segera ditahan tangan kiri Salim.Kedua lengan Vina mencoba bertahan dengan menggayuti leher Salim menahan deraan nikmat.

�Bang....ahhh....Bangg...� berkali-kali tubuh si cantik menggelinjang bergairah menerima badai kenikmatan permainan bibir Salim pada payudaranya. Semakin bersemangat Salim menghajar sepasang payudara indah itu bergantian, saat menyadari Vina yang cantik secara tak sadar ternyata sangat menikmati keganasan kenyotannya. Dilahapnya sedalam-dalamnya sepasang bukit payudara mulus itu, hingga terasa puting yang keras menyentuh bagian dalam bibirnya, dihisapnya sekuat tenaga, wajahnya diputar searah jarum jam perlahan sambil menekan keras kemulusan dada telanjang yang sedari tadi sudah basah oleh liurnya.

�Uuhhhh....� Vina menggeram menahan nikmat, tak sadar kedua tangannya bagai menjambak kepala yang kurang ajar menjarah daerah rahasianya.Kedua tangannya bahkan seolah menyemangati mulut tonggos itu, dengan berupaya membenamkan sedalam-dalamnya wajah itu kedalam gundukan payudaranya. Tak tahan tubuh atasnya yang telanjang menahan dahsyatnya serangan Salim, tubuh itu tak sadar menggelinjang seolah hendak melarikan diri.Kedua Tangan Salim dengan sigap mencengkeram punggung telanjang Vina, menahannya bergerak.Wajahnya berpaling kesasaran yang lain, payudara Vina yang sebelah kiri, yang dengan cepat dilahapnya dengan ganas, dihadiahinya agar adil dengan kenyotan panjang dan kuat, kembali wajahnya memutar dan menekan kuat, menghujamkan mulutnya yang tonggos di payudara yang indah itu.

�Bang...ohhhh..� Vina tak berdaya, pikirannya sudah terbang mengarungi gelombang birahi yang kian memuncak.Tubuhnya mulai mengejang liar, seiring mulut Salim menggasak sabar dengan dahsyat kedua payudara itu bergantian.Lelaki itu sangat menikmati saat-saat tubuh telanjang nan indah itu terkejang-kejang akibat payudaranya dikenyot kuat.

�Bang...ohhh. ..Bangg..� Vina melenguh semakin memelas menahan siksa nikmat menjelang puncak pendakiannya, preman itu tak kunjung menuntaskan dahaganya.Sedemikia n telaten, mulut kasar itu mempermainkan tubuhya sekian lama.

Walaupun akal sehatnya sudah menghilang dari tadi, naluri wanita baik-baik dalam dirinya masih malu untuk berinisiatif lebih jauh.Tubuhnya mulai kejang-kejang tak berdaya mengharapkan sesuatu yang tak kunjung tiba

�Bang...nngg. ...ohhh.. .� Vina menjerit kecil, menuntut lebih.Tapi Salim cuek saja, pura-pura tidak tahu, bahkan mulai sesekali menggaruk payudara yang kenyal itu dengan giginya.Rupanya Salim mengambil sikap tidak berinisiatif sama sekali saat akan menyetubuhi istri temannya ini.Dirinya bertahan sekuat tenaga menanti undangan formal si wanita cantik untuk bertindak setiap tahapan.Dirinya berprinsip dirinya sepenuh hati taat melayani perintah Vina.

�Bang ....hhh...ayo Bang...hhh ...� akhirnya karena sudah sangat tidak tahan Vina tergesa-gesa meloloskan rok panjangnya, dan langsung menanggalkan celana dalamnya. Terpampanglah tubuh telanjang yang sangat menggiurkan dihadapan Salim. Wajah cantik memelas yang mengucurkan peluh, leher dan dada yang berkilat basah akibat air liur, sisa-sisa penjarahan. Dihiasi bercak-bercak merah menandakan kebuasan kenyotan Salim, perut rata langsing, pangkal paha yang luar biasa mulus dihiasi rambut tipis yang tercukur rapi di pangkalnya, sangat mengundang.Dengan sigap sang preman berdiri mematuhi instruksi sang wanita cantik.Dengan cepat diloloskannya celana sekaligus celana dalamnya, kontan mengimbangi ketelanjangan menggiurkan tubuh lembut si wanita cantik, dengan ketelanjangan tubuh kasarnya, yang dihiasi parut-parut luka disana sini.

Sungguh kontras tubuh putih mulus dengan tubuh coklat kasar penuh luka.Wajah sayu wanita cantik mengundang dengan penuh harap. Salim menaiki tempat tidur dan berlutut dihadapan tubuh yang segera telentang itu.

�Ayo Bang...� Vina memerintah kelu, tangannya menggapai dada si lelaki.Kedua tangan Salim memegang lutut dan mengangkangkan kedua paha Vina, dan bersiap memasukinya. Tangan lembut Vina dengan tak sabar meraih kejantanannya, untuk diarahkan ke satu titik.Kepala meriamnya segera menikmati panasnya mulut liang kemaluan si wanita, bersiap-siap.

�HHh...� Seolah tersengat Vina merasakan sesuatu yang keras menyentuh bagian tubuhnya yang paling peka. Dahaga birahinya menyontakkan perintah

�Ayo Bang....ayo. ..�
Tanpa sungkan Bang Salim mulai mendorong penisnya masuk ke liang vagina Vina kuat-kuat.

�Egghhh....hhhhhh. ..� Bang Salim mengejang saat penisnya masuk sebagian, Vina tersengal, seolah paru-parunya terganjal sesuatu. Kedua tangannya mencengkeram keras pinggul Salim, menahan sensasi nikmat, dan berupaya kewanitaannya membiasakan diri terhadap ganjalan yang agak berbeda dari biasanya, milik suaminya.Salim kembali menekan penisnya lebih kuat.

�Eghhhh...hhh. ..hhh...� kembali Bang Salim mengerang, penisnya amblas hampir seluruhnya.Vina terengah, namun dahaganya terpuaskan. Tubuh telanjangnya segera menggelepar liar. Pinggulnya mulai berputar dengan cepat, mengejar jeda kenikmatan yang tadi terputus. Vina dengan buas menjepitkan sepasang kakinya ke pinggul Salim, mencoba mencari tautan agar pinggulnya bisa lebih leluasa berputar. Vina segera dengan sekuat tenaga menggasak kejantanan terperangkap di benteng kehormatannya, dengan goyangan dahsyat menggairahkan, berputar dan melonjak, berputar dan melonjak memeras kejantanan itu.

�Shhhh....shhh. ..shhh...� Vina mendesis, mengeluh sekaligus mencari nafas, berlari sekuat tenaga memacu diri, mendaki puncak kenikmatan. Agak kaget Salim menjumpai dan merasakan kebuasan wanita alim ini. Tapi intipannya sedari dua hari yang lalu sudah memberikannya informasi awal, bahwa wanita cantik dan alim ini bisa sangat liar di atas ranjang. Sekarang dengan puas dirinya merasakan sendiri tubuh telanjang itu melonjak-lonjak dibawah kangkangannya. Salim dengan cepat mengimbangi gerakan berputar dan melonjak sang wanita dengan hujaman perlahan kejantanannya.

�Bangg...hhhh. ..hhh..hhh. ..hhh..� Vina dalam hitungan beberapa menit kontan meledak dipuncak pendakiannya. Pinggulnya bergetar-getar liar, kedua tangan kukunya mencengkeram dalam di pinggang si lelaki. Punggungnya melengkung menopang kepalanya yang mendongak dengan mulut terbuka lebar. Sepasang kaki jenjangnya kejang menjepit keras pinggul Salim, sekuat tenaga meresapi nikmatnya badai dipuncak kenikmatan. Seluruh tubuhnya kaku, mengejang, panjang.Salim menopang badannya pada sepasang lengan bertumpu di kedua sisi Vina, dalam posisi push-up, dengan kedua kaki lurus merapat. Hanya pinggul dan perutnya saja yang rapat dibagian bawah tubuh wanita, dibelit kencang sepasang kaki mulus, menyatu dalam detik-detik puncak keintiman. Matanya berbinar-binar dengan bebas melahap pemandangan spektakuler ini, seorang wanita cantik dengan wajah kuyu terpejam terengah-engah, kejang, dibawah tindihannya.

Dengan kelihaiannya, lambat tapi sangat bertenaga Salim mulai menyodok liang kewanitaan Vina. Tujuannya jelas mendorong si wanita kembali mengarungi puncak kenikmatan. Seolah letusan gunung berapi, si Preman setengah umur berupaya membangkitkan letusan-letusan berikutnya. Batang kejantanannya yang sedemikian keras dijelujurkannya sangat perlahan tapi kuat menekan sisi atas liang kewanitaan.

�Ohhhh....... ..� Vina mendesah parau, kembali meledakkan keluhan panjangnya, sesuatu yang sedemikian keras menghajar klitorisnya, dengan tekanan yang sangat kuat. Udara yang terpompa keluar dari mulutnya seolah berasal dari rongga perutnya bahkan dari rahimnya, menyuarakan nikmat birahi. Kejantanan itu kembali menyodok, pelan sekali, dan kembali menyodok, tetapi dengan tekanan yang semakin berkurang, dan diarahkan ke sisi lain liang kewanitaan Vina, bergantian.
Salim berhasil menggiring si wanita cantik mengarungi gelombang puncak kenikmatannya. Kembali Vina tersengal-sengal menggapai kembali puncak birahinya.

Mata tajam Salim mencermati, paras ayu yang bersimbah keringat, memejamkan mata menyerapi puncak kenikmatan.

�Shhh...shhh. ..shhh...� Vina mengeluh setiap kali menerima genjotan pada liang vaginanya kejantanannya yang telaten perlahan menekan sisi bawah, sisi samping kewanitaan secara sistematis. Ketika dirasakannya kejangnya si wanita cantik mulai berkurang. Kembali Salim melancarkan serangannya, ditariknya sampai hampir lepas kejantanannya, disodoknya kembali liang vagina Vina dengan sangat perlahan, tapi sangat kuat, menekan sisi atas kewanitaan Vina. Sedemikian kuat bahkan sampai dibantu bobot tubuhnya. Efeknya kembali merasuki sang wanita. Pengaruh klitoris digilas kuat batang keras kembali menimbulkan gelombang puncak nikmat.

�Uughhhhhh...� Vina yang seperti tersengat listrik kembali terkejang-kejang. Sodokan sangat perlahan tetapi sangat kuat mengamblaskan batang itu sedalam-dalamnya, ditarik sangat cepat, kembali dihujamkan sangat perlahan dan lebih kuat. Beberapa kali.

�Bangggg..... Ohhhh......� Vina menjeritkan panjang gemas birahinya, saat kembali puncak nikmat menghempas dirinya. Salim menyambut panggilan Vina, dipindahkan bobot tubuhnya dalam dekapan sang wanita sambil tidak lupa terus menghujamkan batang kerasnya secara sistematis.

�Bang....mpphhhh. .. ohhh... ohhh...� bibir mungil Vina dengan buas melumat mulut tonggos si Preman yang kini ada dalam jangkauannya. Dirangkulnya leher dalam dekapan kuat. Gemas dan dirasuki puncak birahi, disalurkan Vina dengan pelukan kuat, sangat mesra dan lumatan ganas dan panjang.Salim dengan susah payah mengimbangi buasnya lumatan bibir mungil Vina, dirinya kurang ahli untuk urusan kiss-kissan seperti ini. Tetapi hujaman kejantanannya tidak berkurang sedikitpun kelihaiannya, yang juga dengan susah payah disambut Vina, berupa geliatan dan gelinjangan pinggul yang tak terkendali.

�Mmppphhh...shhhh ....mmppphh. . ohhh......� sesekali Vina tak mampu mempertahankan lumatan bibirnya akibat hentakan kenikmatan disodok sedemikian keras, memaksanya harus menarik nafas. Tapi segera kembali bibir si lelaki menjadi sasaran pelampiasan kegemasannya. Sekian lama, Entah puas melampiaskan gemasnya atau kehabisan nafas, Vina menghentikan lumatannya, tapi ternyata masih menjumpai dirinya mengarungi gelombang nikmat, mulai tak tahan.Vina menghujamkan giginya di pundak Salim, sambil mendekap kepala itu sekuat tenaga. Merasakan lunglai mulai merasuki sekujur tubuhnya.

�Bang....ohhhh. ....Bang. ...� Vina merasakan kembali batang keras itu menghajar sisi atas liang kewanitaannya sangat keras, menggerus klitorisnya. Dirinya sudah tak tahan didera nikmat seperti ini terus menerus. Hujaman di benteng kehormatannya tidak juga berkurang sedikitpun, mendorong kembali dirinya yang sudah kepayahan kembali menyambut puncak birahi.

�Ohhh.... Bang.... ohhhh....� suaranya mulai kelu menyiratkan keinginannya untuk keluar dari derita nikmat yang tak berkesudahan ini, seiring kewanitaannya dihujam terus menerus dengan lihainya. Jepitan kakinya sudah mulai lemah, hingga akhirnya lepas, terkangkang disisi paha silelaki. Tubuhnya sudah lunglai lemas.

Salim dengan intuisinya memperkirakan bahwa wanita cantik ini sudah melewati batas ketahanan fisiknya, padahal pendakian dirinya masih panjang.Mencermati perilaku Vina dari tadi, Salim memperkirakan bahwa wanita ini mungkin bisa menyukai perlakuan lebih kasar. Akhirnya Salim mengubah gaya tempurnya yang dari tadi sabar dan gentel, beralih ke kasar bahkan buas.Salim dengan cepat menegakkan tubuhnya, bersimpuh, berlutut tanpa melepaskan kejantanannnya. Kaki yang mengangkang dikedua sisi tubuhnya segera dilipat dilututnya dan dirapatkan kedada si wanita, dikuncinya posisi kaki itu dengan kedua tangannya, yang kontan mengekspose liang kewanitaannya menjadi sangat terbuka untuk serangan lebih lanjut.

Tanpa basa basi, dengan kuat Salim menggasak liang itu, menyodokinya dengan batang kerasnya. Kali ini dengan kecepatan tinggi.

�Ughhhh...ughhh. ....ugghhh. ..� si wanita cantik yang kini telentang tapi dengan kaki meringkuk rapat didada, hanya mampu tersedak-sedak setiap kali dihajar batang keras si lelaki. Tangannya mecoba menggapai pinggul si lelaki yang menggenjotnya, agak kurang sampai, akhirnya hanya mampu pasrah meremasi seprei yang dari tadi sudah berantakan. Dirinya semakin tak tahan, tubuhnya sudah demikian lemas tak terkira, badai kenikmatan itu tak juga kunjung reda. Tetapi dia masih belum...juga. ..

�Ohhhh Hhhhh....hhhhhegghh ...hhhh.. .� sodokan batang keras itu tak kunjung mereda

�Bangg....hegghhh. ..� Vina mulai menjerit, yang dijawab Salim dengan mesra tapi dengan hujaman buas.

�Ya...sayang. ..� Salim menjawab sambil terus menggenjot vagina Vina.

�Ohhh...heghhhh. ..sudah Bang.... heghhh...� Vina menjerit kecil dan mengeluh menerima sodokan demi sodokan pada vaginanya. Vina menyadari pahlawannya belum juga sampai kepuncak, tapi dirinya sudah tidak tahan lagi.

�Bang... heggg...sudah. .. Bang...heggggh. ..sudah.. ..� Vina mendesah lirih kepayahan. Salim mematuhi keinginan si wanita, dengan rasa puas karena berhasil menaklukannnya tanpa balas. Maka ketika dia tahu Vina sudah mencapai puncak, dipercepatnya hentakan penisnya di dalam Vagina Vina, sampai akhirnya Vagina itu berdenyut keras seperti cengkeraman tang baja meremas penisnya. Bang Salim melenguh keras seperti banteng terluka, dia mendesakkan penisnya sedalam mungkin ke liang vagina Vina dengan sentakan kasar. Vina seperti tersengat listrik dan menggeliat kecil. Seketika itu pula sperma Bang Salim meyembur deras menyiram rahim wanita itu, rahim yang seharusnya bukan haknya. Bang Salim mengejang keras saat spermanya menyembur deras, kemudian dia terkulai lemas menindih tubuh Vina yang juga lemas setela mencapai puncak kenikmatan yang sangat hebat. Untuk sesaat Bang Salim mendiamkan saja penisnya di dalam cengkeraman liang vagina Vina seperti meresapkan kenikmatan terkahir yang bisa dia reguk. Kemudian dia terkulai di samping tubuh Vina. Bang Salim kemudian memeluk tubuh yang putih mulus itu.

�Ohhhhh Abang.....� Vina mendesah lega, siksa nikmat terhenti sudah. Kelegaannya ditumpahkan dengan gemasnya dalam dekapan panjang. Keduanya kemudian berciuman lama.



http://siezhien.wen.ru
<><><<>12
Selingkuh Karena Internet

--------------------------------------------------------------------------------

Ini adalah kisah nyataku, Pertama aku ingin memperkenalkan
diri dahulu, aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun,
namaku...katakan lisa, tempat tinggalku di semarang, dan sudah
setahun menikah, tetapi entah kenapa belum mempunyai anak,
walaupun hubungan sex kami (dengan suami) lakukan dengan rutin
dan lancar, kehidupan sex kami biasa biasa saja, bahkan
cenderung membosankan, karena menurutku kurang bervariasi,
tapi aku tidak pernah berselingkuh dengan orang lain selama
ini, karena suamiku sangat menyayangi aku bahkan cenderung
memanjakanku. Tapi kesetiaanku ini berakhir sampai tanggal 19
Juni 1999 (hari Sabtu). Hal ini dimulai dengan perkenalanku
dengan dunia internet sejak sebulan yang lalu. Secara rinci
aku tidak menjelaskan bagaimana aku belajar internet, tetapi
sampai suatu waktu aku berkenalan dengan seorang cowok dalam
acara chatting di web idola.
Ketika ini aku sedang belajar tentang bagaimana untuk ber
chatting di internet, temanku mengajari aku untuk masuk ke web
idola, lalu masuk ke forum chattingnya. Ketika aku sudah masuk
ke forum, ada yang mengirimi aku private message, ternyata
seorang cowok yang berusia 30 tahun, berkeluarga, juga belum
mempunyai anak, namanya...katakan andy, berasal dari jakarta,
bekerja di sebuah perusahaan asing yang sedang mengerjakan
sebuah proyek maintenance jalan KA (jakarta-surabaya), tetapi
perusahaan itu mempunyai kantor cabang di cirebon dan
semarang, hingga andy sering melakukan tugas meninjau kantor
cabangnya, termasuk di semarang.
Setelah kami berkenalan lewat
chatting, lalu dia juga kadang kadang menelepon (dari
jakarta)...mungkin pakai telepon kantor, tetapi kami belum
pernah bertemu muka, sampai pada tgl 16 juni 1999 andy
menelepon aku, dan mengatakan bahwa dia sedang berada di
semarang untuk urusan kerja dan menawari aku untuk berkenalan
dan bertemu muka. Pertama kali aku ditawari begitu, aku agak
bingung, karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku,
sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan
sekarang akan bertemu orang tsb. Tapi akhirnya aku menyetujui
dan akhirnya kita membuat janji untuk bertemu pada hari sabtu
pagi (karena kantor andy libur, hingga andy mempunyai waktu
untuk bertemu). Kita menetapkan tempat bertemunya di lobby
hotel graha santika (tempat andy menginap) jam 9 pagi.
Pada hari dan jam yang sudah kita tentukan, aku datang kesana
sendirian, karena suamiku masih bekerja di perusahaannya
(perusahaan tempat suamiku bekerja tidak libur pada hari
sabtu), tetapi sampai disana aku tidak menjumpai andy,
akhirnya aku bertanya ke bagian reception, dan menanyakan
apakah ada tamu bernama andy dari jakarta, setelah di check,
ternyata ada, dan aku diberi tahu no kamarnya. Akhirnya aku
telepon ke kamarnya, dan andy mengangkat telepon, aku
menanyakan apakah dia lupa dengan janji bertemunya, andy
menjawab bahwa dia tidak lupa, tetapi karena semalam dia harus
bekerja menemani tamu sampai larut malam, akhirnya dia
terlambat bangun, bahkan sekarang belum mandi. Aku dapat
memakluminya, tetapi aku bingung apakah aku harus menunggu di
lobby sampai dia selesai mandi, dsb, atau harus bagaimana,
akhirnya andy menawarkan bila aku tidak keberatan, aku dapat
naik ke kamarnya dan menunggu di ruang tamu di kamarnya
(ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite
room atau apa aku tidak menanyakan), aku agak bingung juga,
tapi akhirnya aku menyetujui untuk naik ke kamarnya.
Sesampai didepan kamarnya, aku pencet bel, lalu tidak lama
kemudian andy membuka pintu. Ternyata andy mempunyai wajah
yang ganteng sekali, dan tubuhnya juga sangat macho, setelah
kita ber basa basi diruang tamu kamarnya, andy bilang permisi
untuk mandi sebentar dan mempersilahkan aku untuk main
komputernya (dia membawa komputer kecil...notebook..?), dia
bahkan membantu aku untuk meng connect kan ke internet, lalu
andy meninggalkanku untuk mandi. Setelah aku sendirian, aku
mencoba untuk masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa
kok tidak bisa masuk web tsb, setengah teriak aku menanyakan
ke andy, dan andy menjawab mungkin web tsb lagi down, dan andy
menyarankan untuk mencoba saja web yang lain, caranya lihat di
historynya (aku tidak mengerti artinya..), tetapi karena aku
tidak punya kerjaan, aku mencoba bagaimana caranya untuk
membuka historynya (itupun dengan cara saling teriak dengan
andy), sampai akhirnya aku dengan tidak sengaja membuka web,
ini yang pertama aku membuka cerita seru, ternyata isinya
adalah cerita cerita sex dengan bahasa indonesia, lalu aku
mencatat alamat webnya, dengan pertimbangan mungkin aku akan
buka lagi di rumah. Lalu aku mulai membaca cerita cerita yang
ditampilkan, terus terang aku mulai terangsang karena membaca
cerita sex tsb, aku merasa celana dalamku mulai lembab karena
vaginaku mulai basah. Sampai akhirnya andy selesai mandi, dan
keluar menemuiku. Pertama dia kaget melihat aku sedang membaca
web cerita seru, akupun sangat malu melihat dia memergoki aku
sedang membaca cerita seru, dan segera aku men disconnect
komputernya ke internet dan menutup layar web cerita seru tsb,
tetapi karena andy sudah terlanjur melihat aku membaca cerita
seru, setelah beberapa waktu dia diam, akhirnya dia tertawa
dan menanyakanku apakah aku pernah masuk ke web tsb, aku
dengan malu malu menjawab belum. Andy bertanya lagi, bagaimana
ceritanya..?, aku bingung menjawabnya..sampai andy tertawa
lagi..kali ini sampai terpingkal pingkal...akhirnya aku juga
ikut tertawa.
Setelah suasananya agak mencair, kami mulai ngobrol lagi,
tentu dengan topik internet, ternyata andy sangat menguasai
internet, hingga aku dijelaskan banyak mengenai dunia
internet, baru aku tahu bahwa internet tidak hanya digunakan
untuk chatting dan kirim e mail saja, ternyata sangat banyak
manfaatnya. Bahkan andy menjelaskan bahwa di internet kita
dapat membuka web...dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang
menampilkan gambar gambar....sex, aku agak penasaran dengan
penjelasannya yang terakhir, dan rupanya andy mengetahui
keingin tahuan ku, lalu dia menawarkan untuk mencoba
penjelasannya dengan membuka web web dewasa tsb, rupanya
komputer andy mempunyai satu bagian..(favourite..?), yang
isinya adalah alamat web web dewasa, hingga kita tidak perlu
tiap kali menuliskan melalui keyboard, setelah andy membuka
web porno tsb, aku sangat kaget, karena isinya adalah gambar
sepasang cowok-cewek sedang berhubungan sex, terus terang aku
baru pertama kali melihat gambar gambar semacam itu, hingga
aku sangat malu dan tidak tahu harus bagaimana..., tapi
sejujurnya aku mulai terangsang dengan melihat gambar tsb,
tetapi kemudian andy mengganti web tsb dengan web lain yang
isinya juga tentang orang berhubungan sex, tetapi yang
ditampilkan adalah film (movie), ini juga pertama kali aku
melihat film orang bermain sex, ternyata film film semacam itu
juga sama dengan blue film (kata andy)..sejujurnya aku belum
pernah melihat blue film, melihat cewek mencium bahkan
mengulum penis sampai mengeluarkan sperma.., dan cowok
menciumi vagina cewek....
Aku mulai merasa panas dingin melihat nya, mungkin aku mulai
terangsang berat, dan entah bagaimana dan kapan mulainya
ternyata andy sudah memelukku dan mulai meraba payudaraku,
pertama aku ingin berontak, karena aku merasa ini tidak boleh,
tetapi entah bagaimana aku tidak bisa melakukan apa apa, aku
diam saja bahkan menikmati perlakuannya, sampai tangan andy
mulai menjelajah turun ke vagina ku, aku merasa celana dalamku
sangat basah, andy lalu mulai membuka pakaianku, entah
bagaimana aku diam saja, hingga aku sekarang hanya memakai
celana dalam dan BH, lalu aku ditarik masuk ke kamarnya dan
aku ditidurkan di tempat tidurnya yang besar, disini andy
mulai menciumi bibirku, terasa sangat hangat, tangan andy
tidak berhenti memainkan payudara dan vaginaku, hingga aku
merasa sangat terangsang sekali, lalu andy mulai membuka BH
dan celana dalamku, dan mulai menciumi puting payudaraku, aku
sudah pasrah dengan perlakuannya, dan sudah setengah sadar
dengan apa yang dia lakukan, karena aku sudah sangat
terangsang sekali, sampai ketika dia mulai menciumi vaginaku,
aku merasakan hal yang sangat enak sekali (suamiku belum
pernah menciumi vaginaku), aku merasa ada sesuatu yang akan
meledak dari dalam vaginaku, sampai ketika aku membuka mata,
ternyata andy sedang membuka pakaian nya sampai dia telanjang
bulat, ternyata andy mempunyai penis yang besar sekali,
mungkin sekitar 18 - 20 cm, dengan bulu yang lebat, lalu andy
mendekatkan penis di mulutku, sambil dia melanjutkan menciumi
vaginaku.
Aku mengerti dengan keinginannya, karena aku baru
melihat di web porno tadi, ada yang saling menciumi penis dan
vagina dengan posisi cewek diatas mengulum penis, dan cowok
dibawah menciumi vagina. Walaupun aku belum pernah melakukan
hal tsb, tetapi karena aku sangat terangsang dan juga setengah
sadar, aku masuk kan penis andy kedalam mulutku, terasa sangat
susah karena penis andy besar sekali, tetapi aku berusaha
meniru cara mengulum penis (seperti di web), dan ternyata andy
mulai terangsang dengan kulumanku, aku merasakan penisnya
mulai mengeras. Sampai suatu saat andy melepaskan penisnya dan
membalikkan posisinya hingga penisnya tepat berada didepan
vaginaku dan andy mulai menekan penisnya kedalam vaginaku, aku
merasakan hal yang sangat enak sekali, yang belum pernah aku
rasakan dengan suamiku, ketika andy mulai mengocok penisnya
(mungkin karena penisnya sangat besar), setelah beberapa waktu
andy mengajak untuk berganti posisi (aku belum pernah
berhubungan sex dengan berganti posisi, biasanya dengan
suamiku aku hanya berhubungan secara biasa saja), andy
menyuruh aku tengkurap setengah merangkak, dan dia lalu
memasukkan penisnya dari belakang, ternyata posisi ini sangat
merangsang aku, hingga dari vaginaku terasa ada yang
meledak..(inikah orgasme..?), setelah sekian waktu andy belum
juga mengeluarkan sperma, andy lalu mencabut penisnya lagi dan
menyuruhku untuk duduk dan dia memasukkan penisnya dari bawah,
posisi ini kurang enak buat aku, karena terasa sakit diperut,
ada yang terasa menyodok perutku, untung posisi ini tidak
berlangsung lama, karena andy akan mengeluarkan sperma, andy
lalu mencabut penisnya dan mengocok penisnya sendiri didepan
mukaku, sampai ketika dia memuncratkan spermanya, aku tidak
sempat mengelak, hingga spermanya muncrat mengenai mukaku,
bahkan ada yang masuk ke mulutku, terasa asin, aku bingung
sekali ketika andy memintaku untuk menyedot penisnya, aku agak
jijik, tetapi aku pikir sudah kepalang basah, dan aku ingin
merasakan bagaimana rasanya menyedot penis yang sedang
mengeluarkan sperma, lalu aku akhirnya menyedot penisnya,
terasa ada sesuatu yang kental masuk kedalam mulutku, rasanya
asin, dan ternyata aku menyedotnya terlalu keras, hingga andy
mendesis desis...entah keenakan atau kesakitan.., sampai
akhirnya penisnya mengecil...
Setelah aku membuang spermanya dari mulutku ke tissue, aku
terlentang sambil beristirahat, ternyata andy langsung mulai
menciumi vaginaku lagi, sampai aku merasa orgasme
lagi...ternyata rasanya enak sekali bila vagina diciumi,
setelah selesai kami berdua masuk kamar mandi untuk
membersihkan sperma dimukaku dan mencuci vaginaku, andy juga
mencuci penisnya. Ini adalah pertama kali aku berselingkuh
dalam perkawinanku, aku merasa berdosa terhadap suamiku,
tetapi bagaimanapun telah terjadi, dan aku tidak ingin suamiku
mengetahui rahasiaku.


http://siezhien.wen.ru
<<>><<>13
Teman Chattingku

Sebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Yeni. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku pernah menikah, kurang lebih selama empat tahun. Pernikahanku tidak dikaruniai anak. Aku bercerai, karena suamiku berselingkuh dengan rekan bisnisnya.

Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu tahun setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku chatting, akan tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman chatting-ku. Aku masih trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.

Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda ataupun berdiskusi, salah satunya adalah Ferdy. Dia anak kuliahan, semester akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung. Ferdy merupakan teman chatting-ku yang pertama kali yang pernah bertemu denganku.

Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya saja menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.** (edited). Tapi entah angin apa yang membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal aku baru sekali chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku dengan Ferdy yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.

Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan Ferdy di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang lebih awal sekitar pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus ke arah pintu masuk cafe.

Sambil menunggu Ferdy datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku. Aku merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00, anak muda itu menghampiri diriku dan memperkenalkan dirinya. Namanya Ferdy.

Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Ferdy itu masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara Ferdy kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan sangat dewasa sekali. Aku sangat grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi, kupersilakan Ferdy duduk dan memesankan minuman.

"Maaf Bu Yeni, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun, padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak memakai pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak atau Tante atau siapa ya?"
"Yeni saja deh, biar lebih akrab," jawabku.
Selanjutnya Ferdy bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku dan kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari cara dia berkomunikasi sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga aku dibuat terpingkal-pingkal olehnya.

Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Ferdy mengajak nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan saja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Ferdy pulang dengan Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Ferdy mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah pun aku hanya tinggal sendirian.

Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja. Aku mengajak Ferdy pulang saja. Dia pun mengiyakannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Ferdy mulai agak-agak nakal. Sambil bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan dan tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.

Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kami hanya berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama ini, karena sudah lama tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Aku mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku. Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.

Sekarang Ferdy sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang payudaraku. Aku mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan elusan tangannya. Akhirnya mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Ferdy, kenapa dia berani memperlakukanku seperti itu, padahal dalam hati aku pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya tetap tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Akhirnya kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di keningnya. Aku tidak menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.

Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan saja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Ferdy, dan tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku pun sudah dia elus.
Aku melenguh, "Sh.. ah.. sh.. ah... sh.. ah..."

Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin keras mengeluarkan suara. Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan kaos ketat unguku. Begitu juga Ferdy. Akhirnya permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.

"Yeni, maafin Ferdy ya. Telah berlaku kurang ajar sama Yeni."
"Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani berbuat seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda dari saya."
"Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe."
"Gombal ah..." kataku agak manja.
"Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. Mungkin karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku jujur, baru kali ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan suami satu setengah tahun yang lalu."
"Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kita melanjutkan perjalanan deh..."

Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan kenikmatan yang baru aku raih bersama Ferdy. Sambil aku menyetir mobil, Ferdy tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku.
"Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita bisa lebih tenang melakukannya."
Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.

Sesampainya di kamar Hotel "S" di sekitar Setiabudi, Ferdy tidak memberikan kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Ferdy mulai mebuka kaos ketat unguku dan membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Ferdy telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Ferdy mulai menciumi lubang kewanitaanku.
"Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k ah.. uh shhh.. shhh.. uh.."
Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat kepanasan. Lidah Ferdy merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku yang sebesar kacang kedelai.

Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Ferdy. Kaget! Ternyata "barang"-nya Ferdy sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, apakah lubang kewanitaanku muat untuk "barang"-nya Ferdy.

Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin masih penasaran, Ferdy memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk mempermudah memasukkan jari-jari kanannya.
"Ah.. uh.. ah.. sh.. uhhh.. shhh.. terus Fer... aduh.. nggak kuat Fer... Aku mau keluar nih.."
Akhirnya aku basah. Aku tersenyum puas.

"Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen..." Ferdy memohon kepadaku.
"Iya Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?" jawabku.
"Coba saja dulu, Yen. Nanti juga terbiasa."
"Auh... aw... jangan didorong dong Fer, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang."

Sekitar lima belas menit kemudian erangan Ferdy semakin menjadi-jadi.
"Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.."
Kuhisap semakin kuat dan kuat, Ferdy pun semakin keras erangannya. Ferdy mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Ferdy dengan gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.

"Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?" pinta Ferdy.
Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat ke pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau.

Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya, dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, "Sreett..," dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung kemaluan Ferdy masuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi agak sakit sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi dimasuki kemaluan laki-laki. Ferdy melihat aku meringis menahan sakit, dia berhenti dan bertanya.
"Sakit ya..?"
Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan kemaluan besarnya itu.

Digoyangnya perlahan dan, "Bleess.." digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga aku menjerit, "Aaauuu..."
Kutahan pantat Ferdy untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan Ferdy berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Ferdy merasa kupijit-pijit. Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Ferdy dengan baik dan mulai berair, sehingga ini memudahkan Ferdy untuk bergerak. Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Ferdy menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Ferdy dengan ikut menggerakkan pantatku berputar.

"Aduuhhh.., Yeni..," erang Ferdy menahan laju perputaran pantatku.
Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan kurasakan telur kemaluan Ferdy menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Ferdy termasuk kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya Ferdy mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak, sehingga aku dapat mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Ferdy, tetapi Ferdy belum keluar juga.

Kupegang batang kemaluan Ferdy yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.
Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Fer.. auh... Ena..k Fer... Ugh... ah... lebih cepat lagi Fer... ugh.. ah... ssshhh... uh.. oh.. uh.. ash... ssshhh.."
"Kecepek.., kecepek.., kecepek..," bunyi kemaluanku saat kemaluan Ferdy mengucek habis di dalamnya.
Aku kegelian hebat, "Yeni.. aku mau keluar, Tahan ya..," pintanya menyerah.

Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku, kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar. Kutarik kemaluan dari mulutku, Ferdy tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik turun, dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku melekat di dadanya, dan aku juga terasa panas.

"Sreeet.., sreett.., sreett..," kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
"Yeni.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen.."
"Aahhh kamu bohong, masa seusiamu baru pertama kali melakukan kayak beginian," manjaku.
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

"Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?" tanyanya.
"Pasti..! Tapi ada syaratnya..," jawabku.
"Apa dong syaratnya, Yen..?" tanyanya penasaran.
"Gampang saja, asal kamu bisa kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih pil untuk kamu ya, biar lebih kuat lagi..!"
"Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen.." ajaknya.
Dan kami pun mandi bersama, dan sekali lagi Ferdy memberikan kepuasan yang selama ini tidak kudapatkan selama kurang lebih satu setengah tahun.

Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Ferdy pulang. Mobil keluar hotel dengan berjalan perlahan.
Sepanjang perjalanan aku berfikir, "Kok bisa-bisanya aku mmberikan sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Ferdy baru pertama kali bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat memperoleh kepuasan dari Ferdy."

Kini tangan Ferdy menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di celananya. Sesekali Ferdy menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal Ferdy mulai beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan Ferdy mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak terasa aku sudah sampai di Cihampelas, dan menurunkan Ferdy. Selanjutnya aku pulang ke rumahku di sekitar Sukarno-Hatta.


http://siezhien.wen.ru
<><><><>14
Mulusnya Pacar kakak

--------------------------------------------------------------------------------

iang itu, ponselku berbunyi, dan suara merdu dari seberang
sana memanggil.

"Di, kamu ke rumahku duluan deh sana, saya masih meeting. Dari
pada kamu kena macet di jalan, mendingan jalan sekarang gih
sana."
"Oke deh, saya menuju rumah kamu sekarang. Kamu meeting sampai
jam berapa?"
"Yah, sore sudah pulang deh, tunggu aja di rumah."

Meluncurlah aku dengan motor Honda ke sebuah rumah di salah
satu kompleks di Jakarta. Vina memang kariernya sedang naik
daun, dan dia banyak melakukan meeting akhir-akhir ini. Aku
sih sudah punya posisi lumayan di kantor. Hanya saja,
kemacetan di kota ini begitu parah, jadi lebih baik beli motor
saja dari pada beli mobil. Vina pun tak keberatan mengarungi
pelosok-pelosok kota dengan motor bersamaku.

Kebetulan, pekerjaanku di sebuah biro iklan membuat aku bisa
pulang di tengah hari, tapi bisa juga sampai menginap di
kantor jika ada proyek yang harus digarap habis-habisan. Vina,
pacarku, mendapat fasilitas antar jemput dari kantornya. Jadi,
aku bisa tenang saja pergi ke rumahnya tanpa perlu
menjemputnya terlebih dulu.

Sesampai di rumahnya, pagar rumah masih tertutup walau tidak
terkunci. Aku mengetok pagar, dan keluarlah Marta, kakak Vina,
untuk membuka pintu.

"Loh, enggak kerja?" tanyaku.
"Nggak, aku izin dari kantor mau ngurus paspor," jawabnya
sambil membuka pintu pagarnya yang berbentuk rolling door
lebar-lebar agar motorku masuk ke dalam.
"Nyokap ke mana?" tanyaku lagi.
"Oh, dia lagi ke rumah temannya tuh, ngurusin arisan," kata
Marta, "Kamu mau duduk di mana Dodi? Di dalam nonton tv juga
boleh, atau kalau mau di teras ya enggak apa juga. Bentar yah,
saya ambilin minum."

Setelah motor parkir di dalam pekarangan rumah, kututup pagar
rumahnya. Aku memang akrab dengan kakak Vina ini, umurnya
hanya sekitar dua tahun dari umurku. Yah, aku menunggu di
teras sajalah, canggung juga rasanya duduk nonton tv bersama
Marta, apalagi dia sedang pakai celana pendek dan kaos oblong.


Setelah beberapa lama menunggu Vina di teras rumah, aku
celingukan juga tak tahu mau bikin apa. Iseng, aku melongok ke
ruang tamu, hendak melihat acara televisi. Wah, ternyata
mataku malah terpana pada paha yang putih mulus dengan kaki
menjulur ke depan. Kaki Marta ternyata sangat mulus, kulitnya
putih menguning.

Marta memang sedang menonton tv di lantai dengan kaki
berjelonjor ke depan. Kadang dia duduk bersila. Baju kaosnya
yang tipis khas kaos rumah menampakkan tali-tali BH yang bisa
kutebak berwarna putih. Aku hanya berani sekali-kali mengintip
dari pintu yang membatasi teras depan dengan ruang tamu,
setelah itu barulah ruang nonton tv. Kalau aku melongokkan
kepalaku semua, yah langsung terlihatlah wajahku.

Tapi rasanya ada keinginan untuk melihat dari dekat paha itu,
biar hanya sepintas. Aku berdiri.

"Ta, ada koran enggak yah," kataku sambil berdiri memasuki
ruang tamu.
"Lihat aja di bawah meja," katanya sambil lalu.

Saat mencari-cari koran itulah kugunakan waktu untuk melihat
paha dan postur tubuhnya dari dekat. Ah, putih mulus semua.
Buah dada yang pas dengan tubuhnya. Tingginya sekitar 160 cm
dengan tubuh langsing terawat, dan buah dadanya kukuh melekat
di tubuh dengan pasnya.

"Aku ingin dada itu," kataku membatin. Aku membayangkan Marta
dalam keadaan telanjang. Ah, 'adikku' bergerak melawan arah
gravitasi.

"Heh! Kok kamu ngeliatin saya kayak gitu?! Saya bilangin Vina
lho!," Marta menghardik.

Dan aku hanya terbengong-bengong mendengar hardikannya. Aku
tak sanggup berucap walau hanya untuk membantah. Bibirku
membeku, malu, takut Marta akan mengatakan ini semua ke Vina.

"Apa kamu melotot begitu, mau ngancem?! Hah!"
"Astaga, Marta, kamu.. kamu salah sangka," kataku tergagap.
Jawabanku yang penuh kegamangan itu malah membuat Marta makin
naik pitam.
"Saya bilangin kamu ke Vina, pasti saya bilangin!" katanya
setengah berteriak. Tiba-tiba saja Marta berubah menjadi
sangar. Kekalemannya seperti hilang dan barangkali dia merasa
harga dirinya dilecehkan. Perasaan yang wajar kupikir-pikir.
"Marta, maaf, maaf. Benar-benar enggak sengaja saya. saya
enggak bermaksud apa-apa," aku sedikit memohon.
"Ta, tolong dong, jangan bilang Vina, kan cuma ngeliatin
doang, itu juga enggak sengaja. Pas saya lagi mau ngambil
koran di bawah meja, baru saya liat elu," kataku mengiba
sambil mendekatinya.

Marta malah tambah marah bercampur panik saat aku
mendekatinya.

"Kamu ngapain nyamperin saya?! Mau ngancem? Keluar kamu!,"
katanya garang. Situasi yang mencekam ini rupanya membuatku
secara tidak sengaja mendekatinya ke ruang tamu, dan itu malah
membuatnya panik.
"Duh, Ta, maaf banget nih. Saya enggak ada maksud apa-apa,
beneran," kataku.

Namun, situasi telah berubah, Marta malah menganggapku sedang
mengancamnya. Ia mendorong dadaku dengan keras. Aku kehilangan
keseimbangan, aku tak ingin terjatuh ke belakang, kuraih
tangannya yang masih tergapai saat mendorongku. Raihan tangan
kananku rupanya mencengkeram erat di pergelangan tangan
kirinya. Tubuhnya terbawa ke arahku tapi tak sampai terjatuh,
aku pun berhasil menjaga keseimbangan. Namun, keadaan makin
runyam.

"Eh! kamu kok malah tangkep tangan saya! Mau ngapain kamu?
Lepasin enggak!!," kata Marta.

Entah mengapa, tangan kananku tidak melepaskan tangan kirinya.
Mungkin aku belum sempat menyadari situasinya. Merasa
terancam, Marta malah sekuat tenaga melayangkan tangan
kanannya ke arah mukaku, hendak menampar. Aku lebih cekatan.
Kutangkap tangan kanan itu, kedua tangannya sudah kupegang
tanpa sengaja. Kudorong dia dengan tubuhku ke arah sofa di
belakangnya, maksudku hanya berusaha untuk menenangkan dia
agar tak mengasariku lagi. Tak sengaja, aku justru menindih
tubuh halus itu.

Marta terduduk di sofa, sementara aku terjerembab di atasnya.
Untung saja lututku masih mampu menahan pinggulku, namun
tanganku tak bisa menahan bagian atas tubuhku karena masih
mencengkeram dan menekan kedua tangannya ke sofa. Jadilah aku
menindihnya dengan mukaku menempel di pipinya. Tercium aroma
wangi dari wajahnya, dan tak tertahankan, sepersekian detik
bibirku mengecup pipinya dengan lembut.

Tak ayal, sepersekian detik itu pula Marta meronta-ronta.
Marta berteriak, "Lepasin! Lepasin!" dengan paraunya. Waduh,
runyam banget kalau terdengar tetangga. Yang aku lakukan hanya
refleks menutup mulutnya dengan tangan kananku. Marta berusaha
vaginaik, namun tak bisa. Yang terdengar hanya, "Hmmm!" saja.
Namun, tangannya sebelah kiri yang terbebas dari cengkeramanku
justru bergerak liar, ingin menggapai wajahku.

Hah! Tak terpikir, posisiku ini benar-benar seperti berniat
memperkosa Marta. Dan, Marta sepertinya pantas untuk
diperkosa. Separuh tubuhnya telah kutindih. Dia terduduk di
sofa, aku di atasnya dengan posisi mendudukinya namun
berhadapan. Kakinya hanya bisa meronta namun tak akan bisa
mengusir tubuhku dari pinggangnya yang telah kududuki. Tangan
kanannya masih dalam kondisi tercengkeram dan ditekan ke sofa,
tangan kirinya hanya mampu menggapai-gapai wajahku tanpa bisa
mengenainya, mulutnya tersekap.

Tubuh yang putih itu dengan lehernya yang jenjang dan sedikit
muncul urat-urat karena usaha Marta untuk vaginaik,
benar-benar membuatku dilanda nafsu tak kepalang. Aku berpikir
bagaimana memperkosanya tanpa harus melakukan berbagai
kekerasan seperti memukul atau merobek-robek bajunya. Dasar
otak keparat, diserang nafsu, dua tiga detik kemudian aku
mendapatkan caranya.

Tanpa diduga Marta, secepat kilat kulepas cengkeraman tanganku
dari tangan dan mulutnya, namun belum sempat Marta bereaksi,
kedua tanganku sudah mencengkeram erat lingkaran celana
pendeknya dari sisi kiri dan kanan, tubuhku meloncat mundur ke
belakang.

Kaki Marta yang meronta-ronta terus ternyata mempermudah
usahaku, kutarik sekeras-kerasnya dan secepat-cepatnya celana
pendek itu beserta celana dalam pinknya. Karena kakinya
meronta terus, tak sengaja dia telah mengangkat pantatnya saat
aku meloncat mundur. Celana pendek dan celana dalam pink itu
pun lolos dengan mudahnya sampai melewat dengkul Marta.

Astaga! Berhasil!

Marta jadi setengah bugil. Satu dua detik Marta pun sempat
terkejut dan terdiam melihat situasi ini. Kugunakan kelengahan
itu untuk meloloskan sekalian celana pendek dan celana
dalamnya dari kakinya, dan kulempar jauh-jauh. Marta sadar,
dia hendak vaginaik dan meronta lagi, namun aku telah siap.
Kali ini kubekap lagi mulutnya, dan kususupkan tubuhku di
antara kakinya. Posisi kaki Marta jadi menjepit tubuhku,
karena dia sudah tak bercelana, aku bisa melihat vaginanya
dengan kelentit yang cukup jelas. Jembutnya hanya menutupi
bagian atas vagina. Marta ternyata rajin merawat alat
genitalnya.

Pekikan Marta berhasil kutahan. Sambil kutekan kepalanya di
sandaran sofa, aku berbisik,

"Marta, kamu sudah kayak gini, kalau kamu teriak-teriak dan
orang-orang dateng, percaya enggak orang-orang kalau kamu lagi
saya perkosa?"

Marta tiba-tiba melemas. Dia menyadari keadaan yang saat ini
berbalik tak menguntungkan buatnya. Kemudian dia hanya
menangis terisak. Kubuka bekapanku di mulutnya, Marta cuma
berujar sambil mengisak,

"Dodi, please... Jangan diapa-apain saya. Ampun, Di. saya
enggak akan bilang Vina. Beneran."

Namun, keadaan sudah kepalang basah, syahwatku pun sudah di
ujung tanduk rasanya. Aku menjawabnya dengan berusaha mencium
bibirnya, namun dia memalingkan mukanya. Tangan kananku
langsung saja menelusup ke selangkangannya. Marta tak bisa
mengelak.
Ketika tanganku menyentuh halus permukaan vaginanya, saat
itulah titik balik segalanya. Marta seperti terhipnotis, tak
lagi bergerak, hanya menegang kaku, kemudian mendesis halus
tertahan. Dia pun pasti tak sengaja mendesah.

Seperti mendapat angin, aku permainkan jari tengah dan
telunjukku di vaginanya. Aku permainkan kelentitnya dengan
ujung-ujung jari tengahku. Marta berusaha berontak, namun
setiap jariku bergerak dia mendesah. Desahannya makin sulit
ditutupi saat jari tengahku masuk untuk pertama kali ke dalam
vaginanya. Kukocokkan perlahan vaginanya dengan jari tengahku,
sambil kucoba untuk mencumbu lehernya.

"Jangan Dod," pintanya, namun dia tetap mendesah, lalu
memejamkan mata, dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit,
membuatku leluasa mencumbui lehernya. Dia tak meronta lagi,
tangannya hanya terkulai lemas. Sambil kukocok vaginanya dan
mencumbui lehernya, aku membuka resleting celanaku. "Adik"-ku
ini memang sudah menegang sempurna sedari tadi, namun tak
sempat kuperlakukan dengan selayaknya. Karena tubuhku telah
berada di antara kakinya, mudah bagiku untuk mengarahkan
penisku ke vaginanya.

Marta sebetulnya masih dalam pergulatan batin. Dia tak bisa
mengelak terjangan-terjangan nafsunya saat vaginanya
dipermainkan, namun ia juga tak ingin kehilangan harga diri.
Jadilah dia sedikit meronta, menangis, namun juga
mendesah-desah tak karuan. Aku bisa membaca situasi ini karena
dia tetap berusaha memberontak, namun vaginanya malah makin
basah. Ini tanda dia tak mampu mengalahkan rangsangan.

Penisku mengarah ke vaginanya yang telah becek, saat kepala
penis bersentuhan dengan vagina, Marta masih sempat berusaha
berkelit. Namun, itu semua sia-sia karena tanganku langsung
memegangi pinggulnya. Dan, kepala penisku pun masuk perlahan.
Vagina Marta seperti berkontraksi. Marta tersadar,

"Jangan..." teriaknya atau terdengar seperti rintihan.

Rasa hangat langsung menyusupi kepala penisku. Kutekan sedikit
lebih keras, Marta sedikit menjerit, setengah penisku telah
masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh penisku telah ada
di dalam vaginanya. Marta hanya memejamkan mata dan
menengadahkan muka saja. Ia sedang mengalami kenikmatan tiada
tara sekaligus perlawanan batin tak berujung. Kugoyangkan
perlahan pinggulku, penisku keluar masuk dengan lancarnya.
Terasa vagina Marta mengencang beberapa saat lalu mengendur
lagi.

Tanganku mulai bergerilya ke arah buah dadanya. Marta masih
mengenakan kaos rumah. Tak apa, toh tanganku bisa menyusup ke
dalam kaosnya dan menyelinap di balik BH dan mendapati
onggokan daging yang begitu kenyal dengan kulit yang terasa
begitu halus. Payudara Marta begitu pas di tanganku, tidak
terlalu besar tapi tidak juga bisa dibilang kecil. Kuremas
perlahan, seirama dengan genjotan penisku di vaginanya. Marta
hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, tak mampu melakukan
perlawanan. Pinggulnya ternyata mulai mengikuti goyangan
pinggulku.

Aku buka kaos Marta, kemudian BH-nya, Marta menurut.
Pemandangan setelah itu begitu indah. Kulit Marta putih
menguning langsat dengan payudara yang kencang dan lingkaran
di sekitar pentilnya berwarna merah jambu Pentil itu sendiri
berwarna merah kecokelatan. Tak menunggu lama, kubuka
kemejaku. Aktivitas ini kulakukan sambil tetap menggoyang
lembut pinggulku, membiarkan penisku merasai seluruh relung
vagina Marta.

Sambil aku bergoyang, aku mengulum pentil di payudaranya
dengan lembut. Kumainkan pentil payudara sebelah kanannya
dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk
huruf O dan melekat di payudaranya. Ini semua membuat Marta
mendesah lepas, tak tertahan lagi.

Aku mulai mengencangkan goyanganku. Marta mulai makin sering
menegang, dan mengeluarkan rintihan, "Ah... ah..."

Dalam goyangan yang begitu cepat dan intens, tiba-tiba kedua
tangan Marta yang sedang mencengkeram jok kursi malah
menjambak kepalaku."Aaahhh," lenguhan panjang dan dalam keluar
dari mulut mungil Marta. Ia sampai pada puncaknya. Lalu
tangan-tangan yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas
di pundakku. Aku makin intens menggoyang pinggulku. Kurasakan
penisku berdenyut makin keras dan sering.

Bibir Marta yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan
itu pun kulumat, dan tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali
ini Marta membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling
berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada
di payudaranya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan
putingnya.

Vagina Marta kali ini cukup terasa mencengkeram penisku,
sementara denyut di penisku pun semakin hebat.

"Uhhh," aku mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras,
penisku menghujam keras ke dalam vaginanya, mengiringi
muncratnya spermaku ke dalam liang rahimnya.

Tepat saat itu juga Marta memelukku erat sekali, mengejang,
dan menjerit, "Aahhh". Kemudian pelukannya melemas. Dia
mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya, namun kali ini
berbarengan dengan ejakulasiku. Marta terkulai di sofa, dan
aku pun tidur telentang di karpet. Aku telah memperkosanya.
Marta awalnya tak terima, namun sisi sensitif yang
membangkitkan libidonya tak sengaja kudapatkan, yaitu usapan
di vaginanya.

Ternyata, dia sudah pernah bercinta dengan kekasihnya
terdahulu. Dia hanya tak menyangka, aku-pacar adiknya malah
menjadi orang kedua yang menyetubuhinya.

Grrreeekkk. Suara pagar dibuka. Vina datang! Astaga! aku dan
Marta masih bugil di ruang tamu, dengan baju dan celana yang
terlempar berserakan ....


http://siezhien.wen.ru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadilah yang terbaik dari yang terbaik dan beranilah untuk dalam kegagalan karna kegagalan membawa anda ke pada kebberhasialan